Musim Penghujan Membuat Petani Sawi di Sekadau Harus Bekerja Ekstra
Sekadau (Suara Kalbar) – Musim hujan yang melanda wilayah Sekadau telah memberikan tantangan tersendiri bagi para petani sawi. Curah hujan yang cukup tinggi tidak hanya membuat tanah menjadi subur, tetapi juga membawa risiko serangan hama yang dapat merugikan hasil panen.
Para petani sawi, seperti Iwan (40), yang bertani di ladang di sepanjang Jalan Pancawarna, gang Beringin, Kabupaten Sekadau, harus bekerja ekstra keras untuk mengatasi ancaman ulat, kupu-kupu, dan jamur yang sering menyerang tanaman sawi mereka.
Menurut Iwan, musim hujan memang menjadi waktu yang paling rentan bagi tanaman sawi. Kelembaban yang tinggi dan curah hujan yang seringkali tidak terduga menjadi faktor utama yang memicu pertumbuhan hama dan penyakit pada tanaman. Meskipun demikian, ada sisi positif yang bisa diambil dari situasi ini.
“Musim hujan seperti ini memang membuat kami harus lebih waspada terhadap serangan hama, tetapi di sisi lain, permintaan pasar juga meningkat drastis,” ujar Iwan pada kamis, (9/5/2024).
Iwan menyebut harga sawi di pasar juga mengalami kenaikan. Satu ikat sawi saat ini bisa dijual dengan harga Rp.4.000 kepada para pengepul yang sebelumnya hanya Rp. 2.500.
“Ini memberikan keuntungan yang cukup menggembirakan bagi kami para petani, ” lanjut Iwan.
Iwan mengatakan butuh 28 hari sampai 30 hari untuk menunggu sawi dari bibit sampai bisa dipanen. Pada masa itu sawi harus diberi pupuk pada hari ke 15 dan hari ke 20, Iwan sendiri menggunakan pupuk jenis mutiara 16.
Tidak hanya Iwan, para petani sawi lainnya di Sekadau juga mengalami peningkatan permintaan dan harga jual yang menguntungkan. Meskipun harus menghadapi tantangan dalam menjaga kelestarian tanaman. Mereka tetap berusaha keras untuk memastikan kualitas dan ketersediaan pasokan produk pertanian yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus tumbuh.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS