Kalbar  

Tangani Stunting di Kalbar dengan 54 Indikator IDM

Pemaparan tentang Stunting. SUARAKALBAR.CO.ID/Ho-Adpim

Pontianak (Suara Kalbar) – Penanganan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak (stunting) tidak bisa dilakukan secara partial, tetapi secara terintegrasi.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Kalbar, Sutarmidji kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Republik Indonesia (Menko PMK RI) Muhadjir Effendy di acara Roadshow Daring Menko PMK Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem, Selasa (14/2/2023).

Turut hadir mendampingi di Data Analytic Room Kantor Gubernur Kalimantan Barat yakni Asisten Deputi Revolusi Mental Kemenko PMK RI, Katiman Kartowinomo, dan Plt. Kepala BKKBN Kalbar, Aulia Arfiansyah Arief.
Kegiatan ini juga menghadirkan 10 Bupati dan 1 Pj Wali Kota di Kalbar secara daring.

“Dilihat dari suksesnya desa mandiri yang meliputi 54 indikator. Maka dari itu, penanganan stunting juga bisa dilakukan dengan Indeks Desa Membangun tersebut. Artinya, jika seluruh desa menerapkan 54 indikator itu dengan bagus, pasti stunting dapat tertangani,” kata Sutarmidji penuh optimis.

Ketidakakuratan data stunting dikarenakan angka yang lebih besar dibandingkan angka kemiskinan menimbulkan pertanyaan tersendiri bagi Gubernur Kalbar.

“Sekarang kita jalanin saja, menghilangkan status desa sangat tertinggal, desa tertinggal, dan desa berkembang, otomatis kita juga menangani stunting karena di 54 indikator Indeks Desa Membangun terdapat bidang kesehatan dan lain-lain,”tegas dia.

Kemudian, Bupati/Wali Kota diminta untuk memperbaiki data dan program dalam mempercepat penurunan angka stunting dan kemiskinan ekstrem di Kalbar

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), Prevalensi Balita Stunned Provinsi Kalbar pada tahun 2022 berada diangka 27,8%. Sedangkan angka kemiskinan tahun 2022 yakni 6,73% lebih rendah dibandingkan angka nasional 9,54%.

Mengakhiri paparan, Gubernur mengkritisi kurangnya koordinasi pihak BKKBN Prov Kalbar dengan Pemprov Kalbar.

“Saya merasa koordinasi BKKBN kepada Pemda sangat kurang, sedangkan program (penurunan stunting) ada di BKKBN,” tegas H. Sutarmidji.

Kegiatan tersebut juga diikuti secara daring oleh Kementerian/Lembaga terkait, antara lain Kemenkes RI, Kemendes PDTT RI, BKKBN, dan Sekretariat Presiden.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS