Sekelumit Masalah Pendidikan Indonesia
Oleh: Mia
INDONESIA sempat dihebohkan dengan demo yang dilakukan oleh siswa kelas XII di SMAN 1 Mempawah. Hal itu mereka lakukan karena tidak bisa mendaftar SNBP. Menurut PJ Gubernur Kalbar Harisson masalah serupa yang dialami siswa di provinsi Kalbar juga di alami oleh siswa dari berbagai provinsi yang lain. Harisson menjelaskan sekolah yang telah menyelesaikan entry data sampai finalisasi nilai lengkap pada aplikasi PDSS sebanyak ) 42,91 % sekolah di Indonesia yang menyelesaikan. Untuk Provinsi Kalbar, sekolah yang tidak menyelesaikan input data sebanyak 90 sekolah SMA ada 40, SMK ada 42, MA ada 8 atau 10% dari keseluruhan 893 sekolah yang ada di Kalbar (SuaraKalbar, 6/2/2025)
SNBP atau seleksi nasional berbasis prestasi ialah seleksi masuk perguruan tinggi negeri dengan cara memperimbangkan prestasi siswa baik akademik maupun tidak. Hal inilah yang mendorong siswa untuk berjuang mendapatkan prestasi untuk memperoleh tiket emas masuk perguruan tinggi.
Tapi satu hal yang harus dipahami bahwa paradigma terkait pendidikan menjadi bermasalah jika prestasi dan nilai yang dikejar hanya semata untuk mendapatkan tiket masuk perguruan tinggi.
Padahal sejatinya kualitas pendidikan tak hanya sekedar diukur dari keberhasilan materi semata tali juga kualitas kepribadian mulia yang terbentuk. Hari ini banyak disaksikan orang-orang yang katanya pintar dan berprestasi justru jadi pelaku kriminal. Hal ini diungkapkan oleh Pak Mahfud MD tahun 2023 lalu terkait pelaku korupsi. Ternyata 84 persen korupsi di RI lulusan perguruan tinggi. (CNN Indonesia, 29/11/2023)
Mengapa hal tersebut terjadi? Tak lain karena sistem pendidikan sekuler yang di terapkan saat ini. Pendidikan dijauhkan dari agama. Para pelajar pintar akademik dan prestasi, tapi minim agama dan karakter Islam. Bukankah dengan karakter Islam (Jujur, amanah dan lainnya) akan membuat pelajar yang benar-benar berkualitas?
Di sisi lain, pendidikan berkualitas di negeri ini juga sangat sulit untuk di jangkau dan harganya mahal. Di Indonesia saja, Perguruan tinggi yang berkualitas justru masih didominasi pulau Jawa. Sedangkan pulau-pulau yang lain masih jauh tertinggal. Di Kalbar sendiri pusat pendidikan juga masih berpusat di ibu kota provinsi. Sedangkan kabupaten/kota masih sangat minim perguruan tinggi.
Sekelumit masalah pendidikan tak lantas membuat kita hanya diam dan menyimak setiap kejadian. Tapi harus kritis bahwa Indonesia emas 2045 yang di inginkan haruslah disertai visi misi yang jelas dalam pembangunan dan perubahan. Untuk itulah penawaran sistem pendidikan Islam layak di perhitungkan. Visi misi pendidikan yang jelas yaitu membentuk generasi bersyakhsiah (berkarakter) Islam dan bermanfaat bagi umat manusia menjadi tujuannya. Pemerataan pendidikan juga dilakukan dengan cara membangun perguruan tinggi dengan fasilitas dan pengajar yang mumpuni dilakukan bahkan di pelosok negeri. Biaya pendidikan juga menjadi tanggung negara.
Penjaga pertanyaan besar, apakah hal itu bisa diwujudkan? Maka jawabnya, sangat-sangat mudah. Itu semua telah dibuktikan di zaman kegemilangan Islam, bagaimana mereka mampu memperoleh pendidikan berkualitas dengan harga murah bahkan gratis dan pemerataannya bahkan keberbagai negeri yang jauh dari ibukota daulah Islam saat itu.
Pembiayaan pendidikan didapatkan dengan mengelola SDA dalam negeri. Pengelolaan di lakukan oleh negara bukan swasta. Hal itu dilakukan karena dalam Sistem Islam SDA termasuk barang milik umum yang dikelola negara untuk kemaslahatan rakyat. Dengan pengelolaan ekonomi, pendidikan dan sistem kehidupan Islam yang lengkap maka kualitas pendidikan dan hasil pendidikan akan berjalan lancar bahwa akan memakmurkan negeri ini.
*Penulis adalah Pengajar SDIT
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now


![Logo SNBP [int]](https://www.suarakalbar.co.id/wp-content/uploads/2025/02/images.jpg)


