SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Pontianak Pasca Pandemi Covid-19, Pembelajaran Harus Membuat Kurikulum Darurat di Daerah

Pasca Pandemi Covid-19, Pembelajaran Harus Membuat Kurikulum Darurat di Daerah

Rektor Institut Keguruan dan IImu Pendidikan PGRI Pontianak Muhamad Firdaus

Pontianak (Suara Kalbar) –Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pontianak Muhamad Firdaus meminta pemerintah memberikan kesempatan kepada daerah memiliki kurikulum darurat terlebih jika terjadi bencana atau pandemi Covid-19.

Selain dampak pandemi Covid-19 merupakan tantangan luar biasa dan berat pada dunia pendidikan.“Namun demikian, tantangan berat tersebut memberikan peluang besar bagi perbaikan pendidikan kita, terutama di kalbar, membuat lompatan besar untuk peningkatan kualitas pendidikan kita,” ujar Rektor IKIP PGRI Pontianak, Muhamad Firdaus, Selasa (31/5/2022).

Muhamad Firdaus mengungkapkan setidaknya ada empat lompatan yang terjadi sebagai respon dari duni pendidikan terhadap pandemi ini pertama yakni lompatan dalam penguasaan teknologi pembelajaran.

“Pandemi memaksa kita untuk belajar atau di didik secara daring selama dua tahun full kita didik pandemi secara intensif untuk menggunakan ini. Hasilnya, seperti yang anda lihat saat ini, pembelajara online sudah menjadi bagian integral dalam dunia pendidikan, hampir di setiap level,” katanya.

Bahkan, tidak hanya guru dan siswa, orang tuapun akhirnya melek teknologi dengan lebih baik.” Kondisi ini tentunya tidak akan bisa terjadi dlm waktu sesingkat itu, jika tidak ada pandemi,” katanya.

“Ini merupakan kemajuan positif sekali, sehingga pada pendidikan pasca pandemi, kemajuan ini perlu kita adopsi. Seperti juga yang di lakukan di kampus. Pembelajaran saat ini terbuka untuk berbagai mode, full luring, daring, maupun hybrid learning,” jelasnya.

Kedua, pandemi menunjukkan kita secara kasat mata betapa kesiapan pendidikan dalam hal ketersediaan fasilitas dan teknologi pendidikan masih kurang, terutama di daerah pedalaman.

“Hal ini harus menjadi evaluasi pemerintah untuk meningkatkan ini. Seperti penyediaan alat komunikasi untuk oembelajara online, jaringan internet bagi sekolah, dan bahkan penyediaan listrik,” katanya.

Ia mengatakan pandemi memberikan peluang bagi kita untuk mengevaluasi kembali kurikulum pendidikan kita.“Setidaknya ada dua aspek, pertama, selama ini kompetensi kedaruratan belum dikembangakan secata terintegrasi dalam kurikum pendidikan kita,” jelasnya.

Darurat, kata Firdaus, artinya sebuah kebutuhan khusus dalam waktu tertentu. “Pandemi menunjukan bahwa seharusnya kurikulum kita siap dalam kondisi khusus. Kondisi khusus ini tidak hanya karena wabah, tetapi juga karena bencana atau kondisi geografis di daerah,” paparnya.

Artinya papar Firdaus, pemerintah tidak bisa hanya membuat kurikulum oendidikan terpusat dari Jakarta, tetapi harus ada juga kurikulum khusus yang perlu dikembangkan untuk daerah-daerah pelosok, yang tentu potensi dan tantangannya berbeda dengan di Jakarta.

“Kedua, pendidikan darurat selama pandemi diyakini telah menyebabkan learning loss, berkurangnya pengtahuan siswa, karena pembatasan pada pembelajaran. Oleh karenanya, menurut para ahli, pembelajara pasca pandemi tidak bisa lagi menggunakan kurikulum dan sistem pembelajaran sama persisi dengan sebelum pandemi. Perlu dilakukan modifikasi dan penyesuaian kurikulum pasca pandemi dalam mengejar ketertinggalan tersebut,” katanya.

Pada poin ketiga, kata Firdaus, saatnya mengevaluasi kompetensi guru, sama halnya seperti kurikulum, kompetensi guru selama ini tidak disiapkan untuk menghadapi kondisi darurat atau beroebutuhan khusus.

“Sehingga ketika terjadi kondisi darurat banyak proses pembelajaran harus terhambat, sehingga terjadi learning of loss. Pendidikan pasca pandemi perlu menyiapkan guru dengan tambahan kompetensi kedaruratan. Guru seperti ini juga diperlukan pada sekolah berkondisi khusus di pelosok kalimantan,” katanya.

Dia mengatakan pandemi menunjukkan betapa orang tua berperan signifikan dalam pendidikan anak.“Sebenarnya hal ini sudah disampaikan oleh para ahli berpuluh tahun yang lalu. Bahwa untuk meningkatkan prestasi anak, orang tua perlu dilibatkan secara aktif. Saat pandemi kemarin, mau tidak mau orang tua dipaksa untuk terlibat langsung dalam pendidikan anaknya. Ini merupakan hal positif bagi dunia pendidikan, sehingga perlu dipertahankan dan bahkan dikembangkan lebih jauh dalam kurikulum pendidikan pasca pandemi,” katanya.

Muhamad Firdaus mengatakan IKIP PGRI Pontianak sendiri sebagai pencetak guru, telah menyadari potensi keempat poin di atas sejak awal, sehingga dengan yakin telah mulai mengintegrasikannya dalam sistem pendidikan mahasiswa.

“Sejauh ini penyesuaian kurikulum dan metode ajar telah dilakukan. Pembelajaran tidak lagi diwajibkan harus tatap muka secara penuh,” katanya.

Hal ini tentu baik untuk membiasakan mereka dalan melakukan pembelajaran serupa ketika menjadi guru kelak.“Kita juga melakukan kajian-kajian terkait pendidikan pasca pandemi terus dilakukan melalui sejumlah penelitian dosen. Tujuannya adalah untuk mencari model penerapan pembelajaran terbaik pasca pandemi baik di kampus maupun di sekolah-sekolah di Kalbar,” katanya.

 

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan