SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Kapuas Hulu Pemkab Kapuas Hulu Ajak Semua Pihak Cegah Kekurangan Gizi

Pemkab Kapuas Hulu Ajak Semua Pihak Cegah Kekurangan Gizi

Kegiatan Rembuk stunting di Kecamatan Mentebah sebagai upaya dalam penanggulangan dan pencegahan stunting di wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat. ANTARA/HO-Dinkes Kapuas Hulu (Teofilusianto Timotius)

Kapuas Hulu (Suara Kalbar) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kapuas Hulu Kalimantan Barat mengajak semua pihak untuk meningkatkan komitmen dalam upaya penanggulangan dan pencegahan kekurangan gizi (stunting) hingga ke pelosok desa.

“Kami ingin mengajak semua pihak meningkatkan komitmen bersama untuk mengatasi persoalan stunting sampai tingkat desa,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kapuas Hulu Ade Hermanto saat Rembuk Stunting di Kecamatan Mentebah Kapuas Hulu, Kamis (7/7/2022).

Disampaikan Ade, persoalan stunting telah menjadi agenda pembangunan nasional, dan Kabupaten Kapuas Hulu menjadi salah satu kabupaten lokus dalam penanganan stunting di Indonesia.

Menurutnya, kekurangan gizi tidak hanya memgenai pertumbuhan anak yang terhambat, namun juga berkaitan dengan perkembangan otak yang kurang maksimal.

Hal itu menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang di bawah rata-rata, dan bisa berakibat pada prestasi yang buruk.

“Tingkat prevalensi stunting yang masih tinggi, perlu segera kita atasi bersama, baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah desa, individu, komunitas, CSR, maupun swasta, harus bersinergi dan bersatu dalam upaya penanggulangan stunting,” ucap Ade.

Dia menjelaskan sesuai dengan strategi nasional dalam penanggulangan stunting, telah ditetapkan lima pilar pencegahan stunting yaitu komitmen dan visi kepemimpinan, kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program pusat, daerah dan desa, kemudian ketahanan pangan dan gizi serta pemantauan dan evaluasi.

Disebutkan Ade, kunci pencegahan dan penanganan kasus stunting adalah di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sehingga perhatian kepada ibu hamil dan balita serta baduta, baik melalui intervensi gisi spesifik, maupun intervensi gizi sensitif, perlu terus diupayakan.

Perlu diketahui, kata Ade, intervensi tidak hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga dilaksanakan oleh sektor yang lain. Karena tingkat keberhasilan program itu sangat dipengaruhi oleh sektor non kesehatan, dengan proporsi dukungan mencapai 70 persen.

Sedangkan, salah satu pendukung pencegahan stunting diantaranya yaitu pembangunan sanitasi, air bersih, penyediaan pangan yang aman dan bergizi dan lebih utamanya pemahaman secara baik, serta kepedulian masing-masing individu, berikut masyarakat, untuk mengoptimalkan perannya, dalam upaya penanggulangan stunting.

Ade juga menekankan agar masalah gizi tetap harus menjadi prioritas yang tidak boleh kita abaikan.”Pemerintah daerah tetap untuk menjamin kecukupan gizi masyarakat. Oleh karenanya seluruh stakeholder terkait untuk bisa melakukan inovasi-inovasi, agar upaya pemenuhan gizi masyarakat, utamanya bagi mereka yang rentan seperti ibu hamil dan anak balita,” katanya

Selanjutnya, untuk tingkat desa, bidan dan petugas gizi puskesmas bersama-sama dengan kader di masing-masing desa untuk melakukan penelusuran, penemuan bayi dan balita yang berpotensi stunting.

“Untuk camat, diharapkan bisa memfasilitasi dan mengkoordinir desa. Pastikan kegiatan untuk penurunan dan pencegahan stunting di tingkat desa teralokasi lewat dana desa,” pesan Ade.

 

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Komentar
Bagikan:

Iklan