Kolaborasi Gemawan dan Polnep Kembangkan Budidaya Ikan Air Tawar di Desa Sekabuk

Mempawah (Suara Kalbar) – Potensi Sungai Padang yang berlokasi di Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, akan dimanfaatkan untuk budidaya perikanan tawar dalam bentuk usaha keramba jaring apung.
Kegiatan budidaya untuk peningkatan ekonomi masyarakat tersebut merupakan kolaborasi Gemawan dengan Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) yang bekerjasama dengan Lembaga Desa Pengelola Hutan (LDPH) Desa Sekabuk.
Sebagai langkah awal dan ujicoba, Polnep melakukan serah terima sekaligus menebar 1.000 bibit ikan nila dan 100 bibit ikan Baung di Keramba Jaring Apung, di Sungai Padang yang berada di Lokasi Hutan Desa Sekabuk, Sabtu (27/8/2022).
Turut hadir Camat Sadaniang, Budi Utoyo dan Forkorpimcam, Kepala Desa Sekabuk, Andas Saputra beserta perangkat desa dan BPD, UPT KPH Mempawah, rombongan Polnep, Pendamping Masyarakat Perhutanan Sosial dari BPSKL, dan masyarakat Desa Sekabuk.
Sebagai informasi, Gemawan yang merupakan lembaga pendamping di Desa Sekabuk memiliki program Penguatan Pengelolaan Lahan dan Hutan Berbasis Masyarakat di Kalimantan Barat.
Sedangkan Polnep mempunyai kegiatan Hibah Penelitian Program CitRes.Ned-NORHED II Tahun 2022 di tingkat desa dengan agenda “Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Hutan Desa Sekabuk untuk Pengembangan Budidaya Ikan Berkelanjutan”.
Terlaksananya program penelitian kerjasama Polnep dengan LDPH Desa Sekabuk ini sesuai dengan perencanaan pengelolaan Perhutanan Sosial LDPH Sekabuk agar berjalan efektif, tepat, dan berkelanjutan.
Ketua Tim Peneliti dan Staf Pengajar Program Studi Budidaya Perikanan Jurusan IKP Polnep, Sarmila mengatakan tujuan kedatangan pihaknya adalah melaksanakan penelitian mengenai partisipasi masyarakat Desa Sekabuk dalam mengelola hutan desanya.
“Kami medapat informasi Sekabuk punya Hutan Desa yang sudah berbadan hukum dari Kementerian (KLHK), sehingga kita tertarik untuk mengembangkan potensi yang ada disini untuk usaha budidaya ikan,” jelasnya.
Dalam kegiatan itu, Sarmila dan rombongan Polnep juga berdiskusi dengan masyarakat, kades, dan LDPH Desa Sekabuk terkait pengembangan potensi perikanan di wilayah itu.
“Awalnya rancangan kita rencananya ke keramba jaring tancap, namun pada akhirnya pengembangannya kearah keramba jaring apung,” ujar dia.
Kemudian, Sarmila dan rekan-rekannya di Polnep juga ingin melihat bagaimana partisipasi masyarakat Sekabuk dalam mengelola hutan, terutama dalam kegiatan budidaya ikan di desanya.
“Tak hanya itu, kami juga akan melihat sebelum dan sesudahnya. Terus membuat perbandingan, apakah kedatangan kami kesini untuk memberdayakan masyarakat, membawa perubahan apa tidak,” jelasnya.
Karena ia berharap keberadaan Polnep dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan cara berpikir, dari yang tadinya fokus ke tanaman perkebunan, hutan, terus untuk tanaman pertanian.
“Sekarang maunya kita masyarakat juga dapat fokus ke budidaya ikan. Karena kami melihat potensi besar budidaya perikanan di Sekabuk,” ungkap Sarmila.
Terlebih, pihaknya juga sudah melakukan survei langsung tentang apa-apa saja jenis ikan yang ada disini. Hasilnya ternyata di Sungai Padang hidup ikan-ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Misalnya Baung, Lais, Tapah, Belida.
“Bahkan masih banyak lagi jenis-jenis ikan lainnya yang semuanya itu adalah jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi,” ungkapnya.
Dia juga mengatakan untuk ikan yang di budidayakan saat ini target sebenarnya adalah ikan Baung, bila melihat potensi Sungai Padang Desa Sekabuk.
Namun, mempertimbangkan kemudahan bagi masyarakat dalam berbudidaya ikan kedepannya, maka pihaknya juga mencoba ikan introduksi.
“Jadi kita tidak hanya fokus di ikan Baung saja, tetapi kita coba kembangkan ikan introduksi seperti Nila,” ujarnya.
Koordinator Community Organizer Gemawan, Lani Ardiansyah mengungkapkan, pemilihan budidaya ikan di Sungai Padang merupakan hasil musyawarah mufakat dengan kelompok LDPH Desa Sekabuk.
“Hutan desa di Desa Sekabuk memiliki potensi sungai yang memang menarik untuk menjadi lokasi pengembangan budidaya ikan,” ujar Ucup, sapaan akrabnya.
Apalagi, imbuhnya, antara sungai dan hutan tidak bisa dipisahkan, seperti satu mata uang dengan dua sisi yang berbeda. Kendati sungai dan hutan punya habitatnya masing-masing, namun saling melengkapi.
“Sebagai contoh, ketika ada salah satu jenis ikan yang naik ke darat waktu saat ingin mereproduksi pada musim air pasang tiba, dan pada saat air surut ikan kembali turun ke sungai,” jelasnya lagi.
Dengan kata lain, imbuh Ucup, hubungan antara sungai dan hutan itu memang tidak bisa dipisahkan. Semakin baik hutan dikelola, dijaga, dan dilestarikan, maka habitat yang ada di sungai juga akan semakin baik.
Lebih lanjut Ucup menyampaikan terimakasih kepada Polnep karena memberikan fasilitas, mulai dari keramba, ikan, pengerjaan dan lain-lain itu terhadap kelompok LDPH Desa Sekabuk.
“Semoga hasil dari program ini, selain bisa berdampak pada penambahan nilai ekonomi masyarakat, juga memberikan semangat kepada LDPH dan masyarakat di sekitar Desa Sekabuk untuk terus semangat melestarikan hutannya,” ujarnya.
Kepala Desa Sekabuk, Andas Saputra menyebut kegiatan budidaya ikan air tawar merupakan suatu bentuk apresiasi bagi Pemerintahan Desa Sekabuk, karena Polnep telah memberikan sumbangsih membantu perekonomian masyarakatnya.
“Apalagi pada saat ini masyarakat Desa Sekabuk sedang mengalami krisis ekonomi, karena harga hasil pertaniannya sedang menurun atau murah,” beber kades.
Ia pun berharap dengan adanya pengembangan budidaya ikan ini bisa menjadi acuan dan mengubah mindset masyarakat Desa Sekabuk, agar bisa membuat keramba untuk menunjang perekonomiannya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS