SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Bengkayang Kisah Pos Benteng Pengintaian, Peninggalan Masa Penjajahan Belanda di Bengkayang

Kisah Pos Benteng Pengintaian, Peninggalan Masa Penjajahan Belanda di Bengkayang

Kelompok 12 KKL IKIP PGRI Pontianak di Pos Pengintaian peninggalan belanja di Bukit Vandering, Bengkayang. SUARAKALBAR.CO.ID/Ist

Bengkayang (Suara Kalbar) – Mengulik sejarah Pos Benteng pengintaian peninggalan penjajahan Belanja di Bukit Vandering bersama kelompok 12 kuliah kerja lapangan (KKL) mahasiswa dari program studi pendidikan sejarah IKIP PGRI Pontianak yaitu Stevani, Anar Novaliana, Septiana Montela Latasia, Yulianis Sijal dengan dosen pembimbing Teguh Agustian, M.Pd pada 28 Desember 2023.

Bukit Vandering terletak di Dusun Serukam, Desa Pasti Jaya, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang. Berikut kisahnya dimulai dari Pos benteng pengintaian yang berbentuk sumur ini merupakan Peningalan jaman penjajahan Belanda yang masih utuh hingga saat ini, ialah Benteng bekas pertahanan Belanda saat melawan Jepang,di perkirakan benteng ini di bangun pada tahun 1939 sampai 1942.

Konon katanya benteng ini ada 4 buah, namun 3 buahnya sudah di hancurkan oleh pasukan Jepang,karna pada masa itu jepang berhasil memukul mundur pasukan Belanda diwilayahnya bengkayang, dimana letaknya benteng tersebut tidak terlalu jauh. Belanda membangun benteng nya tersebut Di Bukit vandring letak nya sangat strategis untuk pengintaian dimana karena jalan vandering merupakan akses satu satunya akses jalur darat untuk akses Bengkayang menuju Singkawang.

Misai (63) warga Serukam, bekerja di rumah sakit Bethesda Serukam menceritakan, Pos benteng Belanda ini konon katanya, dipekerjakan oleh orang-orang pribumi , dengan menempatkan satu orang China sebagai kepala atau mandornya untuk membangun benteng benteng tersebut.

Lanjut cerita Misai, ada juga orang orang pribumi yang bekerja juga di beri upah perhari dalam bekerja sama orang Belanda tersebut,Pos Benteng Belanda ini berbentuk bulat dengan 2-3 lubang pengintaian dengan tinggi bangunan kurang lebih 1 meter dengan muat di dalam nya kurang lebih 3-4 orang.dengan tekstur bangunan yang sangat kokoh.

“Tujuan Belanda mendirikan benteng di atas bukit tersebut ialah, karena jalan vandering tersebut berbelok belok , jadi semisalkan kalau ada kendaraan atau pasukan Jepang yang melintas wilayah tersebut sudah pasti kelihatan,”ungkap Misai.

Pada masa itu wilayah kota Singkawang sangat jelas di lihat dari bukit vandering tersebut, namun sekarang karena banyak pepohonan yang tumbuh tinggi sehingga tidak bisa di lihat Dari bukit tersebut.

“Konon tempo dulu Belanda mendirikan benteng ini, untuk mencegah jepang yang pada masa itu ingin menguasai wilayah yang Belanda juga kuasai, tepat nya di Bengkayang,” urai Misal yang ia dapat dari berbagai sumber.

Tempo dulu pada jaman kolonial Belanda nya,Pos ini tidak memiliki atap atas, semua bangunan ini di cor akses untuk menuju pos ini juga pada waktu itu tidak ada, semua benteng waktu itu di keliling parit atau terowongan untuk pengintaian dan tempat persembunyian prajurit.

“Pada Tahun 2005, pos benteng intai ini diolah dan direnovasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan menambahkan beberapa bagian diantaranya yaitu akses tangga dari jalan raya dan payung penutup diatas pos Intai tersebut,” pungkas Misai.

Tatang dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bengkayang menjelaskan, pada saat itu warga Tionghoa yang ada di wilayah Bengkayang turut ikut membantu berjuang melawan para penjajah Belanda.

“Ketika ada perintah pengibaran bendera merah putih biru, banyak warga Bengkayang yang menolak dan melakukan perlawanan terhadap para kolonial Belanda. Gedung Pancasila yang ada di Singkawang menjadi saksi aksi tersey. Aksi warga Bengkayang menolak, dan tetap berjuang mengibarkan sang bendera merah putih. Gerakan ini dipimpin oleh komando panglima Ali Anyang (pemuda Dayak) yang mengresak para pemuda Bengkayang untuk melawan penjajah kolonial Belanda dan fasisme Jepang pada tahun 1945-1949,” ungkap Tatang mengisahkan cerita di jaman penjajahan dulu.

Tatang menceritakan, bahwasanya Bukit Vandering masih mempunyai sebuah jalan setapak, jalan yang merupakan jalan kereta kuda yang merupakan jalan pintas yang pernah dilalui oleh para kolonial Belanda pada saat itu.

“Jalan setapak itu jalan yang memudahkan memudahkan menuju kota Singkawang. Di bukit vandering ini dulu Kota Singkawang terlihat dengan sangat jelas,Namun sekarang karena telah tertutupi oleh pepohonan yang semakin tinggi sehingga kota Singkawang tidak terlihat lagi,” ungkap Tatang yang juga bercerita jika jalan vandering yang berkelok-kelok ini merupakan pembangunan pada masa pemerintahan kolonial Belanda, seperti dikutip dari helloindonesia.id.

Pada masa penjajahan kolonial Belanda Di Bengkayang Kalbar.Jalan van dering di ambil dari nama seorang jenderal kolonial Belanda yang sangat kejam di masa kepemimpinannya. Selanjutnya, Van Dering dijadikan nama jalan di sebuah tikungan dari jalan berkelok -kelok yang menghubungkan Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang. Jalan tersebut terletak di sebuah bukit yang sangat suram serta memiliki pemandangan yang menakjubkan.

Namun pada masa pemerintahan Belanda Tatang menambahkan, bahwasanya kependudukan Belanda tidak terlalu banyak mengganggu masyarakat Bengkayang. Malah Sebaliknya, tentara Jepanglah yang banyak melakukan kekerasan terhadap masyarakat Bengkayang, mereka meminta hewan peliharaan seperti babi dan lainnya.

“Belanda pada masa itu lebih banyak membangun fasilitas jalan darat dan beberapa fasilitas lainnya seperti tangsi yang sekarang menjadi markas Batalyon Infantri 641 Bengkayang,” ungkapnya.

Sebagian banyak masyarakat sekitar belum mengetahui sejarah kelam Bukit vandering . Bukit yang ada jalan yang berbelok-belok tersebut,Jalanan yang melewati Bukit van Dering berasal dari tumpukan mayat-mayat masyarakat Dayak. Terdapat bekas benteng pertahanan Hindia Belanda,di Kawasan van Dering yang didirikan periode tahun 1939 hingga 1942. Benteng tersebut digunakan oleh pasukan Belanda untuk mengintai pasukan Jepang. Selain itu benteng tersebut juga menjadi pusat militer Belanda di wilayah kawasan Bengkayang.

Bagaimana kondisi pos benteng intai pada saat ini?

Kawasan van Dering saat ini menjadi semakin ramai, karena makin banyak dikenal orang-orang Luar maupun orang setempat.Namun demikian, kondisi bangunan pos intai cukup memprihatinkan, dikarenakan dengan kerusakan cukup berat. Oleh karena itu dibutuhkanlah perhatian dari seluruh komponen, baik dari masyarakat setempat (Pemerintah Desa Pasti Jaya dan pemilik tanah lokasi pos intai), Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang, serta pemerintah pusat. Perhatian tersebut dapat diwujudkan melalui upaya revitalisasi bangunan pos intai serta perbaikan infrastuktur pendukung agar masyarakat mudah mengunjungi lokasinya tersebut.(Usman & Hapsari, 2020).

Revitalisasi juga seharusnya diikuti upaya penetapan Bukit van Dering tersebut sebagai wilayah kawasan yang dilindungi,dan untuk menjaga kelestariannya sehingga dapat mendukung upaya pengembangan destinasi wisata (Purnasari & Sadewo, 2019)

Seperti apa bentuk pos benteng intai yang ada di bukit vandering tersebut?

Struktur bangunan pos Benteng vanDering terlihat unik di beberapa bagian. Terdapat sumur yang cukup untuk 2-4 orang saja. Bagian atas sumur ditutup dengan cor semen yang sangat tebal, sementara di bagian depan terdapat ada dua lubang intai yang berbentuk persegi panjang. Tinggi benteng sekitar kurang lebih 1m.disepanjang pos benteng tersebut Terdapat beberapa parit yang berada di antara benteng-benteng tersebut. Parit tersebut dibuat sebagai tempat persembunyian pasukan Belanda pada masa itu.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan