Yusida Imran dari Fakultas Agama Islam dan Nur Kur’ani dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak mengadakan pengabdian di SMP Negeri 1 Kota Pontianak.
Lokasi ini terpilih dikarenakan sekolah yang bersangkutan merupakan salah satu sekolah favorit di Kota Pontianak yang memiliki jumlah siswa relatif banyak.
Di sekolah tersebut terdapat banyak siswa dari strata sosial yang berbeda, ekonomi maupun etnis yang beragam, sementara itu penanganan konseling belum begitu dirasakan efektivitasnya oleh para siswa.
Tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat ini untuk memberikan solusi yang dihadapi mitra sekolah sebagai upaya pengentasan permasalahan siswa, dan memberikan keterampilan kepada guru dalam pelaksanaan konseling kelompok, serta menambah wawasan dan pengetahuan siswa tentang luka batin yang mereka alami.
Adapun yang dimaksud dengan luka batin ialah luka hati seseorang karena pengalaman-pengalaman yang menyedihkan di sekitarnya (Rye & Pargament dalam Katharina, 2021).
Dampak luka batin yaitu seseorang mudah melakukan kekerasan kepada orang lain, bersifat sangat posesif, sangat berambisi dan tidak pernah bisa mengalah, bahkan seseorang bisa menjadi sangat takut dan anti pada figur lelaki dan perempuan (Rye & Pargament dalam Katharina, 2021).
Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konseling antara konselor professional dengan beberapa orang yang ikut bergabung dalam suatu kelompok kecil (Winkel, 2004).
Selanjutnya, konseling kelompok menurut Nur (2023) ialah bantuan yang diberikan oleh konselor profesional yang dilakukan melalui wawancara pada beberapa konseli yang tergabung dalam suatu kelompok, dan memungkinkan konseli memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah melalui dinamika kelompok.
Pelaksanaan kegiatan terdiri beberapa tahap;
- Tahap Pembentukan
Dikumpulkan sejumlah peserta didik yang akan menjadi anggota kelompok di dalam layanan konseling kelompok. Guru BK mengumpulkan peserta didik sebagai anggota kelompok konseling, yang jumlahnya sekitar 8-10 orang.
Adapun anggota tersebut didapat dari identifikasi permasalahan yang diperoleh dari data yang dimiliki guru BK di sekolah. Pada kegiatan yang dilaksanakan di SMPN 1 Pontianak ditetapkan pada peserta didik kelas IX (Sembilan).
Permasalahan tersebut tentu saja yang berhubungan dengan peristiwa yang pernah dialami peserta didik baik itu di sekolah, di keluarga maupun di lingkungan sosial, pertemanan mereka.
Setiap peserta didik memiliki masalah yang unik dan tidak sama satu dengan yang lainnya. Semua peserta didik diminta untuk mengungkapkan permasalahan yang dialami secara terbuka.
- Tahap Peralihan
Tahap peralihan disebut juga tahap transisi dimana ditandai adanya ketegangan, konflik dan atau konfrontasi antara anggota kelompok beserta konselor.
Dalam keadaan ini anggota kelompok banyak yang merasa tertekan ataupun resah yang menyebabkan tingkah laku mereka tidak seperti biasa. Keengganan atau bahkan penolakan dapat muncul dalam suasana seperti ini (Ristianti dalam Nur, 2023).
Untuk itu dibutuhkan kemampuan dan keterampilan konselor dalam beberapa hal yaitu kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota dan mengenal suasana emosi di dalam kelompok.
Konselor harus peka kapan melaksanakan konfrontasi terhadap anggota dan kapan harus memberikan dukungan (Ristianti dalam Nur, 2023).
Sebelum masuk ke pelaksanaan kegiatan, konselor harus membuat suasana dalam kelompok menjadi kondusif salah satu caranya dengan mengajak anggota kelompok melakukan game sederhana. Selanjutnya anggota kelompok telah merasa siap untuk melanjutkan kegiatan dengan pembahasan isi konseling secara keseluruhan.
- Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan konseling kelompok yang merupakan fase tengah suatu kelompok yang mampu bekerjasama mencapai tujuan para anggotanya.
Untuk itu harus dilakukan pemilihan masalah. Dimana semua anggota kelompok menyebutkan permasalahan mereka masing-masing dengan waktu lebih kurang 5 menit untuk menceritakan permasalahan yang mereka hadapi.
Mulai dari yang memiliki kemauan besar untuk menyampaikan masalah sampai pada yang ragu-ragu hingga semua peserta memiliki kesempatan yang sama.
Pada akhirnya nanti mereka menentukan permasalahan siapa yang dianggap perlu dibahas atau permasalahan yang paling membutuhkan masukkan diantara kesemuanya.
Setelah diputuskan salah satu permasalahan yang akan dibahas maka diberi waktu kembali pada yang terpilih sebagai orang yang bermasalah untuk mengungkapkan Kembali dan menambah informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang mereka hadapi.
Setelah itu peserta lain diminta untuk menggali apa saja yang berhubungan dengan peristiwa yang dialami, terutama latar belakang kejadian-kejadian yang berhubungan langsung sehingga semakin jelas apa saja yang menjadi sebab-sebab permasalahan itu muncul.
Selanjutnya, diminta pada anggota yang menjadi klien atau narasumber untuk menanggapinya kembali, sampai pada penggalian masalahnya tuntas, dilanjutkan dengan menanyakan pada semua anggota kelompok oleh ketua kelompok.
Mengapa masalah itu bisa terjadi, demikian seterusnya semua anggota kelompok berperan aktif untuk bertanya dan menanggapinya. Sehingga sampai pada menanyakan apa solusi atau bagaimana sebaiknya dilakukan untuk membantu klien keluar dari permasalahannya.
Suasana konseling kelompok harus kondusif dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Sebelum memasuki fase kegiatan ketika beralih dari fase pengenalan atau keakraban maka semua anggota kelompok melakukan ice breaking.
Misalnya, dengan mengadakan game-game sederhana yaitu rangkaian nama masing-masing anggota menghubungkan nama kecil mereka lalu menyebutkan nama temannya yang disamping lalu merangkainya dengan nama sendiri begitu selanjutnya hingga semua anggota kelompok berkesempatan yang sama untuk menyebutkan namanya dan nama teman-temannya.
Dilanjutkan game berikutnya, yaitu dengan bermain game menyambung kata dari kata yang disebutkan oleh teman mereka. Contohnya jika saya foto maka kamu obat, dimana peserta didik lain harus menyambung dari huruf terakhir yang disebutkan oleh temannya. Boleh menyambungnya dengan nama orang, binatang, tumbuhan dan lain sebagainya.
Setiap peserta didik masing-masing mempunyai kesempatan yang sama untuk ditunjuk oleh kawan-kawannya. Sehingga semua peserta didik masing-masing berkesempatan mengidentifikasikan dirinya dengan nama-nama binatang atau bunga yang mereka pilih.
Kesemuanya itu untuk menciptakan suasana akrab antara peserta kelompok dan membangkitkan semangat serta mengasah kemampuan komunikasi mereka.
Untuk masuk ke tahap kegiatan maka ketua kelompok meyakinkan kondisi anggota untuk siap memasuki kegiatan konseling kelompok. Setelah anggota kelompok diyakinkan untuk bisa saling terbuka dan nyaman memasuki proses konseling juga disampaikan untuk saling percaya karena azas kerahasiaan selalu dijaga.
Langkah berikutnya dengan persiapan memasuki tahap pengakhiran dapat diberikan game sederhana lagi misalnya menyebut urusan angka yang diganti dengan kelipatan 4 dengan menyebut DOR bagi peserta didik yang kebetulan menyebut kelipatan 3.
- Tahap Pengakhiran
Setelah semua siap memasuki tahap pengakhiran, maka yang harus dilakukan adalah:
- Menjelaskan bahwa kegiatan konseling kelompok akan diakhiri.
- Anggota kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan yang dicapai masing-masing.
- Pembahasan kegiatan lanjutan
- Pesan serta tanggapan anggota kelompok
Tahap ini bertujuan untuk menarik ide-ide bersama yang signifikan dengan permasalahan yang telah dibahas, melihat perubahan pemahaman, perasaan dan keinginan dan keputusan anggota kelompok selama proses konseling (Ristianti dalam Nur, 2023).
Setelah mitra mengikuti kegiatan pelatihan konseling kelompok mereka akan memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penanganan luka batin melalui konseling kelompok.
Selain itu tujuan pelaksanaan konseling kelompok dirumuskan di awal kegiatan yang akan dilaksanakan bersama siswa yang dipimpin oleh ketua kelompok, dalam hal ini dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling (BK) ataupun team pengabdian pada Masyarakat (dosen).
Perumusan tujuan konseling tersebut diharapkan agar peserta didik paham dan tahu manfaat kegiatan tersebut.
Dampak yang akan dirasakan pada kegiatan ini adalah mitra dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai teknik-teknik konseling kelompok dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa, serta adanya solusi yang ditawarkan kepada siswa agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari yang efektif dan proses belajar mengajar yang lebih efisien.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS