Prevalensi Stunting di Ketapang Menurun Signifikan
Ketapang (Suara Kalbar) – Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3AKB) Kabupaten Ketapang menggelar acara Diseminasi Audit Kasus Stunting dan Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di sebuah hotel pada Selasa, (10/12/2024) pagi.
Acara ini dihadiri oleh Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Ketapang, Dedy Shopiardi, yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Pengembangan Profesi RSUD dr. Soedarso Pontianak, serta berbagai pejabat daerah dan tenaga ahli di bidang kesehatan.
Kepala DSP3AKB Ketapang, Albertin Tri Kurniasih, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan hasil audit kasus stunting di beberapa wilayah serta mempercepat upaya penurunan angka prevalensi stunting.
Asih memaparkan, audit kasus stunting sendiri dilaksanakan sejak 30 Agustus hingga 11 November 2024. Mencakup sembilan kecamatan pada 28 desa di Kabupaten Ketapang. Total 132 responden dari berbagai kelompok sasaran, seperti calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan, serta balita dan baduta.
Asih mengungkapkan bahwa faktor penyebab stunting di Kabupaten Ketapang sangat beragam, mulai dari pola asuh yang kurang tepat hingga kendala akses air bersih.
“Pola asuh yang salah, di mana anak lebih sering dititipkan kepada keluarga atau pengasuh lain saat kedua orang tuanya bekerja, ini menjadi salah satu penyebab utama. Banyak anak yang hanya makan nasi putih tanpa lauk bergizi,” ungkap Asih sapaan akrabnya.
Menurut Asih, penyuluhan dan perbaikan pola asuh di kalangan orang tua salah satu yang menjadi fokus utama dalam upaya penurunan stunting. Namun prosesnya tidak mudah, karena mengubah perilaku orang tua membutuhkan waktu.
Asih memaparkan, data terbaru dari Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Ketapang pada tahun 2024 telah menurun signifikan.
“Dari 19,04 persen pada 2023, prevalensi stunting kini tercatat 8,11 persen pada Oktober 2024. Namun, angka prevalensi tertinggi masih ditemukan di Kecamatan Tayap, dengan 478 anak terdiagnosis stunting,” papar Asih.
Penjabat Sekda Ketapang, Dedy Shopiardi, menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi masalah stunting.
“Peran TPPS sangat vital dalam melaksanakan aksi konvergensi, yaitu berbagai kegiatan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara lebih terpadu, berkualitas, dan tepat sasaran,” ujar Dedy usai membuka kegiatan tersebut.
Dalam kesempatan itu, Dedy juga menyampaikan pentingnya peningkatan gizi untuk balita dan ibu hamil. Aksi nyata seperti program orang tua asuh yang berfokus pada peningkatan berat badan anak dengan bantuan gizi yang tepat, menjadi salah satu solusi yang terbukti efektif.
Dedy menekankan Pemerintah Kabupaten Ketapang terus berkomitmen untuk menurunkan angka stunting dan mendukung pencapaian Indonesia Emas 2024 dengan SDM berkualitas dan tanpa ada anak yang mengalami stunting.
“Sinergi dan kolaborasi antar sektor menjadi kunci keberhasilan program ini, harapannya dapat mencapai target penurunan stunting sesuai target pemerintah pusat,” pungkasnya.
Penulis: Agustiandi
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS