Mengapa Pabrikan EV Tiongkok Memilih Indonesia sebagai Tujuan Investasi?
Jakarta (Suara Kalbar)- Pabrikan otomotif Tiongkok menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi kendaraan listrik (EV). Beberapa merek asal Tiongkok seperti Wuling, DFSK, Neta, hingga BYD, ramai-ramai melakukan ekspansi ke Indonesia. Apa alasan di balik pilihan mereka?
Pengamat ekonomi Indonesia-Tiongkok, Anders C Johansson, mengungkapkan setidaknya ada lima faktor utama yang membuat produsen otomotif EV dari Tiongkok memilih berinvestasi di Indonesia.
“Mengapa produsen EV Tiongkok berinvestasi di Indonesia? saya sering mendapat pertanyaan seperti ini ketika berbicara tentang investasi di Tiongkok baru-baru ini,” katanya melansir dari Beritasatu.com, Minggu(30/6/2024).
Anders menyebut, lima faktor produsen EV Tiongkok berinvestasi di Indonesia.
Pertama, kebijakan industri Indonesia telah melangkah ke arah hilirisasi, sehingga bisa memainkan peran penting. Indonesia memiliki cadangan nikel yang cukup dan sumber daya lain, seperti kobalt.
“Hal ini menarik bagi pemain EV Tiongkok yang beroperasi di berbagai tingkatan, mulai dari penambangan hingga manufaktur EV,” ucapnya.
Kedua, pemerintah memberi keadilan dalam industri EV karena masuk dalam upaya hilirisasi, sehingga Indonesia aktif menarik perusahaan asing di sektor-sektor tertentu.
“Pemerintah telah mendekati produsen baterai dan kendaraan listrik internasional untuk waktu yang cukup lama dan perusahaan-perusahaan Tiongkok telah menjadi semakin kuat di industri-industri ini,” paparnya.
Ketiga, Indonesia memiliki pasar domestik yang besar dan berkembang secara historis dan didominasi oleh pembuatan mobil Jepang. Namun, kini pemain Tiongkok dapat menantang produsen Jepang, khususnya dalam industri kendaraan listrik.
Keempat, Indonesia juga menarik investasi dari Tiongkok berupa pertambangan, khususnya nikel. Nikel merupakan elemen kuni dalam baterai nickel cobalt aluminum (NCA) dan nikel mangan cobalt (NMC). Hal itu juga menjadi alasan bagi CATL Tiongkok, pembuat baterai EV terbesar di dunia untuk berinvestasi di Indonesia.
“Saya percaya jaringan yang berkembang pesat ini memudahkan perusahaan Tiongkok untuk beroperasi di negara-negara seperti Indonesia,” papar Anders.
Kelima, kebijakan luar negeri Indonesia hingga geopolitik dan perang dagang juga menjadi faktor penentu. Indonesia menganut kebijakan bebas dan aktif juga menjadi faktor positif.
“Geopolitik dan perkembangan perdagangan internasional juga mendorong produsen Tiongkok untuk mendiversifikasi produksi mereka secara geografis,” pungkas Anders.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS