Pontianak (Suara Kalbar) – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “International Relations Cooperation Program for Human Resource Development in a Multipolar World” pada Rabu (15/3/2023).
Kuliah umum tersebut dilaksanakan secara offline di Aula Magister Ilmu Sosial FISIP Untan dan menghadirkan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, HE Ludmila Vorobieva sebagai pembicara utama.
Ketua Panitia Kegiatan Dr. Yulius Yohanes, M.Si mengatakan, kegiatan ini dapat terlaksana berkat kerjasama berbagai pihak.
“Kegiatan kuliah umum oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, HE Ludmila Vorobieva bisa berjalan lancar,” ujarnya.
Kegiatan ini dibuka dengan sambutan dari Dekan Fisip Untan Pontianak Dr. Herlan, S.Sos., M.Si sangat mengapresiasi kegiatan tersebut.
“FISIP Untan sangat terbuka bagi siapapun untuk datang dan melakukan kerjasama sebagai langkah FISIP Untan dapat menjadi Fakultas Go Internasional,” ujar Herlan.
Dalam kuliah umum tersebut Duta Besar Rusia untuk Indonesia HE Ludmila Vorobieva menyampaikan bahwa Federasi Rusia menilai dunia multipolar dibutuhkan untuk menghentikan tindakan kriminal Amerika Serikat dan NATO.
“Dunia multipolar dibutuhkan untuk menciptakan perdamaian. Konsep perdamaian di dalam dunia multipolar dimaksudkan agar posisi antar negara dalam bermitra menjadi sejajar, tidak boleh satu negara mendominasi, sewenang-wenang, dan menteror negara lain untuk mencapai kepentingannya,” papar Dubes.
Lebih lanjut, menurut Dubes Rusia untuk Indonesia HE Ludmila Vorobieva, gerakan dunia multipolar dibutuhkan untuk menghentikan gerakan kriminal dunia unipolar yang diusung Amerika Serikat dan negara-negaran anggota NATO.
“Dalam pandangan Rusia, dunia unipolar telah menciptakan permusuhan pada banyak negara, diantaranya di Suriah, Irak, Libya, dan banyak negara lain yang terlibat perang saudara akibat hegemoni konsep negara unipolar, sehingga Amerika Serikat dan NATO memaksakan diri mengatur tatanan dunia baru yang penuh dengan kekerasan,” urainya.
Dalam kuliah umum ini juga ia mengungkap bahwa masih besarnya potensi dari perdagangan bebas antara zona ekonomi Eurasia dan Indonesia. Negara-negara Eurasia ini ada lima negara yang tergabung dalam Eurasian Economic Union, yakni Rusia, Belarusia, Armenia, Kazakhstan, dan Kirgizstan.
“Perundingan dengan pihak Indonesia dilaksanakan tahun lalu antara menteri Eurasia dan Kementerian Perdagangan RI,”kata dia.
Dubes Ludmila Vorobieva menyebut langkah ini diambil setelah studi kelayakan selama tiga tahun untuk memahami potensi perdagangan bebas antara enam negara ini yang dimana studi itu memberikan hasil positif.
“Negosiasi berpotensi berlangsung rumit, sebab semua negara Eurasia harus terlibat. Perdagangan bebas ini penting dilaksanakan karena Indonesia tak bisa mengajak Rusia tanpa negara-negara Eurasia lainnya,” ungkapnya.
Saat ini, akan tetapi ia masih belum bisa mengungkap komoditas-komoditas apa saja yang diutamakan di perjanjian dagang ini. Ia hanya mengatakan bahwa perjanjian ini akan komprehensif, meski ada kemungkinan negosiasi panjang.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS