Tanpa Gaji, Mana-mana di Ketapang Aktif Suarakan Jaga Lingkungan Lewat TPoM

Mana-mana yang tergabung dalam The Power of Mama, relawan api di Kabupaten Ketapang. SUARAKALBAR.CO.ID/Wulan.

Ketapang (Suara Kalbar) – The Power of Mama, relawan api yang terdiri dari mama-mama peduli lingkungan di Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, Sabtu (23/3/2024).

Kelompok relawan api bentukan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang ini menjadi contoh nyata bahwa perempuan khususnya ibu-ibu juga mampu berkontribusi besar dalam menjaga lingkungan. Khususnya dari dampak negatif akibat kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Dibentuk pada Juni 2022, The Power of Mama (TPoM) kini sudah memiliki anggota lebih dari 90 orang yang tersebar di enam desa di Kabupaten Ketapang. Rentang usia anggotannya mulai dari 18 tahun hingga 56 tahun. Para mama yang tergabung dalam TPoM ini hampir seluruhnya merupakan ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai petani.

Meski tidak digaji, para mama dari latar belakang ibu rumah tangga dan petani ini tetap semangat memberikan kontribusi nyata dalam menjaga lingkungan di sekitarnya. Mereka bahkan memiliki sejumlah kegiatan rutin seperti sosialisasi ke masyarakat dan petani, serta patroli setiap hari di lingkungannya untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Maimunah dan Nuraini adalah mama-mama hebat perintis terbentuknya The Power of Mama. Sebelum komunitas itu resmi dibentuk, keduanya sudah bergerak menjadi relawan dari YIARI untuk mengkampanyekan gerakan peduli lingkungan di desanya masing-masing.

“Awal bergabung merasa senang bisa berguna, bisa membantu, didukung penuh keluarga dan masyarakat, bahkan sampai saat ini banyak warga yang ingin bergabung. Tidak ada syarat khusus untuk bergabung, ” kata Nuraini.

Meski para anggotanya tidak mendapatkan gaji, Nuraini mengaku senang dan bangga karena sampai saat ini para anggotanya masih terus semangat bergerak dalam menjaga lingkungan. Bahkan semakin hari semakin banyak kaum perempuan yang ingin bergabung dalam komunitas tersebut.

“Kita tidak bergaji, hanya uang minum dan bensin. Alhamdulillah sampai sekarang mereka masih mau bergabung, bahkan anak-anak yang sudah selesai sekolah ikut bergabung, ” katanya.

Hal senada juga diungkapkan Suhaini (56), seorang nenek yang sudah memiliki lima orang cucu ini tetap semangat mendukung eksistensi TPoM. Menurutnya dengan bergabung bersama TPoM, dia bisa ikut melestarikan lingkungan dan mengajak masyarakat untuk mengubah pola membuka lahan dengan tidak dibakar.

“Demi keamanan desa supaya tidak terjadi kebakaran karena dampak asap kemana-mana. Walaupun tidak bergaji tapi tetap semangat. Senang bisa bergabung dengan komunitas ini, ” kata Suhaini.

Dery Rahman Hakim, staff lapangan YIARI Ketapang, mengatakan meski tidak memberikan gaji kepada para anggota TPoM, namun YIARI tetap memberikan dukungan dalam bentuk lain, mulai dari memfasilitasi kegiatan di lapangan, alat-alat pemadam sederhana, mensponsori makan dan minum, BBM, kendaraan motor untuk patroli, pelatihan hingga pendampingan.

“Memang tidak bergaji, karena ini bentuknya relawan,” kata Dery.

Meski begitu, TPoM sejak berdirinya di tahun 2022 sampai saat ini terus eksis, bukti nyata kontribusi TPoM juga mulai terlihat di mana seiring berjalannya waktu, jumlah kebakaran hutan dan lahan di enam desa yang tersebar di tiga kecamatan wilayah jangkauan TPoM sudah berkurang.

“Kita ada kemungkinan untuk menambah luasan desa, tapi kembali lagi pada kepedulian perempuan-perempuan di desa tersebut, ” pungkas Dery.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS