SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Ketapang YIARI Ketapang Gandeng Masyarakat dalam Konservasi Mangrove

YIARI Ketapang Gandeng Masyarakat dalam Konservasi Mangrove

Anggota kelompok satu saat menyirami bibut mangrove Bakau yang disemai di Desa Sungai Besar,Ketapang.SUARAKALBAR.CO.ID/Wulan.

Ketapang (Suara Kalbar) – Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang berkolaborasi dengan masyarakat lakukan upaya konservasi mangrove berbasis masyarakat.

Dery Rahman Hakim, staff lapangan YIARI Ketapang, mengatakan konservasi mangrove itu dilakukan sebagai upaya-upaya untuk memperbaiki ekosistem mangrove supaya bisa menjadi pelindung bagi wilayah pesisir.

Selain menumbuhkan mangrove, gerakan itu juga sebagai upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan khususnya di area pesisir laut. Gerakan itupun dilakukan bersama masyarakat Desa Sungai Besar, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Upaya konservasi ini dilakukan dengan menggunakan metode persemaian darat, biasanya setelah tiga bulan disemai, bibit sudah siap ditanam. Dalam penyemaian ini juga digunakan eco polibag yang dianyam langsung oleh ibu-ibu Desa Sungai Besar.

Pada proses penyemaian, terdapat dua kelompok yang bertugas dan tersebar di Dusun Satu dan Dusun Dua Desa Sungai Besar. Masyarakat yang aktif mengikuti program ini sekitar 50 orang, di mana hampir setengahnya perempuan yang merupakan ibu-ibu di lingkungan sekitarnya dan dibantu laki-laki.

“Dari tahun 2021, ada sekitar 50 ribuan bibit yang sudah disemai, yang ditanam sejak tahun 2022 sekitar 30 ribuan, ditanam di beberapa lokasi terbuka, area yang sudah abrasi dan lahan alih guna. Sekitar 3 Hektare yang sudah ditanam. Bibit yang hidup itu sekitar 50 persen,” kata Dery.

Saemah (45) ketua kelompok satu, mengatakan dalam penyemaian bibit mangrove, jenis bakau pihaknya tidak mengalami kesulitan yang berarti. Sebelum aktif mengikuti kegiatan konservasi, warga Desa juga terlebih dahulu dibekalkan ilmu pengetahuan tentang penyemaian bibit bakau hingga pembuatan eco polibag yang akan digunakan.

“Eco polibag ini dari daun pandan atau daun nipah. Biasanya yang mencari bahan eco polibag dan tanah untuk menyemai ini bapak-bapak,” kata Saemah.

Saat melakukan penyemaian, Saemah menyabut salah satu tantangannya adalah hama berupa ulat yang berada di dalam benih. Hama-hama ini yang biasanya mengakibatkan bibit gagal tumbuh.

Guna mengantisipasi hama itu, biasanya benih akan direndam dengan air tembakau hitam selain satu sampai dua malam.
“Penanaman tidak pakai pupuk, tapi biasanya sebelum ditanam, benih direndam dengan air tembakau hitam satu sampai dua malam supaya hama di dalamnya mati. Tanah yang digunakan yang berasal dari dekat pantai, tanah yang terendam air laut,” pungkas Saemah.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan