Yayasan KEHATI Kalbar Rilis Buku ‘Tengkawang: Pohon Kehidupan yang Penuh Manfaat’
Pontianak (Suara Kalbar) – Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Kalimantan Barat, bekerja sama dengan program Tropic Forest Conservation Action (TFCA) dan Institut Riset dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan (INTAN), meluncurkan buku berjudul “Tengkawang: Pohon Kehidupan yang Penuh Manfaat.” Buku ini merupakan hasil dari proyek pengembangan tata usaha tengkawang di Hutan Adat Pikul, Desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang.
Acara peluncuran buku ini didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kalbar (DISLHK), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Kamar Dagang dan Industri (Kadin), serta lembaga masyarakat terkait. Bedah buku ini bertujuan menyoroti pentingnya peran strategis hutan dalam bioprospeksi multi-pihak, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam pelestarian sumber daya alam.
Penulis buku, Aseanty Pahlevi, menjelaskan bahwa buku ini menyajikan pembelajaran dari proses pelindungan tengkawang layar yang dilakukan warga Desa Sahan di Kabupaten Bengkayang. Menurutnya, masyarakat setempat telah menjadikan hutan sebagai sumber penghidupan melalui hak kelola atas habitat tengkawang layar.
Selain itu, Aseanty juga berbagi cerita tentang bagaimana masyarakat adat mempromosikan produk tengkawang dan turunannya ke khalayak yang lebih luas. Produk-produk ini dijual untuk menghasilkan keuntungan dan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat setempat yang mengelola hasil hutan non-kayu.
“Saya juga berharap, cerita dari Desa Sahan ini bisa menjadi dokumen hidup dan menjadi lesson learned bagi masyarakat di desa lain yang punya komoditi yang sama,” terangnya di Aula Kantor DLHK pada Sabtu (2/11/2024).
Kehati yang memberikan support kepada lembaga INTAN juga sama, dengan tujuan agar dapat terus melestarikan dan membuat produk turunan tengkawang dengan cara yang baik dan tidak merusak alam dan hutan.
Direktur Program TFCA Kalimantan, Ir. Puspa Dewi Liman, memberikan paparanya secara daring bahwa dukungan dari pemerintah ini sangat berarti bagi seluruh pihak dan komponen masyarakat. Dimana hasil hutan bukan kayu itu bisa menjadi komoditi khas yang bisa dibanggakan dari Kalimantan Barat khususnya derah Bengkayang yang juga bisa dibudidayakan di tempat lainnya.
“Saya sangat berterimahkasih kepada stake holder yang ikut membantu mengelola dan memberikan kesempatan masyarakat adat kawasan hutan untuk membuat produk turunan yang nanti bisa menjadi ciri khas Kalbar,” jelasnya.
Sejak tahun 2020 juga, Kehati telah membuat blueprint dan policy brief yang menjadi arah pengembangan bioprospeksi di Indonesia.
Sebelumnya, masih banyak masyarakat Indonesia khususnya di Kalimantan Barat yang belum mengeahui apa itu buah tengkawang.
Bahkan, dalam KBBI juga belum tertulis secara resmi pengertian dari tengkawang. Tengkawang adalah salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu dari hutan Kalimantan. Tengkawang ternyata pernah menjadi komiditi unggulan untuk ekspor di tahun 1980an.
Bahkan Bappeda Kalbar juga berupaya mengumpulkan data untuk melengkapi literatur dan informasi dari komoditi tersebut.
Dari hasil penelitian, ternyata buah tengkawang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat adat.
Dikutip dari buku yang telah dirilis, hasil penelitian menyebut lemak buah tengkawang cukup sehat bagi tubuh, sama halnya dengan lemak nabati pada sawit. Sehingga, dari perilisan buku ini terungkap bagaiamana potensi hasil hutan bukan kayu ini akan membuka perekonomian warga sekitar kawasan hutan. Upaya yang juga diberikan oleh pemerintah dalam memberikan ruang kelola kawasan hutan untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.
Penulis: Iqbal Meizar
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now