PSE Paroki St Agustinus Gelar Pelatihan Budidaya Ikan

Ketapang (Suara Kalbar) – Tim Kerja Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki Gereja St. Agustinus Payakumang melaksanakan pelatihan budidaya ikan di lahan pekarangan bagi umat paroki St. Agustinus. Kegiatan yang dilangsungkan di P2MKP Saung Tirta Weuning, Sabtu dan Minggu, 25 sampai 26 Mei ini diikuti 40 peserta.
Kegiatan ini sendiri adalah bentuk kolaborasi PSE dengan CU. Pancur Solidaritas (CUPS) serta Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Ketapang di bawah asuhan Muhammad Abduh atau sering disapa Kang Acil.
Bidang Pelayanan Kemasyarakatan Paroki Gereja St. Agustinus, Tody Hartono menyampaikan bahwa giat ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi umat di bidang budidaya ikan.
“Kita ingin umat paroki Gereja St. Agustinus yang tertarik dengan budidaya ikan memiliki tambahan pengetahuan dan ketrampilan, syukur-syukur juga dapat mendorong motivasi berwirausaha,” ujar Todi.
Sementara dari bidang PSE sendiri berharap umat memiliki keinginan untuk berwirausaha budidaya ikan serta memiliki jejaring dengan tenaga ahli di bidang perikana dan tentunya didukung dengan aspek permodalan.
“Kita bersyukur bisa kolaborasi dengan Kang Acil dan CUPS, pelatihan ini sangat komplit mulai dari teori, praktek pemijahan, pembuatan media, pembuatan pakan serta diskusi pemasaran, sementara di aspek permodalan kita juga mendorong peserta dapat bermitra dengan CUPS yang memiliki concern di bidang pemberdayaan ekonomi kerakyatan,” ujar Alponsius yang juga Koordinator Tim kerja PSE Caritas.
![]() |
Tim Kerja Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki Gereja St. Agustinus Payakumang mengabaikan momen di sela-sela pelatihan budidaya ikan. (ist) |
Kegiatan ini sendiri berlangsung dari hari Sabtu hingga hari Minggu. Pada hari pertama kegiatan diawali dengan seremoni pembukaan pelatihan.
TMS. Hery Sukardi yang juga Ketua Pengurus CUPS meng-apresiasi dengan kegiatan pelatihan yang dilaksanakan hari itu.
“Kita sudah bersinergi dengan Kang Acil cukup lama dalam giat pendampingan perikanan bagi anggota, bahkan hingga ke Natai Kueni perbatasan Kalteng-Kalbar, nah hari ini kita bisa bergiat langsung di pusatnya sendiri yakni Tirta Weuning yang lengkap dengan tambak dan resto, kita berharap peserta pelatihan dapat menyerap segala ilmu yang disampaikan oleh Kang Acil dan mas Gugah Sundana, serta tentu saja dapat meng-implementasikannya dalam bentuk budidaya di keluarga masing-masing, CUPS bersama Kang Acil siap mendampingi dan berdiskusi secara berkesinambungan, proficiat untuk acara hari ini”, ungkap TMS. Hery Sukardi.
Kang Acil yang hari itu menjadi pemateri mengawali bahwa ada beberapa fase dalam menekuni budidaya ikan.
“Pertama motivasi untuk memenuhi gizi keluarga, kemudiaan tahapan berikutnya bagaimana menjadikan budidaya ikan sebaga passive income, nah setelah berkembang beralih ke fase usaha andalan serta permodalan, jadi yang paling penting kita mesti mencobanya, atau istilahnya ambil tindakan dengan memulai budidaya dulu, nah P2MKP selalu siap mensupport pengetahuan bagi bapak-ibu peserta dari umat Katolik Gereja Agustinus”, ujar Kang Acil memberi motivasi.
Giat hari Sabtu berlangsung hingga malam hari dimana peserta diajak membuat media peletakan telur hasil pemijahan, pelatihan penyuntikan perangsang bagi indukan, serta pemijahan dengan metode itensif dan semi itensif. Pelatihan kali ini berfokus pada budidaya ikan lele.
“Wah agak tegang saat praktek nyuntik tadi, mana ikannya besar, lalu kita mesti paham caranya, bersyukur Kang Acil mendampingi langsung sehingga lancar, bersyukur sekali bisa ikut pelatihan ini”, ujar Herkulana salah satu peserta perempuan, yang termotivasi untuk budidaya ikan lele dengan media terpal.
Pada hari kedua, yakni Minggu pagi kegiatan berlanjut dengan pelatihan mengeluarkan telur ikan dari indukan betina, serta mencampurnya dengan sperma indukan jantan yang dirangkai dengan peletakan telur yang terbuahi ke media akuarium dan stereofoam yang sudah disiapkan.
“Nilai pelatihan hari ini 70-lah, karena belum kelihatan hasilnya, nah 24-27 jam ke depan atau besok hari Senin, ketika telur ini menetas jadi larva, nilainya 110-lah buat peserta”, seloroh Kang Acil disambut gelak tawa peserta.
Setelah praktek pemijahan, sesi berlanjut dengan teori pembuatan pakan dengan pemanfaatan bahan baku yang banyak tersedia di sekitar warga.
“Bila harga pakan saat ini 1 kg Rp 15.000, maka dengan pembuatan pakan alternative biayanya bisa sebesar Rp 7.800 saja, namun tentu saja dengan kandungan protein hewani, nabati dan unsur lainnya yang dibutuhkan oleh ikan sesuai usianya, nah ini tentu sangat penting dipahami pembudidaya untuk menekan cost operational dan tetap memaksimalkan hasil produksi”, ungkap Gugah Sundana yang juga ahli pakan budidaya ikan.
Pria muda alumnus Universitas Muhammadiyah dan Universiti Putra Malaysia ini memang mendedikasikan dirinya di bidang penelitian dan produksi pakan alternative budidaya ikan.
“Saya terbantu untuk membantu ayah”, ujar putra kedua dari Kang Acil ini.
Rencana tindak lanjut dari giat ini adalah dibentuknya kelompok budidaya ikan di lingkup umat Gereja St. Agustinus dan diiringi dengan pendampingan serta supervise tim CUPS dan P2MKP.
“Banyak pengalaman unik dan berharga hari ini, selain menimba ilmu kita semakin memahami bahwa kolaborasi lintas agama juga tergambar dalam giat ini, seperti bagaimana umat Katolik menimba budidaya ikan dengan kang Haji Acil yang juga aktif di pesantren, kemudian pesertanya tidak hanya umat katolik tapi juga ada saudara-saudari kita yang Muslim juga, indahnya kebersamaan, ke depan kami ingin mengundang Kang Acil dan Mas Gugah untuk berkunjung ke umat paroki Gereja St. Agustinus yang membudidayakan ikan sekaligus memotivasi umat kita”, pungkas Alponsius kembali.
Kegiatan hari itu dirangkai dengan foto bersama dan menikmati karedok dan berbagai makanan khas sunda yang tersedia di resto saung Tirta Weuning yang terletak di turunan sebelah kanan Jembatan Pawan II Ketapang.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS