SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Otomotif Penjualan LCGC Anjlok 34 Persen, Daihatsu Sebut Bukan Karena Serbuan Mobil Listrik

Penjualan LCGC Anjlok 34 Persen, Daihatsu Sebut Bukan Karena Serbuan Mobil Listrik

Ilustrasi mobil dengan mesin di bawah 1.300 cc atau “low cost green car” (LCGC). (Antara)

Jakarta (Suara Kalbar)- Penjualan mobil LCGC di Indonesia sepanjang 2025 mengalami penurunan signifikan. Data wholesales dari Gaikindo menunjukkan bahwa distribusi LCGC pada Januari-Oktober 2025 mencapai 97.556 unit. Angka tersebut anjlok 34,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 149.583 unit, mempertegas penurunan permintaan di segmen mobil LCGC.

Banyak orang mengira turunnya LCGC karena semakin banyaknya mobil listrik dengan harga yang terjangkau. Sebut saja BYD Atto 1, Wuling Air ev, DFSK Seres E1, Jaecoo J5 EV, dan kini Changan Lumin. Jenis mobil-mobil listrik itu dijual di rentang harga mulai Rp 179 juta hingga Rp 250 juta. Harga LCGC justru ada di rentang yang sama.

Tidak heran jika banyak yang mengira, turunnya penjualan LCGC terjadi karena serangan mobil listrik harga terjangkau. Hanya saja Daihatsu justru melihat dari sisi lain.

Mereka melihat turunnya pasar LCG merupakan tanda melemahnya daya beli masyarakat menengah ke bawah, segmen utama yang disasar oleh program kendaraan hemat dan terjangkau tersebut. Di ajang GJAW 2025 yang digelar di ICE BSD City, Sri Agung Handayani selaku Marketing and Corporate Communication Director dari Astra Daihatsu Motor, menjelaskan bahwa penurunan terbesar di pasar otomotif saat ini memang terjadi pada kategori LCGC.

“Secara year-to-date sampai Oktober, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, market yang paling turun itu adalah LCGC, penurunannya sebesar 4,1 persen,” ujar Sri Agung.

Selain mobil LCGC, penurunan juga terjadi pada segmen low MPV yang melemah 2,4 persen, serta medium SUV yang turun sekitar 1,1 persen. Sri Agung menyebut bahwa jumlah pemain LCGC kini berkurang menjadi hanya tiga produsen, sehingga pangsa pasarnya ikut menyusut signifikan.

“Sekarang LCGC tinggal tiga pemain, berarti marketnya tinggal 16,3 persen. Padahal dahulunya di angka 21,4 persen. Jadi penurunannya paling banyak, secara absolut besar sekali,” jelasnya.

Ia berharap kondisi ekonomi nasional membaik tahun depan, terutama melalui regulasi pemerintah yang dapat memulihkan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah. Perbaikan ekonomi makro disebut menjadi kunci agar first car buyer kembali memiliki kemampuan membeli kendaraan baru.

“Selama makroekonomi baik, pertumbuhan ekonomi membaik, ada daya beli, dan pendapatan bulanan konsumen sehat, maka first car buyer memiliki daya bayar yang baik juga,” kata Sri Agung.

Sumber: Beritasatu.com

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan