News  

Zaman Now Sensus Penduduk 2020 Bisa Online

Logo Sensus Penduduk 2020 

Oleh: Achmad Tasylichul Adib

Perkembangan teknologi dari masa ke masa, kini tengah menghantarkan Indonesia dalam pusaran lingkup revolusi industri 4.0. Praktis dan otomatis menjadi garda terdepan dalam menunjang  kehidupan zaman now. Semua serba cepat dan instan yang seakan membuat jarak, ruang dan waktu kian minimalis. Langkah taktis pun mulai dirancang oleh pihak-pihak yang tidak ingin kalah dalam persaingan pasar. Dengan berbekal sistem canggih dan serba online, produk-produk kekinian laris manis dikonsumsi oleh rakyat. Tak heran jika memang pasar online kini lebih ramai diminati ketimbang cara lama yang mengharuskan pertemuan untuk bertransaksi.

Segala perubahan dinamis yang tak terbendung membuat manusia ingin tampil eksis. Coba sekarang kita cermati saja, berapa banyak masyarakat yang memiliki hp android ? Banyak bukan ? Peralatan canggih itu menjadi kebutuhan wajib bagi insan yang tidak ingin ketinggalan zaman dan selalu siap sedia mengikuti tren. Belum lagi distribusi hp android yang kian santer dikucurkan oleh pencipta model-model baru. Ditambah dengan bujuk rayu counter hp terkadang menjadi candu masyarakat penikmat kredit agar segera menggenggamnya.

Bukan suatu hal yang buruk atau apa. Hanya saja perkembangan yang seperti itu justru perlahan mengarahkan manusia menjadi apatis. Pasalnya, kedatangan hp pintar itu seakan membuat kita menjadi manusia super sibuk dengan segala aktivitas di dalamnya. Terpikirkan tidak ? Jika kita sedang memantau aktivitas media sosial, belanja online, bermain game dan lain sebagainya.

Contoh kasus misalnya, teman kita mengajak reuni untuk mengenang masa-masa dulu, terkadang kita hanyalah fokus terhadap media sosial atau berbelanja ria memanjakan diri. Pertemuan kita dengan rekan lama kita formalitasnya cuma foto, upload story, bikin status dan apa lagi ? Atau contoh lagi misalnya PNS atau wakil rakyat yang sedang rapat pun seolah tidak memiliki beban menjadi penyelenggara negara. Dengan hikmad, mengusap layar ke sana kemari bak sedang mencari solusi untuk kemaslahatan umat. Sungguh miris bukan ?

Stigma buruk mengenai perkembangan teknologi tidak serta merta mencederai hadirnya revolusi industri 4.0. Revolusi itu sedang dielu-elukan oleh sang birokrat agar mampu membawa kemajuan bagi negeri ini. Peluang positif harus diraih agar bisa memenangkan persaingan global dan internasional. Sementara itu hal negatif diusahakan untuk dibuang jauh-jauh agar revolusi industri 4.0 bisa menjadi rezeki bagi negara kita untuk maju jaya.

Beberapa langkah diambil oleh pemangku kebijakan dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional. Indikator strategis mulai ditimbang-timbang untuk menakar pembangunan nasional agar tepat sasaran. Dengan dilatarbelakangi oleh revolusi industri 4.0, Presiden mulai merancang program-program nasional. Salah satu program prioritas yang digagas Presiden Joko Widodo yakni tentang penyamaan dan penyatuan data. Tak tanggung-tanggung, pada tanggal 30 Juni 2019 silam, telah disahkan Perpres No.39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia. Kemudian dalam pidatonya, beliau mengutarakan jikalau data menjadi kekayaan negara saat ini, tanpa data negara akan lumpuh.

Berbicara mengenai data di Indonesia, ada satu data yang sangat penting untuk di perhatikan yakni data kependudukan. Data kependudukan atau data jumlah penduduk negara kita ini sering kali rancu dan tak padu. Terjadi perdebatan karena selisih jumlah yang katanya menyebabkan terhambatnya proses pembangunan yang berkesinambungan. Hal ini didasari karena jumlah penduduk memang mendasari arah kebijakan.

Contoh jumlah penduduk sebagai dasar misalnya, ketika hendak pembangunan infrastruktur di suatu daerah tertentu. Tidak mungkin pemerintah asal membangun fasilitas umum di tempat yang tidak ada penduduknya atau di tempat yang kurang ramai di lalui penduduk. Oleh sebab itu kepastian jumlah dan distribusi serta pola penduduknya dimana saja menjadi hal yang harus diketahui sebelum jauh melangkah membangun yang lain.

Secara resmi pencatatan jumlah penduduk bersumber dari hasil Sensus Penduduk (SP) yang dilaksanakan tiap 10 tahun sekali oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun yang berakhiran angka “0”. Kemudian dari data sensus itu akan diperoleh jumlah penduduk secara umum maupun secara khusus. Secara umum akan diketahui jumlah penduduk secara keseluruhan di level pusat dan daerah hingga satuan terkecil atau RT. Sedangkan secara khusus, lebih merujuk pada pengkategorian penduduk didasarkan atas kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan dll.

Bahkan dengan data SP dapat diramal berapa jumlah penduduk di masa mendatang. Ramalan penduduk yang dalam dunia statistik disebut dengan proyeksi penduduk inilah hal yang penting untuk ditelaah. Selain menggambarkan pola distribusi penduduk, proyeksi ini sering kali digunakan oleh pemilik kebijakan untuk mematok target pembangunan nasional. Sehingga pembangunan dapat merata demi kebaikan umat.

Pentingnya SP di tahun 2020 mendatang harus didukung oleh semua pihak, tak terkecuali warganet pemilih hp pintar. Untuk merubah stigma atau pandangan tentang apatisnya masyarakat karena terjebak dalam lingkaran tren teknologi, kita semua bisa membantah anggapan itu. Caranya dengan berpartisipasi mengikuti kegiatan SP 2020. Tenang saja SP masa kini lebih mudah dan praktis yaitu dengan klik lewat layar hp, kita bisa ikut SP 2020 secara online pada laman sensus.bps.go.id. Hal ini untuk memudahkan kita semua dalam rangka mencatatkan diri kita sebagai penduduk Indonesia. Jadi kemudahan ini akan membantah semua alasan warga yang mangkir dari panggilan negara yang setiap saat selalu online di media sosial.

Lebih jelas lagi, cara sensus online ini merupakan hasil perombakan besar-besaran terhadap tata cara sensus model lawas. Dahulu pelaksanaan SP dilakukan dengan cara mendatangi rumah ke rumah untuk mendata jumlah anggota dalam rumah tangga. Ternyata hal ini memiliki kelemahan pada masa sekarang ini. Kelemahan pertama yakni sudah tidak zamannya lagi karena kita sedang gencar menyambut revolusi industri 4.0. Kedua cara ini dirasa kurang efektif  diterapkan terhadap warga yang sering kali tidak bisa ditemui di rumah yang menyebabkan tidak tercatatnya menjadi penduduk Indonesia. Ketiga adalah penghematan energi, biaya dan waktu karena sensus model lampau membutuhkan kertas yang tidak sedikit dan menguras tenaga yang mengharuskan harus mendatangi rumah satu persatu.

SP zaman now yang dilakukan secara online ini buah dari perkembangan teknologi yang berhasil dimanfaatkan sebagai peluang. Alangkah baiknya jika kita terlibat di dalamnya. Nasionalisme kita akan dipertaruhkan ketika kita apatis terhadap kegiatan yang memakan anggaran negara tidak sedikit ini. Toh, nantinya kita dan anak cucu yang akan merasakan buah dari keberhasilan pembangunan di bumi pertiwi.

Terhitung mulai sekarang, sensus online ini dimulai kurang dari 2 bulanan (15 Februari- 31 Maret 2020) lagi. Jangan lupa catatkan diri sebagai penduduk Indonesia secara online dan mandiri, maka otomatis kita menjadi warganet yang berbudi.

“ Media sosialnya online, masa sensunya engga online ?”*



*Penulis adalah staf Seksi Statistik Produksi BPS Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat