SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Mempawah Disiplin Jaga Prokes, Penjual Kue Pancong Ini Tetap Terhindar dari COVID-19

Disiplin Jaga Prokes, Penjual Kue Pancong Ini Tetap Terhindar dari COVID-19

Rajuni, Penjual Kue Pancong di Pasar Sebukit Rama Mempawah Hilir, yang tetap disiplin menjaga protokol kesehatan sehingga terhindar dari COVID-19. SUARAKALBAR.CO.ID/Foto. Distra

Mempawah (Suara Kalbar) – Masyarakat Mempawah Hilir, khususnya yang kerap beraktivitas di Pasar Sebukit Rama, pasti mengenal Rajuni, 45 tahun.

Ia adalah seorang penjual kue pancong dengan harga sangat murah, yakni Rp.500 per buah.

Saat ditemui SUARAKALBAR.CO.ID, Minggu (19/12/2021) pagi, Rajuni tengah sibuk melayani pembeli.

Sesekali, ia tampak cekatan memanggang kue pancong dan menyusunnya di dalam wadah jualannya yang bertutupkan kaca.

Rajuni sesungguhnya adalah warga RT. 004/RW. 002, Desa Sungai Dungun, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah.

Sehari-hari ia memang menjual kue di Pasar Sebukit Rama.

Pekerjaan ini dilakoni sejak belasan tahun lalu dengan keyakinan bahwa rezeki itu rahasia Allah SWT asal kita mau berikhtiar dan berdoa.

 

Disiplin Menjaga Prokes

Sebelum pandemi Covid-19, tutur Rajuni, istrinya membuka usaha warung jajanan anak sekolah. Kebetulan, rumahnya di depan SMP Sungai Dungun.

“Namun sekarang, karena terdampak pandemi, maka istri saya menutup usaha. Jadi kembali fokus mengurus anak dan rumah tangga,” ungkap Rajuni.

Meski sang istri tak lagi membuka usaha, ia mengaku sudah memasrahkan soal rezekinya kepada Allah SWT untuk menghidupi keluarga.

“Kuncinya, salat tepat waktu, banyak bersyukur, bersedekah dan rajin shalawat, Insya Allah akan selalu datang pertolongan dan kemudahan dari Allah SWT. Amiin!” ujarnya.

Saat wabah COVID-19 semakin menggila, Rajuni bersyukur dirinya belum pernah terpapar.

“Tetangga saya di Sungai Dungun banyak yang kena, alhamdulillah saya dan keluarga tetap aman. Kuncinya, menjaga protokol kesehatan, ikuti vaksinasi dan banyak-banyak berwudhu,” kata dia.

Begitu ada anjuran pemerintah agar masyarakat menjaga ketat protokol kesehatan, Rajuni mengaku tidak pernah melepaskan masker saat beraktivitas di luar rumah.

“Saya juga selalu menjaga jarak, rajin mencuci tangan dan berwudhu, serta menghindari kerumunan. Saya upayakan memberikan pembatasan antara diri saya dan pembeli sehingga tidak ada kontak langsung,” jelasnya lagi.

Begitu pula vaksinasi, Rajuni mengaku sudah mengikuti dua kali mendapatkan penyuntikan. Baik dosis pertama dan kedua.

“Demi keselamatan bersama, kita harus ikuti anjuran pemerintah agar segera mendapatkan kekebalan komunal!” beber dia.

 

Anak Mondok di Pesantren

Dari pernikahannya dengan Mahani, ia memperoleh lima orang anak. Yang pertama, yang kini mondok di Pontren Al-Fatah Temboro Jawa Timur.

Anak kedua, telah menikah. Sementara anak ketiga duduk kelas 1 SMP, anak keempat di kelas 5 SD dan anak kelima di kelas 2 SD.

Untuk menjual kue pancong, usai salat subuh, Rajuni berangkat dari Sungai Dungun menuju Pasar Sebukit Bestari Mempawah.

Biasanya, sebelum masuk waktu salat dhuhur, kue-kuenya sudah habis terjual.

“Alhamdulillah, biasanya pas waktu dhuhur, saya sudah berada di rumah. Kadang juga salat di masjid atau surau di tengah perjalanan,” katanya.

Dari menjual kue pancong seharga Rp500 ini, ia diberikan kemudahan oleh Allah SWT untuk menyekolahkan anak hingga ke Jawa Timur.

“Alhamdulillah, anak tertua saya kini mondok di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Jawa Timur,” ujarnya penuh syukur.

Rajuni sendiri mengaku tidak pernah menyangka bisa menyekolahkan anak hingga ke Pulau Jawa.

Sebab secara logika, menjual kue pancong seharga Rp 500 per buah, keuntungan yang didapat tentu tak seberapa.

“Tapi karena rahmat Allah Taala, saya bisa diberikan kemudahan untuk mengirim anak ke pondok pesantren. Insya Allah, ini karena berkah bershalawat kepada Rasulullah SAW yang rutin saya amalkan,” katanya.

Rajuni mengatakan, setiap saat dalam rutinitas kehidupannya, ia selalu melafadzkan shalawat kepada nabi.

Mulai dari bangun tidur pada subuh hari, berangkat di perjalanan menuju Mempawah, mengadon kue pancong, hingga melayani pembeli.

Tak sedetik pun, tambahnya, ia meninggalkan shalawat kepada nabi. Terus ia lafadzkan sebagai bentuk penghormatan kepada sang nabi akhir zaman.

Dan rupanya tak hanya itu. Ia selalu mensedekah kue pancong kepada setiap pembeli. Siapapun pembelinya.

Jika pesan 10 ribu, maka ia akan memberikan bonus 1 kue, sehingga jumlah yang diberikan ke pembeli menjadi 21 kue pancong.

Apakah tidak takut rugi? “Alhamdulillah, tidak ada kerugian jika kita bersedekah dan menyenangkan hati para pembeli,” cetusnya seraya tersenyum.

Komentar
Bagikan:

Iklan