SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Singkawang Sepenggal Kisah Warga asal Singkawang Jadi Korban TPPO di Myanmar

Sepenggal Kisah Warga asal Singkawang Jadi Korban TPPO di Myanmar

Pj Wali Kota Singkawang Sumastro saat bertemu sembilan korban asal Singkawang yang menjadi korban TPPO di Myanmar dan kembali selamat dan diterima di Kantor Wali Kota Singkawang, Selasa (18/7/2023). SUARA KALBAR.CO.ID/ Hendra.

Singkawang (Suara Kalbar)- Sembilan warga asal Singkawang yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myanmar meninggalkan kisah-kisah selama berada mereka bekerja diantaranya apa yan dialami Rio yang diceritakannnya saat bertemu Pj Wali Kota Singkawang Sumastro di Kantor Wali Kota Singkawang, Selasa (18/7/2023).

“Sekitar dua minggu akhirnya kami berangkat ke Kamboja sekitar tanggal 4 bulan Mei, kami terbang ke Kamboja dengan transit pesawat di Singapore, sesampainya di Kamboja kami dijemput perusahaan,”ujar Rio, satu diantara korban.

Dia menjelaskan ketika sampai di lokasi perusahaan dan diminta untuk beristirahat satu hingga tiga hari.“Disuruh masuk dan disiapkan komputer kami belum tahu pekerjaan apa selang seminggu baca skiming, untuk menipu orang Amerika dengan modus cripyto trading,” katanya.

Saat berada di perusahaan dan ketika mengetahui apa yang dikerjakan, Rio sempat berpikir ingin lari.

Namun niat ingin lari itu dia urungkan, lantaran telah mendapat ancaman dari bos tempatnya bekerja akan dibunuh apabila melarikan diri. “Dua orang warga Taiwan dibunuh,” ingatnya.

Ancaman ini bukan tanpa alasan, lantaran mereka telah difoto fotografer secara khusus dari perusahaan sehingga ketika akan melarikan diri, maka jaringan perusahaan ini mudah mengakses mereka.

Kesulitan mereka untuk mendapatkan pertolongan semakin bertambah, lantran ponsel mereka telah disita.
Mereka kemudian dibawa ke suatu tempat yang asing bagi mereka, namun lokasi dipenuhi dengan orang-orang yang membawa senjata api. “Saya kaget banyak orang memegang senjata dengan berpakaian bebas,” jelasnya.

Saat dibawa ke sebuah lokasi yang dikira Thailand, ternyata lokasi tersebut bukanlah di Thailand namun masih tetap di Myanmar. “Saya pernah meminta pulang, tapi bos meminta membayar 100 ribu bath, mana ada gaji sebanyak itu, apalagi gaji saya dipotong setengah,” jelasnya.

Akhirnya ketika ada kesempatan, Rio berusaha membeli ponsel melalui warga Myammar. “Saya langsung menghubungi Riki teman saya saat menjadi teknisi ponsel,” katanya.

Berkat dapat berkomunikasi dengan Riki inilah, Rio akhirnya dapat dibebaskan dari cengkraman perusahaan TPPO ini.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan