![]() |
Burhanudin (kiri), paman Agus Minarni, di rumah duka saat ditemui Babinsa di Desa Sengkubang, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, Sabtu (9/1/2021). Agus Minarni dan suaminya Muhammad Nur Kholif, merupakan warga Mempawah yang namanya tercantum dalam manifest pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu. SUARAKALBAR.CO.ID/Dian Sastra |
Mempawah (Suara Kalbar)-Pihak keluarga mengungkapkan, Agus
Minarni dan Muhammad Nur Kholif, semestinya pulang ke Pontianak pada Selasa
(5/1/2021) pagi.
“Namun sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, Agus mengirim
chat ke saya bahwa keberangkatannya pada 5 Januari itu tertunda, karena ada
aturan terbang ke Pontianak harus mengantongi Syarat Negatif Covid-19 Berbasis
RT-PCR,” ungkap Burhanudin ketika ditemui di rumah duka di Jalan Raya Desa
Sengkubang, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, Sabtu (9/1/2021) pukul
23.00 WIB.
Burhanudin adalah paman Agus Minarni, yang bersama suaminya,
Muhammad Nur Kholif, tercatat dalam manifest penumpang pesawat nahas Sriwijaya Air
SJ-182 yang jatuh di kawasan Kepulauan Seribu, Sabtu, pukul 14.40 WIB.
Rumah duka yang selama ini ditempati Agus Minarni dan suaminya,
persis di samping Kampus I Pondok Pesantren Darussalam, Desa Sengkubang.
Saat wartawan suarakalbar.co.id. tiba di sana tadi malam,
rumah sudah tampak ramai. Kursi-kursi dan meja sudah dikeluarkan. Raut penuh
kesedihan tergambar jelas dari wajah para sanak keluarga, kolega hingga
tetangga.
Sesekali menerima telepon, Burhanuddin menceritakan, begitu
keberangkatannya tertunda, Agus Minarni mengirim pesan bahwa dia dan suaminya
akan menginap di rumah keluarga di Jakarta.
“Saat saya tanya kira-kira kapan ia akan pulang, Agus
mengatakan belum bisa memastikan. Sebab hasil RT-PCR baru bisa dikantongi
paling cepat dua hari. Lantas, ia meminta saya pulang saja ke Sengkubang, karena
pada tanggal 5 Januari itu, saya sudah di Pontianak untuk menjemputnya,” jelas
Burhan lagi.
Lalu pada Sabtu pagi kemarin, di hari yang nahas itu, Agus
kembali mengirim pesan chat via Whatsapp ke Buharnudin. Agus mengabarkan bahwa
dirinya dan suami akan pulang ke Pontianak dengan pesawat Sriwijaya Air.
“Ia juga mengirim foto tiket. Tergambar jelas logo Sriwijaya
Air dengan nomor penerbangan SJ-182. Dan Agus juga meminta saya tak usah
menjemput, karena dirinya sudah memesan taksi,” jelas Burhan lagi.
Karena tak ada firasat apapun, Burhan dan seluruh keluarga langsung
berangkat ke Sambas karena ada acara keluarga.
“Kami semua berangkat ke Sambas, termasuk abang kandung
Agus, yakni Ustadz Yusdiansyah. Jadi rumah ini kosong. Benar-benar kami tak ada
firasat apapun,” katanya.
Sesampainya di Pemangkat, sekitar pukul 16.00 WIB, Burhan
lalu mengirim chat ke Agus. Hendak menanyakan apakah sudah sampai ke Pontianak
atau belum. Namun, pesan pending, hanya bergaris satu.
“Tak lama kemudian, saya mendapat kabar ada pesawat
Sriwijaya Air yang hilang kontak. Saya panik dan sudah berpikiran buruk. Saya
hubungi keluarga di Jakarta, dikatakan Agus memang berangkat dengan pesawat
Sriwijaya Air. Begitu foto tiket saya lihat, saya langsung lemas, tak
henti-hentinya istighfar,” ujar Burhan seraya menyeka air mata.
Kontan, acara keluarga di Sambas pun dibatalkan. Mereka sekeluarga
memutuskan kembali pulang di Mempawah.
“Saat dalam pejalanan pulang ke Mempawah, telepon dan pesan
tak berhenti masuk dari para keluarga, teman dan kolega serta para tetangga
yang menanyakan kebenaran Agus dan suaminya ada dalam pesawat Sriwijaya Air
itu,” ungkap Burhan.
Begitu dapat kepastian pesawat tersebut jatuh, Burhan dan
pihak keluarga sekarang hanya bisa pasrah. Ia selalu berdoa yang terbaik untuk
keselamatan Agus dan suaminya, Muhammad Nur Kholif.
Penulis : Dian Sastra