SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Lifestyle Pengidap AIDS di Indonesia Masih Tinggi, Serang Masyarakat Pada Usia Produktif

Pengidap AIDS di Indonesia Masih Tinggi, Serang Masyarakat Pada Usia Produktif

Mitos HIV AIDS dan Stigma Pengidapnya – Ilustrasi HIV/AIDS. (Shutterstock)

SuaraKalbar – Kementerian Kesehatan mengingatkan masyarakat akan dampak bahaya mengenai penyakit AIDS.  Di Indonesia, Pengidap AIDS masih terbilang tinggi. Penyakit tersebut menyerang pada usia produktif.

Direktorat Promkes dan PM Kementerian Kesehatan, Dra. Herawati, MA mengatakan di Indonesia AIDS banyak menyerang pada masyarakat berusia 19-59 tahun.

“Pada usia produktif sih 19 sampai 59 tahun, ya mereka masih bekerja, di kalangan usia produktif pokoknya,” ucap Herawati saat diwawancarai di The Dharmawangsa Hotel, Selasa (29/11/2022) dilansir dari Suara.com–Jaringan Suarakalbar.co.id

Herawati menjelaskan, dengan tingginya angka AIDS di Indonesia, nantinya para calon pengantin akan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Hal ini guna mencegah penularan AIDS. Apalagi, biasanya AIDS menular dari ibu hamil kepada bayi di dalam kandungannya.

“Ini kan penularan dari ibu hamil ke anak. Itulah yang harus di edukasi upayanya dilakukan memang untuk para catin (calon pengantin) itu, dia harus memeriksakan kesehatannya dulu. Nah kalau dia sehat itu ada sertifikatnya nanti bahwa dia sehat dan bisa lanjut untuk menikah karena ini untuk memperkecil penularan,” jelasnya.

Tidak hanya itu, dengan adanya pengembangan transformasi layanan primer, nantinya para kader akan diminta untuk mengunjungi rumah-rumah warga untuk melakukan kontrol serta edukasi sekaligus mengajak untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

“Sekarang adanya transformasi layanan primer, di posyandu para kader harus melakukan kunjungan rumah semua warga harus dikunjungi. Jadi komunikasinya juga harus baik supaya dia mau memeriksakan ke puskesmas,” katanya.

Menurut Herawati, edukasi yang diberikan kepada masyarakat juga dapat membantu menghilangkan stigma para penderita AIDS yang dianggap buruk.

Sementara itu, para penderita juga dapat terus mengonsumsi obat secara rutin dengan adanya pemantauan dari kader maupun keluarga. Dengan edukasi menghilangkan stigma yang ada, ini juga akan membantu penderita tidak merasa sedih dengan penyakit yang dideritanya.

“Upaya kita juga edukasi ya, memang ini sangat sensitif terutama orang yang udah kena AIDS itu kan jadi stigma ya, Tapi itulah menjadi tantangan bahwa stigma itu harus dihilangkan. Sementara kalau sudah menderita harus minum obat mau enggak mau. Banyak orang juga putus di tengah jalan gitu mau minum obat. Itulah peran pendamping bisa kader keluarga supaya dia minum obat,” tutupnya.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan