Semudun Punya Apartemen Kepiting, Alternatif Upaya PT Pelindo Mentransformasi Nelayan Terdampak Pelabuhan Kijing
Mempawah (Suara Kalbar) – Usai diresmikan Presiden Joko Widodo, Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak di Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, tak lama lagi bakal beroperasi penuh.
Selaku operator pelabuhan, PT Pelindo memberikan perhatian kepada para nelayan tradisional yang terdampak pembangunan maupun operasional Terminal Kijing tersebut.
Salah satu upayanya adalah melaksanakan program transformasi nelayan yang melibatkan konsultan nasional PT Pendidikan Maritim Logistik Indonesia (PT PMLI).
Mulai dari pelatihan ground fishing, smart aquaculture, pemberdayaan UMKM, memberikan keterampilan khusus, hingga bantuan sarana dan prasarana budidaya air tawar.
Syarif Andri Gunawan adalah satu dari sekian banyak nelayan tradisional di Kecamatan Sungai Kunyit yang turut dilibatkan dalam program transformasi nelayan PT PMLI sub PT Pelindo.
Saat ditemui di kediamannya, Jalan Pendidikan Gang Bersama, Desa Semudun, pria 47 tahun yang akrab disapa Pak Syarif ini, terlihat telaten memberi makan ratusan kepiting bakau.
Ia bahkan dengan penuh rasa syukur menunjukkan puluhan kepiting siap panen.
Ya, Syarif Andri Gunawan dengan bantuan program transformasi nelayan, memilih untuk membudidayakan kepiting bakau dengan metode apartemen. Untuk itu, ia bergabung ke dalam Kelompok Nelayan Ikan Nako.
“Istilah umumnya, ini adalah apartemen kepiting. Sejak mendapat bimbingan dan pelatihan dari PT PMLI, saya tujuh bulan lalu sudah membudidayakan kepiting,” katanya lugas.
Pak Syarif menuturkan, selama tujuh bulan itu, ia sudah panen satu kali. Hasilnya lumayan untuk menambah pendapatan keluarga.
“Saya dulu adalah nelayan tangkap tradisional. Sekarang melaut makin sulit karena cuaca semakin tidak menentu. Begitu pula dengan lokasi tangkap, makin terbatas karena adanya Pelabuhan Kijing,” ungkapnya.
Ia bersyukur, PT Pelindo tidak berdiam diri. Ia mengaku langsung tertarik dengan program transformasi nelayan.
“Karena itu, saya seriusi budidaya kepiting bakau dengan metode apartemen. Apalagi PT Pelindo melalui PT PMLI terus memberikan bimbingan dan pendampingan,” ujarnya lagi.
Pak Syarif mengatakan, dengan kondisi geografis di Desa Semudun, maka ia merasa paling cocok membudidayakan kepiting bakau dengan metode apartemen.
Ditambah lagi, persoalan pakan tidak terlalu menjadi kendala. Sebab ikan rucah sangat terjangkau. Kondisi air juga cukup mendukung.
“Saat ini, ada 250 bibit kepiting yang terus saya kembangkan. Mudah-mudahan panen berikutnya, pendapatan yang saya peroleh semakin meningkat,” harap Pak Syarif.
Untuk membudidayakan ratusan kepiting bakau itu, ia membangun pondok di samping rumahnya dengan luas 3×8 meter.
Di pondok itu berjejer rapi boks-boks tempat kepiting berkembang. Dari bibit seberat 2 ons, terlihat sudah gemuk menjadi 3 ons lebih.
“Jika sudah punya berat 3-5 ons, kepiting bakau ini sudah bisa dipanen,” tukasnya.
Nah, jika dulu kepiting alam bisa diperoleh secara musiman, maka dengan metode budidaya apartemen, setiap saat kepiting selalu ready stock menunggu datangnya pembeli.
Di tempat yang sama, Ebba, pendamping PT PMLI, mengaku bangga atas kegigihan dan kesabaran Syarif Andri Gunawan dalam membudidayakan kepiting bakau.
“Beliau (Syarif Andri) memang memilih budidaya kepiting apartemen. Selaku pendamping, kami terus memberikan bimbingan dan edukasi agar usaha ini berhasil,” ungkap dia.
Sejauh ini, tambah Ebba, budidaya kepiting apartemen yang ditekuni Syarif Andri belum menemui kendala berarti.
Program transformasi nelayan ini tentu perlu proses. Butuh kerjasama antar kelompok nelayan, kegigihan dan semangat untuk maju.
“Nah, dari pendampingan ini lah kita berharap budidaya kepiting ini bisa menjadi usaha sampingan untuk menambah pendapatan keluarga para nelayan tradisional terdampak Terminal Kijing,” tutup dia.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS