Kasus “Anita Tumbler” dan Tajamnya Penghakiman Netizen di Ruang Digital
Jakarta (Suara Kalbar)- Ramainya reaksi warganet terhadap kasus “Anita Tumbler” kembali memperlihatkan bagaimana media sosial dapat berubah menjadi ruang pengadilan tanpa proses. Peristiwa ini menunjukkan, unggahan personal di era digital dapat berdampak luas dan tidak lagi bersifat pribadi.
Pemerhati budaya dan komunikasi digital, Firman Kurniawan, menegaskan banyak pengguna masih keliru memandang media sosial sebagai ruang privat. Ia mengingatkan, apa pun yang dibagikan di dunia maya otomatis menjadi konsumsi publik.
“Jadi media sosial tidak sebebas itu. Jelas, itu keniscayaan atau tidak bisa dihindari,” ujar Firman saat dihubungi Beritasatu.com, Senin (1/12/2025).
Firman menjelaskan, karakter media sosial sebagai mass self-communication membuat setiap unggahan berpotensi menimbulkan dampak besar. Hal ini termasuk risiko cancel culture, seperti yang terlihat dalam kasus Anita, ketika curahan pribadi berubah menjadi isu nasional dan mengarah pada penghakiman publik.
Menurutnya, fenomena trial by social media, yakni situasi ketika publik di media sosial bertindak seolah-olah sebagai hakim, tidak pernah menghasilkan proses yang adil.
“Hukuman sosial dari netizen itu enggak bagus. Sama sekali tidak adil, karena tidak ada proses,” tegasnya.
Ia menekankan, sistem hukum memberi kesempatan pembelaan kepada siapa pun, sementara di media sosial seseorang dapat dicap bersalah hanya berdasarkan potongan informasi yang viral.
Firman juga menyoroti reaksi publik di dunia maya sering muncul tanpa melihat konteks penuh. Ia mencontohkan kasus satpam Grand Indonesia pada 2023 yang sempat dituding memukul anjing, tetapi kemudian terbukti justru melindungi kucing dari serangan hewan tersebut.
Selain itu, ia menyinggung risiko psikologis dari penghakiman digital yang di sejumlah negara berujung fatal, seperti kasus bunuh diri selebritas Korea Selatan akibat tekanan netizen.
Karena itu, Firman mengimbau pengguna media sosial untuk lebih bertanggung jawab, baik sebagai pembuat maupun konsumen konten. Setiap unggahan, katanya, selalu berpotensi memengaruhi orang lain.
Dari sisi pembaca, ia menekankan pentingnya memahami konteks sebelum memberikan reaksi.
“Seburuk apa pun peristiwanya, harus dilihat konteksnya apa,” tandasnya.
Sumber: Beritasatu.com
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





