Gunung Ruang Belum Stabil, Upaya Bantuan Bagi Pengungsi Berlanjut

Erupsi Gunung Ruang terlihat dari pulau Tagulandang, Kamis, 18 April 2024. (AP/ Hendra Ambalao).

Jakarta (Suara Kalbar)-Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah menurunkan status gunungapi Ruang menjadi level III atau “Siaga,” tetapi upaya penanganan darurat bencana terus dilakukan.

Aktivitas Gunungapi Ruang yang terletak di sebuah pulau di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, belum stabil. Pihak berwenang akhir pekan lalu sempat meningkatkan status gunung tersebut ke Level IV atau “Awas,” meskipun pada Senin (22/4/2024) menurunkan statusnya ke level III atau “Siaga.” Pihak berwenang masih waspada dan melanjutkan pemberian bantuan bagi warga yang terdampak.

‘’Gunung Ruang juga masih merekam gempa-gempa dari vulkanik Gunung Ruang,” jelas Heruningtyas Desi Purnamasari dilansir dari VoA Indonesia.

Ketua Tim Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG Heruningtyas Desi Purnamasari sebelumnya mengatakan peningkatan status dan pengawasan terhadap Gunung Ruang sempat diperluas enam kilometer, sebelum kembali di kurangi menjadi radius empat kilometer.

“Jadi masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas dan juga untuk area di sisi bagian barat Pulau Tagulandang itu ada evakuasi penduduk dan juga untuk Pulau Ruang sendiri sudah kita lakukan evakuasi terlebih dahulu,” imbuhnya.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro, Theo Umbas mengatakan sedikitnya 10 ribu warga telah dievakuasi dari daerah-daerah di sekitar Gunung Ruang.

“Kita berada di Kampung Apeng Sala namanya, di kampung Apeng Sala ini, pengungsi kita arahkan di sekolah dan rumah ibadah tapi banyak juga pengungsi-pengungsi yang berada di wilayah perkebunan tapi daerah-daerah tinggilah, jauh dari perhitungan dampak erupsi jika terjadi lagi,” jelas Theo Umbas.

Hingga laporan ini disampaikan belum ada laporan tentang korban jiwa atau cedera. Theo Umbas memuji Kerjasama cepat semua pihak.“Ada dari pihak pemda sendiri, pihak KOREM ada, pas ada erupsi kedua ada mereka, cepat,” lanjutnya.

Selain kebutuhan dasar seperti makanan, selimut, tenda dan obat-obatan yang didatangkan dari Pelabuhan Bitung ke Pulau Tagulandang dengan kapal ferry; sejumlah dokter dan petugas medis juga diterjunkan ke posko-posko darurat yang didirikan. Di antaranya adalah dr. Tio Graciniyo, salah seorang dokter muda yang bertugas di Kecamatan Tagulandang sejak terjadi erupsi pertama 16 April.

“Mengobati orang-orang yang terkena dampak erupsi Gunung Ruang, kebanyakan korban-korbannya itu memang yang bermasalah itu adalah saluran pernafasan, seperti kesulitan bernafas, kemudian ada dampak gejala batuk pilek dan lain sebagainya,” jelasnya.

Kajian awal menunjukkan gempa vulkanik gunungapi Ruang cenderung rendah dan lebih didominasi gempa tektonik. Hal ini diperkirakan karena subduksi Sulawesi Utara dan subduksi ganda di Laut Maluku. Subduksi adalah proses tektonisme di mana batas dua lempeng, baik antarlempeng benua, antarlempeng Samudra, maupun antara keduanya, saling bertumbukan dan lempeng yang tebal menghujam yang lebih tipis. Hasil subduksi ini berperan dalam membentuk topografi bumi.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS