Berkunjung ke PT PSP, Bagi Hasil Kebun Plasma Bisa untuk Biaya Kuliah Anak

Mempawah (Suara Kalbar) – Kehadiran perusahaan perkebunan sawit PT Peniti Sungai Purun (PSP) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, perlahan-lahan mulai membangkitkan taraf kehidupan masyarakat setempat.
Tak bisa dipungkiri, operasional perkebunan yang telah dilengkapi dengan pabrik kelapa sawit itu, telah mampu menyerap banyak tenaga kerja, yang berarti telah membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran.
Saat SUARAKALBAR.CO.ID berkunjung ke areal PT PSP di Desa Kepayang, Kecamatan Anjongan, sejumlah aktivitas terlihat di Kebun Purun Utara (KPU), Sabtu (29/10/2022).
Rupanya, sejak pagi hingga siang hari, sejumlah petani tengah menerima dana bagi hasil penjualan TBS kebun plasma dari perusahaan.
“Sebenarnya, proses pembayaran bagi hasil kebun plasma ini sebagian besar telah menggunakan sistem online transfer langsung ke rekening petani plasma. Itu memang difasilitasi pihak perusahaan. Tapi, masih ada petani plasma yang tetap memilih menerima dana tunai atau manual,” ungkap Mulyadi Cacak, petani plasma, warga Desa Kepayang.
Mulyadi menjelaskan, dirinya dan keluarga merasa bersyukur atas kehadiran PT PSP di Kecamatan Anjongan.
“Sebagai petani plasma yang punya lahan lebih dari 20 hektar, saya mendapatkan dana bagi hasil yang lumayan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Bahkan, anak saya kuliah juga dari hasil kebun plasma ini,” jelasnya.
Tidak hanya mendapatkan manfaat dari bagi hasil kebun plasma, Mulyadi melihat kehadiran PT PSP telah cukup banyak menyerap tenaga kerja yang memang diutamakan adalah warga sekitar perusahaan.
“Jadi tidak saja menyerap tenaga kerja untuk operasional perkebunan, tapi juga di lokasi pabrik kelapa sawit yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat kami,” tukasnya.
Apalagi, rata-rata lahan kebun plasma dulunya adalah hutan belukar yang nyaris tak pernah tersentuh masyarakat.
“Dengan hadirnya PT PSP yang membuka perkebunan, lahan-lahan hutan itu kini telah termanfaatkan,” tutur dia.
Hanya saja, luasnya penyebaran areal lokasi kebun menjadi salah atu penyebab adanya pencurian buah sawit di kebun plasma.
“Hal ini tentu saja sangat merugikan kami selaku petani, meski pihak security internal perusahaan bersama personel TNI-POLRI telah bekerja keras untuk melakukan pengamanan dan patroli,” paparnya.
Karena itu, ia berharap ke depan angka pencurian buah sawit bisa ditekan, sehingga pendapatan petani plasma meningkat lagi.
“Kami juga berharap harga TBS kembali naik dan stabil seperti beberapa waktu lalu. Saat itu, harga TBS sempat di kisaran lebih dari Rp 3 ribu perkilogram. Sekarang harga TBS sekitar Rp 2 ribu,” imbuh Mulyadi.
Bagi Hasil Tiap Desa Berbeda
Di tempat yang sama, Muhammad HM Sani, salah seorang tokoh masyarakat di Desa Sungai Purun Besar, Kecamatan Segedong, mengaku turut memiliki lahan kebun plasma seluas 4 hektar.
“Saya hadir di sini (Kantor KPU – PT PSP) juga untuk mengambil bagi hasil bulanan dari panen kebun sawit plasma saya. Lumayan lah untuk biaya hidup keluarga di hari tua,” ujar mantan Kepala Desa Sungai Purun Besar ini.
Selain dirinya, seluruh kepala keluarga (KK) di Desa Sungai Purun Besar juga mendapatkan dana bagi hasil dari PT PSP sesuai dengan hasil penjualan TBS kebun plasma.
Pembayarannya difasilitasi oleh Koperasi Mitra Sejahtera yang merupakan mitra dari PT PSP.
Desa Sungai Purun Besar, tambah dia, merupakan satu dari 5 desa yang berada di dalam wilayah PT PSP. Untuk empat desa lainnya terdiri atas Desa Sungai Purun Kecil, Desa Nusapati, Desa Kepayang dan Desa Galang.
Ia juga menegaskan, total nilai uang bagi hasil kebun plasma perdesa ini, tergantung dari luas areal lahan yang dimitrakan dengan perusahaan.
Terkait dengan aksi pencurian buah di kebun plasma, Muhammad HM Sani mengatakan, merupakan tanggung jawab bersama, antara pihak perusahaan, koperasi dan masyarakat, agar tidak lagi menjadi momok bagi petani plasma.
“Dengan kebersamaan dan kolaborasi, mudah-mudahan dapat segera teratasi sehingga aksi pencurian dapat dicegah dan produktivitas kebun plasma meningkat,” harapnya.
Upaya Bersama Cegah Pencurian Buah
Sementara itu, Rusdianto, Ketua Koperasi Mitra Sejahtera, selaku mitra PT PSP, mengatakan, pihaknya terus berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada anggota, yang dalam hal ini adalah petani plasma.
Menyoal maraknya pencurian buah yang menjadi penyebab utama turunnya produktivitas di kebun plasma, Rusdianto mengungkapkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan manajemen PT PSP.
“Sejauh yang kami lihat, pihak perusahaan telah bekerja keras untuk menekan angka pencurian buah di kebun plasma. Namun karena luas areal kebun yang begitu besar, upaya pengamanan ini masih belum optimal,” ujar Rusdianto yang juga Kepala Desa Kepayang ini.
Bahkan, setahu dia, manajemen PT PSP telah membentuk Tim Pengamanan Internal dan Eksternal untuk mencegah terjadinya pencurian buah.
“Nampaknya, karena kebun ini begitu luas, dan para pelaku yang begitu pintar melihat situasi, sehingga seberapapun besar upaya perusahaan untuk melakukan pengamanan, aksi pencurian masih saja terjadi,” keluhnya.
Maraknya pencurian buah ini menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah pendapatan petani dari bagi hasil panen yang dibayarkan perusahaan.
Karena itu, Rusdianto menegaskan, selaku Ketua Koperasi Mitra Sejahtera yang juga Kepala Desa Kepayang, dirinya bersama tokoh masyarakat maupun tokoh adat, terus berupaya untuk membantu pihak perusahaan menurunkan angka pencurian.
“Semoga ke depan angka pencurian buah di kebun plasma ini dapat diturunkan dan tak lagi menjadi keluhan petani,” tutupnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now