Mangga Gedong Gincu Segera Mengisi Pasar Jepang

ilustrasi - Mangga Gedong Gincu [int]

Sumedang (Suara Kalbar) – Mangga gedong gincu kini akan masuk ke pasar Jepang. Negeri Matahari Terbit itu menerima mangga dalam bentuk segar. Salah satu kelebihan mangga gedong gincu adalah aroma dan rasa yang khas.

Untuk memastikan persiapan ekspor berjalan baik, Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto mengunjungi Sumedang, Jawa Barat. Sumedang adalah salah satu sentra produksi mangga gedong gincu, selain Indramayu, Majalengka, dan Cirebon.

“Ini mempersiapkan pasar ekspor mangga gedong gincu segar ke Jepang dari Jawa Barat. Mangga Indonesia memiliki keunikan dengan aroma dan rasa yang khas yang tidak dimiliki negara tropis lain. Peluang ini harus kita raih karena pasar mangga di Jepang amat besar,” tutur Prihasto, Rabu (16/11).

Di Kota Tahu itu, Prihasto mengecek sistem resi gudang, kebun Kelompok Tani Jembar Makmur di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, dan kebun Kelompok Tani Melati, Desa Cipicung, Kecamatan Jatigede. Prihasto juga mengunjungi bangsal pasca panen bantuan Ditjen Hortikultura di kelompok yang sama berikut collecting house di Desa Cinta Jaya.

Mangga gedong gincu memiliki bentuk dan warna buah yang berbeda dari kebanyakan jenis mangga lainnya, yakni bulat dan berwarna kemerahan. Harga gedong gincu bervariasi, namun lebih mahal ketimbang jenis mangga lain. Di pasaran dijual dengan harga Rp35 ribu per kilogram.

Di wilayah sentra buah, kata Prihasto, pemerintah mendorong pengendalian hama lalat buah secara masif. Di Jawa Barat, ini dikonsentrasikan di empat sentra mangga, yaitu Sumedang, Majalengka, Cirebon, dan Indramayu.

Ini dilakukan lewat program AWM (Area Wide Management) atau pengendalian hama lalat buah skala luas. Agar berjalan baik, kata dia, harus ada kolaborasi semua pihak. Baik pemerintah daerah maupun petani, sekaligus masyarakat di daerah sentra dalam menjaga sanitasi kebun.

Prihasto mengatakan, untuk merebut pasar ekspor di luar negeri ada tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas (3K). Buah harus menarik dan memenuhi kriteria negara mitra dagang.

“Upayakan semua dapat saling men-support gedong gincu karena pasar ekspor membutuhkan itu. Mereka membutuhkan sebuah kepastian. Jadi, selain 3K tadi, juga ada kebersamaan dan trust atau kepercayaan,” jelas Prihasto.

Pesaing utama pasar ekspor mangga, jelas Prihasto, adalah Thailand. Thailand dan Amerika Serikat tercatat sebagai negara pengekspor mangga. Dengan kemampuan teknologinya, AS bisa menghasilkan mangga berkualitas.

Indonesia, klaim Prihasto, memiliki sumber daya alam luar biasa. Karena itu, jelas dia, tidak pada tempatnya untuk kalah bersaing. Kita mendorong dan meningkatkan pasar ekspor mangga, sesuai arahan dari Bapak Menteri Pertanian, yaitu gerakan tiga kali ekspor,” jelas dia.

Penulis: Tim LiputanEditor: Redaksi