SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Lifestyle Trauma Healing untuk Anak Korban Bencana: Kunci Pemulihan yang Sering Terlupakan

Trauma Healing untuk Anak Korban Bencana: Kunci Pemulihan yang Sering Terlupakan

Ilustrasi ibu dan anak. (Freepik/Istimewa)

Suara Kalbar – Bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, atau kebakaran dapat meninggalkan dampak psikologis yang mendalam bagi anak-anak.

Rasa takut, kehilangan rasa aman, hingga kecemasan berkepanjangan bisa muncul setelah peristiwa traumatis. Untuk mencegah munculnya trauma jangka panjang, pendampingan dan trauma healing dari orang tua maupun keluarga sangat diperlukan.

Trauma psikologis merupakan luka batin yang bisa memengaruhi perkembangan emosi dan perilaku anak. Trauma healing bertujuan membantu anak berdamai dengan pengalaman buruknya tanpa harus terus merasa takut atau tertekan.

Orang tua berperan penting dalam memberikan rasa aman, stabilitas, dan dukungan emosional selama proses pemulihan berlangsung.

Langkah Trauma Healing untuk Anak Korban Bencana

1. Menciptakan rasa aman dan stabilitas

Anak perlu berada di lingkungan yang benar-benar aman, baik secara fisik maupun emosional. Orang tua dapat menenangkan anak dengan memberi penjelasan sederhana situasi sudah lebih terkendali, sambil memastikan anak tetap berada bersama keluarga atau orang tepercaya. Fondasi rasa aman inilah yang akan membantu anak memulai proses penyembuhan.

2. Memberi ruang bagi anak untuk mengekspresikan perasaan

Anak perlu kesempatan untuk mengutarakan rasa takut, marah, sedih, atau kebingungan tanpa ditekan atau dihakimi. Orang tua dapat mendengarkan secara aktif, memberikan afirmasi emosional, dan membiarkan anak menceritakan pengalaman mereka sesuai waktunya. Ketika anak merasa didengar, beban emosinya akan perlahan berkurang.

3. Mengembalikan rutinitas dan struktur harian

Rutinitas sederhana seperti jam makan, waktu tidur, dan aktivitas bermain membuat anak merasa dunia kembali stabil. Orang tua juga dianjurkan memastikan kebutuhan dasar anak tetap terpenuhi agar proses pemulihan berjalan optimal.

4. Menggunakan aktivitas kreatif dan relaksasi

Beberapa anak lebih mudah mengeluarkan perasaan melalui gambar, warna, kerajinan tangan, bermain peran, atau olahraga ringan. Teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi sederhana juga dapat membantu anak meredakan ketegangan dan kecemasan.

5. Memberikan dukungan emosional dan sosial dari keluarga

Komunikasi yang hangat, empati, dan sikap tidak menghakimi membuat anak merasa aman. Keluarga yang konsisten mendampingi akan memperkuat rasa percaya diri dan mencegah anak merasa sendirian menghadapi trauma.

6. Mempertimbangkan bantuan profesional

Jika anak menunjukkan gejala berkepanjangan, seperti mimpi buruk terus-menerus, ketakutan ekstrem, atau perubahan perilaku signifikan, orang tua sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Terapi individual, terapi kelompok, art therapy, dan terapi musik bisa menjadi pilihan sesuai kondisi anak.

Trauma healing untuk anak korban bencana adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan dukungan penuh dari keluarga. Melalui rasa aman, ruang ekspresi, rutinitas yang stabil, aktivitas kreatif, dukungan emosional, dan bantuan profesional jika diperlukan, anak berpeluang besar pulih secara psikologis dan tumbuh menjadi individu yang lebih kuat.

 

Sumber: Beritasatu.com

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan