SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Pontianak Strategi Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Fenomena El Nino di Kalbar

Strategi Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Fenomena El Nino di Kalbar

Panen raya padi yang digelar Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat di Kabupaten Mempawah.ANTARA

Pontianak (Suara Kalbar)- Fenomena El Nino yang diprediksi akan berlangsung hingga Desember 2023 telah mengancam sektor pertanian di Provinsi Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Kubu Raya, Mempawah, Ketapang, dan Kayong Utara, yang merupakan sentra komoditas pangan. Salah satu dampak dari El Nino adalah pengurangan curah hujan yang berdampak pada kesulitan petani dalam mendapatkan air untuk mengairi tanaman pangan.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Kalimantan Barat telah merespons situasi ini dengan menerapkan tiga strategi mitigasi dan adaptasi untuk menghindari dampak gagal panen

Aparatur Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Kalimantan Barat merespons kondisi ini dengan menerapkan tiga strategi mitigasi dan adaptasi agar dampak El Nino tahun ini tidak mengakibatkan gagal panen.

“Sejumlah komoditas pangan, terutama padi, sangat membutuhkan air sehingga perlu strategi mitigasi agar tidak terjadi gagal panen yang berujung pada krisis pangan,” kata Kepala Dinas TPH Kalbar Florentinus Anum, melansir dari ANTARA, Rabu (20/9/2023).

Tiga strategi mitigasi tersebut yaitu pertama, memanen air hujan dengan membuat jebakan- jebakan air di lahan maupun di sekeliling lahan pertanian.

Jebakan air tersebut dapat berupa cekungan, seperti embung, sumur, saluran, biopori, bahkan kolam, bergantung pada kondisi lahan dan jenis tanaman yang diusahakan.

Kedua, memberikan bahan organik ke dalam tanah yang bisa meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat air sehingga lahan tidak mudah kering.

Cara menyediakan bahan organik yang murah adalah dengan mengembalikan sisa biomassa usai panen ke dalam tanah, seperti jerami padi.

Ketiga, kombinasi antara pembuatan cekungan untuk jebakan air dengan pemberian bahan organik. Caranya, cekungan berupa saluran atau biopori digunakan menampung biomassa sebagai bahan baku bahan organik.

Ketiga cara tersebut sudah disosialiasikan oleh Dinas TPH Kalbar kepada petani dan sampai saat ini masih terus dikawal di lapangan.

Adapun upaya adaptasi dilakukan dengan membudidayakan varietas padi yang tahan terhadap kekeringan atau jenis varietas berumur pendek seperti Inpari 32, Inpari 42, cakra buana, dan situbagendit.

Kemudian, penggunaan pupuk yang tepat disesuaikan dengan ketersediaan air agar unsur hara yang diberikan dapat diserap tanaman dengan efektif dan efisien.

Upaya mitigasi dan adaptasi tersebut diharapkan dapat merealisasikan target produksi padi Provinsi Kalbar pada tahun ini sebesar 1,109 juta ton gabah kering giling (GKG).

Target produksi tersebut diproyeksikan diperoleh dari luas tanam padi sasaran mencapai 350.597 hektare (ha).

Realisasi produksi padi pada periode Januari hingga pekan terakhir Agustus 2023 di 14 kabupaten dan kota di daerah ini sudah mencapai 896.626 ton GKG.

 

Pengetahuan lokal

El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemanasan suhu muka laut ini ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung Pura Prof. Gusti Hardiansyah menilai pengetahuan lokal masyarakat perlu dikembangkan untuk adaptasi dan mitigasi dampak El Nino.

Secara umum masyarakat sudah mengetahui tindakan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak kemarau akibat fenomena El Nino.

Umumnya orang-orang Melayu sudah menyiapkan tangki penampungan air dan membuat kolam di area pertanian.

Air yang ditampung tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, menyiram tanaman, hingga memadamkan api akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Guru besar bidang perubahan iklim ini juga menilai fenomena El Nino dan krisis iklim menjadi tantangan bagi akademikus dalam menciptakan varietas unggul yang adaptif agar produksi pangan tidak terpengaruh signifikan.

“Ini menjadi tantangan bagi kami akademikus untuk menciptakan varietas adaptif krisis iklim terutama komoditas pangan sehingga krisis iklim yang saat ini melanda dapat disiasati,” ucapnya.

Untuk pengamanan wilayah gambut, perlu memperhatikan pembasahan dengan membuat kolam-kolam untuk wilayah yang memiliki sumber mata air.

Kolaborasi antar-instansi Pemerintah dalam hal ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kementerian Pertanian, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga dinilai sangat penting untuk meminimalisasi dampak fenomena El Nino.

Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Kalbar Ismaharto Adi menyatakan El Nino di Kalbar termasuk level lemah hingga Agustus 2023 dan diprakirakan akan meningkat hingga level menengah sampai Desember 2023.

Peristiwa El Nino pada bulan Juni hingga November akan memberikan pengaruh berupa pengurangan curah hujan di wilayah Kalbar.

Namun, masyarakat diharapkan tetap tenang menghadapi El Nino tahun ini karena dampaknya tidak separah yang dibayangkan dan tidak termasuk level kuat.

Meski demikian, perlu diwaspadai potensi kering pada Agustus dan September dan mengimbau warga agar tidak membakar lahan kering yang dapat menimbulkan karhutla yang asapnya bisa mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat.

“Jangan lupa juga menghemat penggunaan cadangan air bersih,” ujarnya.

 

Stok pangan

Untuk memenuhi kebutuhan pangan warga selama El Nino, Bulog Kalbar memastikan bahwa stok pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan warga di kabupaten dan kota.

Kepala Kantor Wilayah Bulog Kalbar Bambang Prihatmoko mengatakan untuk menghadapi El Nino tahun ini telah dicadangkan sebanyak 14 ribu ton beras.

Hingga Agustus 2023 kata dia, Bulog telah menyalurkan beras medium sebanyak 11.900 ton di seluruh wilayah kabupaten dan kota se-Kalimantan Barat.

Harga beras medium yang dijual saat ini Rp10.400 per kilogram dan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp11.400 dan terus dijaga untuk mengendalikan harga pasar.

Sudah ada 11.900 ton beras yang didistribusikan Bulog ke seluruh kabupaten kota, terutama di pasar tradisional dan pedagang ecer. Cadangan beras sebanyak 14.000 ton akan cukup sampai akhir tahun 2023.

Selain memastikan stok pangan cukup, Bulog Kalbar juga mendukung gerakan diversifikasi pangan untuk menghadapi potensi dampak El Nino di Kalbar.

Gerakan memperkaya jenis pangan selain beras sesuai dengan potensi daerah seperti ubi, jagung, sagu, dan tanaman pangan lainnya juga dipromosikan untuk memenuhi kebutuhan saat menghadapi El Nino.

Kebijakan strategis hingga teknis yang kini ditempuh Kalbar tersebut diyakini memberikan jaminan tersedianya pangan dengan harga terjangkau di tengah ancaman El Nino.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan