Strok Jadi Silent Killer, 350 Ribu Warga Indonesia Meninggal Tiap Tahun
Jakarta (Suara Kalbar)- Seperti diabetes, strok bisa dibilang menjadi “silent killer” atau penyakit yang membunuh diam-diam. Angka kasus kematian karena strok tak bisa dianggap remeh. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono mengungkap, strok menjadi penyebab dari 350.000 kematian di Indonesia setiap tahunnya.
Begitu juga dengan di Amerika Serikat (AS), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan strok merupakan penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Setiap tahun, lebih dari 795.000 orang di AS mengalami strok.
Secara medis, apakah yang dimaksud dengan strok? Strok adalah kondisi ketika pembuluh darah di otak pecah dan berdarah, atau ketika ada penyumbatan pada suplai darah ke otak. Pecahnya atau penyumbatan ini mencegah darah dan oksigen mencapai jaringan otak. Tanpa oksigen, sel dan jaringan otak akan rusak dan mulai mati dalam hitungan menit.

Maka dari itu penting untuk setiap orang bisa mengenali gejala strok dan segera mencari diagnosis serta pengobatan yang tepat. Melansir Healthline, Senin (8/12/2025) yang telah ditinjau secara medis oleh dokter Nancy Hammond, berikut penjelasan tentang strok mulai dari gejala, penyebab, faktor risiko, hingga pilihan pengobatan.
Gejala
Hilangnya aliran darah ke otak merusak jaringan di dalam otak. Gejala strok muncul di bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak.
Semakin cepat seseorang yang mengalami strok mendapatkan penanganan yang tepat, maka semakin minim peluang komplikasinya. Gejala strok sendiri meliputi kelumpuhan, mati rasa atau lengan, wajah, dan kaki terasa lemah terutama pada satu sisi tubuh (hemiparesis), sulit berbicara atau memahami orang lain, mendadak cadel. kebingungan, disorientasi, atau kurangnya respons, perubahan perilaku mendadak terutama peningkatan agitasi.
Selain itu, orang yang terkena strok juga umumnya mengalami gangguan daya penglihatan, seperti kesulitan melihat pada satu atau kedua mata dengan penglihatan menghitam atau kabur, atau penglihatan menjadi dobel, sulit berjalan, hilang keseimbangan atau koordinasi, pusing, sakit kepala yang parah dan tiba-tiba tanpa penyebab jelas, kejang, mual dan muntah.
Penyebab dan Faktor Risiko Strok
Penyebab atau pemicu munculnya serangan strok bergantung pada jenisnya. Strok terbagi dalam tiga kategori utama yaitu strok iskemik, strok hemoragik, strok iskemik transien. Faktor risiko tertentu dapat memicu seseorang menjadi lebih rentan terkena strok, yaitu sebagai berikut:
- Pola makan tidak seimbang yang tinggi garam, lemak jenuh dan lemak trans, serta kolesterol.
- Kurang bergerak alias aktivitas fisik.
- Kebiasaan mengonsumsi alkohol.
- Merokok.
- Ada riwayat strok dalam keluarga.
- Bertambahnya usia.
- Terlahir dengan ras atau etnis, seperti Afrika-Amerika, penduduk asli Alaska, atau Indian Amerika.

Selain itu, kondisi medis tertentu juga dapat meningkatkan risiko strok, contohnya sudah pernah mengalami strok, punya tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, kelebihan berat badan, memiliki gangguan jantung seperti penyakit arteri coroner atau cacat katup jantung, ada pembesaran ruang jantung dan detak jantung tidak teratur, dan gangguan pembekuan darah.
Risiko Komplikasi
Komplikasi pascastrok dapat bervariasi karena tergantung pada bagian otak mana yang mengalami kerusakan parah. Umumnya, komplikasi strok mencakup kejang, kandung kemih dan usus kehilangan kendali, mengalami masalah bicara dan menelan, timbul gangguan kognitif termasuk demensia, menurunnya mobilitas, rentang gerak, atau kemampuan untuk mengendalikan gerakan otot tertentu, depresi, perubahan suasana hati, emosi, atau perilaku, nyeri bahu, luka baring hingga perubahan sensorik atau sensasi. Sebagai catatan, meski beberapa komplikasi bisa diatasi seiring waktu, beberapa komplikasi lainnya mungkin bersifat permanen.
Pencegahan Strok
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, 82% hingga 90% kasus strok sebetulnya dapat dicegah. Meskipun perubahan gaya hidup yang jauh lebih sehat tidak dapat mencegah semua tipe strok, tetapi perubahan ini bisa memberikan perbedaan yang signifikan dalam menurunkan risiko strok.
Ada empat hal utama yang bisa dilakukan untuk mencegah Anda terkena strok. Pertama cobalah berhenti merokok, selanjutnya Batasi konsumsi alkohol karena mengonsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah yang pada akhirnya meningkatkan risiko strok.
Cara ketiga yakni jaga berat badan agar selalu pas alias ideal. Kegemukan dan obesitas meningkatkan risiko strok. Untuk membantu mengelola berat badan, konsumsilah makanan seimbang dan aktif bergerak. Kedua langkah sederhana ini juga sekaligus bisa menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol dalam darah.
Terakhir, biasakan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Konsultasikan kepada dokter seberapa sering Anda butuh memeriksakan tekanan darah, kolesterol, dan kondisi kesehatan lainnya. Dokter juga dapat membantu membuat panduan perubahan gaya hidup yang lebih sehat.
Pengobatan
Metode pengobatan akan bergantung pada jenis strok yang dialami masing-masing orang. Untuk strok jenis strok dna strok iskemik transien karena sama-sama disebabkan karena gumpalan darah atau penyumbatan di otak, dokter biasanya menanganinya dengan treatment yang serupa. Teknik yang dapat digunakan antara lain:
- Obat trombolitik, yaitu aktivator plasminogen jaringan untuk memecah gumpalan darah di arteri otak dalam waktu 4,5 jam (golden period) setelah timbulnya gejala.
- Trombektomi mekanis untuk mengangkat gumpalan darah dalam waktu 24 jam setelah timbulnya gejala.
- Stent untuk menopang dinding arteri yang melemah.
- Operasi untuk mengangkat plak dari arteri.
- Konsumsi aspirin atau pengencer darah lainnya untuk mencegah pembekuan darah lebih lanjut.
Sementara itu, untuk strok hemoragik yang disebabkan oleh pendarahan atau kebocoran di otak memerlukan metode pengobatan yang berbeda. Perawatan untuk strok jenis ini ada tiga, yaitu konsumsi obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah, mencegah kejang, dan mencegah penyempitan pembuluh darah.
Kemudian bisa juga operasi untuk memperbaiki aneurisma otak pada pasien, biasanya dengan proses yang disebut coiling atau clipping dan terakhir metode raniotomi untuk mengurangi tekanan pada otak.
Sumber: Beritasatu.com
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





