SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Pontianak Komunitas Lintas Iman di Kalbar Kolaborasi untuk Selamatkan Lingkungan

Komunitas Lintas Iman di Kalbar Kolaborasi untuk Selamatkan Lingkungan

Sejumlah organisasi keagamaan dan NGO yang bergerak di bidang lingkungan serta perguruan tinggi merepresentasikan nilai Deklarasi Istiqlal dan falsafah Bali, Tri Hita Karana, sebagai landasan etis untuk pelestarian lingkungan di Kalbar, dalam kegiatan forum grup diskusi yang dilaksanakan di Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKANT) Pontianak, Jumat (6/12/2024).. (ANTARA/

Pontianak (Suara Kalbar)- Komunitas lintas iman di Kalimantan Barat semakin menguatkan peran mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui dialog inklusif. Diskusi ini menggarisbawahi pentingnya prinsip Deklarasi Istiqlal dan falsafah Bali, Tri Hita Karana, sebagai landasan etis untuk menangani kerusakan lingkungan di wilayah tersebut.

Ketua Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKANT) Pontianak, Dr. Benny Suwito, menyatakan bahwa kolaborasi lintas iman mampu menjadi solusi efektif dalam menghadapi kompleksitas isu lingkungan.

“Kolaborasi lintas iman menjadi kunci menghadapi tantangan kerusakan lingkungan yang semakin kompleks. Dialog lintas iman menciptakan ruang inklusif yang mampu menjembatani perbedaan pandangan, terutama dalam isu lingkungan,” katanya melansir dari ANTARA, Minggu(8/12/2024).

Menurut Benny, komunitas lintas iman memiliki kemampuan unik untuk meruntuhkan sekat-sekat perbedaan melalui dialog berbasis keberagaman.

“Kerusakan lingkungan bukan hanya soal ekologi, tetapi juga aspek moral dan sosial. Pendekatan multikultural komunitas lintas iman menawarkan solusi berkelanjutan dengan mengintegrasikan kearifan lokal dan tantangan global,” tuturnya.

Ia juga menyoroti peran tokoh agama sebagai motor penggerak pelestarian lingkungan. “Ajaran agama mengandung nilai-nilai harmoni antara manusia dan alam. Tokoh agama dapat menjadi agen perubahan yang mempromosikan kesadaran lingkungan,” katanya.

Selain komunitas lintas iman, generasi muda disebut sebagai agen perubahan penting dalam kampanye pelestarian lingkungan. “Mereka memiliki semangat inovasi tinggi dan responsif terhadap isu-isu kontemporer, termasuk perubahan iklim,” kata Benny.

Dengan teknologi digital dan media sosial, generasi muda dinilai mampu menyebarluaskan pesan pelestarian lingkungan secara masif. “Mereka membawa perspektif segar yang berorientasi pada masa depan,” katanya.

Menurutnya, perguruan tinggi juga dinilai memainkan peran strategis dalam menghadirkan solusi komprehensif yang mengintegrasikan nilai-nilai agama, sosial, dan sains.

“Kampus adalah laboratorium pendekatan interdisipliner yang dapat menghasilkan kebijakan berbasis penelitian,” katanya.

Kolaborasi antara perguruan tinggi, tokoh agama, dan komunitas lintas iman disebutnya sebagai kunci untuk menciptakan gerakan transformatif yang memastikan masa depan berkelanjutan.

Di tempat yang sama, Koordinator GUSDURian Pontianak, Lulu Musyarofah mengatakan, diskusi juga menekankan pentingnya nilai Deklarasi Istiqlal dan falsafah Bali, Tri Hita Karana, sebagai landasan etis untuk pelestarian lingkungan.

“Deklarasi Istiqlal menekankan penghormatan terhadap keberagaman dan kemanusiaan, sedangkan Tri Hita Karana mengajarkan harmoni antara manusia, Tuhan, dan alam,” kata Lulu.

Kedua prinsip ini, menurutnya, memperkuat solidaritas universal dalam merespons kerusakan lingkungan secara holistik.

Diskusi yang dihadiri tokoh agama, aktivis lingkungan, dan komunitas lintas iman ini berhasil merumuskan langkah strategis untuk menangani isu lingkungan. Kolaborasi lintas iman menjadi harapan besar untuk menciptakan kesadaran kolektif dan solusi berkelanjutan.

“Dengan bersatu, kita dapat menciptakan gerakan lintas sektor yang menjawab persoalan lingkungan hari ini dan memastikan keberlanjutan generasi mendatang,” tuturnya.

Sumber: ANTARA

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Komentar
Bagikan:

Iklan