Mahasiswa UGM Kembangkan Inovasi Pemanfaatan Limbah Hewan untuk Sistem Irigasi
Jakarta (Suara Kalbar)- Tim mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan inovasi teknologi baru dalam pemanfaatan limbah gigi dan tulang hewan sebagai sarana filtrasi air limbah. Teknologi ini dirancang untuk mengubah air limbah menjadi air bersih yang siap digunakan, terutama untuk mendukung sistem irigasi di lahan pertanian.
Ketua Tim Mahasiswa UGM, Aulia Pradnya Maharani menjelaskan bahwa limbah gigi dan tulang hewan di Indonesia sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal dan seringkali hanya dibuang.
“Kami melihat bahwa limbah gigi dan tulang yang ada di Indonesia masih belum banyak digunakan. Sebagian besar masyarakat membuang limbah tersebut,” katanya melansir dari ANTARA, Sabtu(07/09/2024).
Sejumlah mahasiswa UGM yang berasal dari berbagai disiplin ilmu itu tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Video Gagasan Konstruktif (VGK) yang terdiri atas Aulia Pradnya Maharani, Orchidthania Putri, Gugun Hutagalung, Danial Bagus Setiawan, dan Anna Hamidah.
“Dalam limbah (gigi dan tulang) tersebut terdapat kandungan hidroksiapatit yang dapat digunakan menjernihkan air,” kata dia.
Menurut Aulia, ide inovasi yang diusung berasal dari permasalahan yang muncul di daerah Kabupaten Sleman, DIY.
Pada kawasan tersebut, kata dia, terdapat kawasan permukiman yang padat penduduk dan terdapat sawah yang berada di dekat kawasan tersebut.
Menurut dia, pemanfaatan limbah gigi dan tulang yang masih minim dapat diintegrasikan untuk dijadikan sebagai filtrat untuk mengolah air limbah tinja yang berasal dari kawasan penduduk sekitar.
Danial, anggota Tim PKM lainnya mengatakan bahwa ide yang bernama “Hydrosan” itu dapat memberikan dampak jangka panjang yang lebih baik pada sistem sanitasi air.
“Tentunya kami berharap bahwa inovasi yang diusung dapat menciptakan ketahanan pangan yang ada di Indonesia di tengah ketidakpastian iklim dan memberikan manfaat kepada para petani,” kata dia.
Riset yang dilakukan dimulai dari mengidentifikasi masalah dan menelusuri terkait campuran filtrat yang digunakan untuk proses filtrasi air.
Awalnya, limbah akan ditampung dalam satu tempat untuk selanjutnya diproses di tempat penjernihan air.
Selama proses pengolahan, air akan mengalami berbagai proses, mulai dari pembersihan, penjernihan, hingga penyaringan.
Setelah itu, air akan disalurkan ke reservoir terlebih dahulu sebelum menuju saluran irigasi sawah.
“Integrasi antara reservoir dengan sistem irigasi sawah dilakukan menggunakan sensor ultrasonik untuk mendeteksi ketinggian air,” kata dia.
Anggota tim Orchidthania Putri menambahkan bahwa sistem yang dirancang sebenarnya sudah diterapkan di berbagai instalasi pengolahan air bersih, tetapi penggunaan hidroksiapatit sebagai filtrat merupakan salah satu bagian istimewa dalam rancangan sistem ini.
Menurut dia, kegiatan itu diharapkan dapat dimanfaatkan guna mengurangi limbah gigi dan tulang yang dihasilkan oleh masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas air dan sekaligus meningkatkan kualitas hasil tani yang dihasilkan oleh sektor pertanian.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS