SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Pontianak Disdikbud Kalbar: Budaya Suku Dayak Punan Huvongan Harus Dilestarikan

Disdikbud Kalbar: Budaya Suku Dayak Punan Huvongan Harus Dilestarikan

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat Rita Hastarita menari bersama gadis Suku Dayak Punan Huvongan di Desa Tanjung Lokang, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. (ANTARA)

Pontianak (Suara Kalbar)- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat (Disdikbud Kalbar) telah meluncurkan ekspedisi budaya ke daerah terpencil di Desa Tanjung Lokang, Kabupaten Kapuas Hulu, dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya suku Dayak Punan Huvongan.

Kepala Disdikbud Kalimantan Barat, Rita Hastarita,Suku Dayak Punan Huvongan merupakan suku tertua di Kalimantan Barat, yang memiliki adat istiadat dan budaya yang kaya dan harus dilestarikan untuk generasi mendatang.

“Suku Dayak Punan Hovongan merupakan suku dayak tertua di Kalimantan Barat adat istiadat serta budayanya harus tetap kita lestarikan dan kembangkan untuk generasi penerus ke depannya,” katanya melansir dari ANTARA, Rabu(19/3/2024).

Rita mengatakan Suku Punan Huvongan berada di hulu Sungai Kapuas, Kecamatan Putussibau Selatan, merupakan suku yang sangat dekat dengan alam dengan hutan yang masih sangat lebat dan berada di sekitar kawasan Taman Nasional Betung Kerihun.

Salah satu pengetahuan tradisional yang mereka miliki dan diwariskan secara turun temurun adalah keterampilan mengendalikan alat transportasi air, meramu obat, keterampilan berburu dan berladang, kemampuan bertahan hidup dan bermukim serta banyak hal lain.

Selain memiliki banyak pengetahuan tradisional, Suku Dayak Punan Hovongan juga menciptakan seni musik dan tari yang terinspirasi dari alam. Salah satunya yaitu Karang Ko Cohokot yaitu tarian yang terinspirasi dari keanggunan dan lemah lembutnya Burung Tingang yang hidup bebas di hutan Desa Tanjung Lokang.

Rita menceritakan tarian itu diiringi alunan lembut alat musik sape’ dan biasa ditampilkan sebagai tarian penyambutan untuk menyambut tamu-tamu yang datang ke Desa Tanjung Lokang.

Selain itu, ada juga tarian Karang Lolupak yang terinspirasi dari riak atau gelombang air Sungai Bungan yang menari secara berkelompok membentuk pola berbaris dan melingkar. Dalam tarian ini juga biasanya dapat melibatkan tamu yang hadir untuk menari bersama.

“Saat itu saya disambut hangat oleh masyarakat suku Dayak Punan Huvongan, saya ikut menari dan kami juga lakukan dialog tentang pendidikan dan kebudayaan,” katanya.

Rita berharap agar kebudayaan masyarakat adat Suku Punan Huvongan dapat terus dilestarikan terutama kepada generasi muda kaum, pelajar yang perlu ditanamkan sejak dini agar tidak tergerus perkembangan zaman.

“Saya lihat anak-anak di sana sangat antusias belajar budaya dan tradisi, jika terus dikembangkan seni budaya tersebut dapat menjadi salah satu daya tarik untuk tamu berkunjung ke Tanjung Lokang,” ucap Rita.

Untuk diketahui, Desa Tanjung Lokang merupakan daerah yang berada paling ujung wilayah timur Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Timur.

Tanjung Lokang merupakan perkampungan yang terletak di hulu Sungai Kapuas dengan jarak tempuh kurang lebih 18 jam perjalanan dari Pontianak ibu kota Provinsi Kalimantan Barat.

Perjalanan menggunakan transportasi darat dari Pontianak ke Putussibau ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu selama 12 jam, kemudian dilanjutkan menggunakan transportasi sungai selama enam jam melewati arus sungai deras dan riam untuk sampai ke Desa Tanjung Lokang.

Ekspedisi budaya Tim Disdikbud Kalimantan Barat kali ini melibatkan petugas Taman Nasional Betung Kerihun Kapuas Hulu, Anggota Federasi Arung Jeram Kapuas Hulu serta tim media massa dan peliput.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan