Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan pihaknya telah mengakhiri peringatan tsunami di wilayah Pulau Tanahbala, Kabupaten Nias Selatan, Sumatra Utara. Peringatan tsunami itu sempat dikeluarkan usai gempa bumi tektonik bermagnitudo 6,9 mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, sekitar pukul 03.00 WIB, Selasa (25/4).
“Memang pada pukul 05.17 WIB, BMKG telah mengakhiri peringatan dini potensi tsunami,” katanya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (25/4).
Dwikorita menjelaskan gempa yang terjadi di Kepulauan Mentawai sempat mengakibatkan terjadinya tsunami di wilayah Pulau Tanahbala. Kendati demikian, ketinggian permukaan air laut saat tsunami terjadi di wilayah tersebut tak lebih dari 50 sentimeter.
“Berdasarkan pengamatan tinggi permukaan laut. Tercatat benar terjadi kenaikan permukaan air laut atau ketinggian tsunami di lokasi Tanahbala pukul 03.17 WIB dengan ketinggian tsunami 11 sentimeter,” jelasnya.
Kemudian berdasarkan hasil analisis BMKG, episentrum gempa bumi tersebut terletak pada koordintas 0,9 LS, 98,38 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 177 kilometer barat laut Kepulauan Mentawai pada kedalaman pusat gempa 23 kilometer.
“Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman hiposentrum, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut memiliki mekanisme pergerakan patahan naik,” ungkap Dwikorita.
Adapun gempa bumi itu dirasakan di daerah Siberut, Kepulauan Mentawai, dengan skala intensitas 6 MMI atau getaran dirasakan oleh semua penduduk. Gempa ini juga dirasakan di Sibolga dan Aek Godang wilayah Sumut dengan skala intensitas III-IV MMI.
“Selain itu guncangan dirasakan pula di daerah Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, dan Padang dengan skala intensitas V MMI. Artinya getaran dirasakan hampir semua penduduk,” ujar Dwikorita.
BMKG juga mencatat hingga pukul 05.45 WIB telah terjadi gempa susulan sebanyak 10 kali dengan skala terbesar mencapai 5,0 magnitudo. BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Agar masyarakat juga menghindari bangunan rusak atau retak akibat gempa sebelumnya. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa atau tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” kata Dwikorita.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa yang terjadi ini merupakan rangkaian zona megathrust di segmen Mentawai-Siberut. Dia pun menjelaskan kendati pusat gempa berada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Namun, tsunami terjadi di wilayah Pulau Tanahbala, Nias Selatan, Sumatra Utara.
“Jadi gempa ini berpusat di segmen Mentawai-Siberut ujung utara jadi memang dekat dengan wilayah Sumut. Sehingga wajar jika daerah terancam ada di wilayah Tanah Bala, Nias Selatan. Ini memang tidak berada di keseluruhan Kepulauan Nias tapi memang ada di ujung utara deretan Kepulauan Mentawai yang di mana pusat gempa di ujung utara segmen Mentawai-Siberut,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Nias Selatan Epaproditus Dachi mengatakan gempa dan peringatan tsunami membuat masyarakat melakukan evakuasi mandiri meskipun diselimuti kepanikan.
“Ya paniknya ada sistem peringatan tsunami. Itu beredar dari BMKG,” katanya.
Namun saat ini BPBD Nias Selatan belum menerima adanya laporan terkait rumah masyarakat yang mengalami kerusakan akibat gempa.
“Sampai saat belum ada laporan kerusakan rumah warga. Tapi tetap kami cek ke lokasi menggali informasi. Dampaknya belum ada,” ucapnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS