Menilik Barang Asal Tiongkok Saat Perayaan Cap Go Meh di Pemangkat

Atong menunjukkan salah satu barang yang dijual saat perayaan Cap Go Meh di Vihara Tri Dharma Bumi Raya Pemangkat. Foto: Ocsya Ade CP

Pemangkat (Suara Kalbar)- Ratusan item barang-barang asal Tiongkok dipajang dan dijual di halaman vihara tua yang ada di Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

Penjualan barang atau pernak-pernik khas warga Tionghoa di halaman Vihara Tri Dharma Bumi Raya Pemangkat ini untuk berbagi berkah dalam momen Imlek 2572 dan Cap Go Meh 2021.

Ketua Yayasan Tri Dharma Bakti Umat Pemangkat, Atong menerangkan, barang-barang yang ada di altar Cap Go Meh dan di toko memiliki selisih harga berlipat. Bisa lebih mahal dua bahkan tiga kali lipat.

“Meski mahal, barang-barang ini pasti terjual. Karena, sebelum dijual, ada dilakukan ritual khusus untuk semua barang-barang,” katanya kepada Suarakalbar.co.id, Senin (1/3/2020).

Ia mencontohkan, kursi di toko meubel seharga Rp 10 juta. Dengan barang yang sama tetapi sudah diberkati dewa-dewi melalui tatung (orang yang dirasuki), tentunya harga akan mahal. Harganya bisa menjadi Rp 20 juta.

“Biar mahal, orang pasti mau beli. Karena yang dicari pembeli adalah keberkahannya. Kita warga Tionghoa meyakini apa yang dewa berkati ke masyarakat. Dan barang yang dipajang di altar itu kita percayai mengandung berkah untuk kita yang bisa memilikinya,” tuturnya.

Foto bersama penguurus yayasan saat perayaan Cap Go Meh di Vihara Tri Dharma Bumi Raya Pemangkat. Foto: Ocsya Ade CP

Atong menjelaskan, barang-barang yang dijual seperti guci, miniatur shio, miniatur kapal, patung, hiasan dinding, meja kursi dari batu giok serta pernak-pernik ciri khas warga Tionghoa.

Keuntungan dari penjualan tersebut untuk operasional vihara dan bakti sosial ke seluruh masyarakat Pemangkat. Tidak hanya untuk masyarakat Tionghoa, tapi seluruh warga yang ada di sekitar Pemangkat.

“Masyarakat Tionghoa percaya jika membeli barang tersebut akan mendapatkan berkah, kesejahteraan dan rejeki bagus. Penjualan barang tersebut hanya untuk mencari berkah. Dan keuntungannya untuk berbagi bersama,” jelasnya.

Ia mengaku, pada perayaan Cap Go Meh tahun ini memang berbeda dengan sebelumnya. Karena pada tahun ini masih dilanda pandemi Covid-19 dengan penularan masih menunjukkan trend kenaikkan.

“Meski demikian kita patut bersyukur pada awal tahun pemerintah sudah mulai melaksanakan vaksinasi secara bertahap. Saya sendiri terpilih untuk mengikuti vaksinasi pada tahap kedua perwakilan dari tokoh agama dan masyarakat,” tuturnya.

Tentunya, kata dia, perayaan Cap Go Meh pada tahun ini meniadakan kegiatan yang bersifat kerumunan. Seperti festival lampion, pawai tatung dan hiburan yang mengundang artis.

“Tanpa mengurangi makna Cap Go Meh kita tetap melaksanakan ritual dan memanjatkan doa agar segala musibh, bisa berakhir. Dalam pelaksanaan ritual tersebut selalu diterapkan protokol kesehatan secara ketat,” katanya.

Jika sebelumnya altar di jalan umum, tapi tahun ini dalam upaya penerapan protokol kesehatan dan menghindari kerumunan, maka altar dipindahkan ke dalam vihara.

Ia pun meyakini, meski pandemi membuat perayaan Imlek dan Cap Go Meh tidak meriah seperti sebelumnya, namun tahun ini biasa meriah dan berbeda.

“Barang-barang yang dijual pada Cap Go Meh kami tahun ini saya yakini belum pernah ada di penjualan atau pelelangan pada daerah lainnya. Kita yang paling unik, karena barang-barang pajangan diimpor semua dari Tiongkok,” terangnya.

Penulis : Diko Eno