Amsindo Gelar Rakor dan FGD se-Kalbar
Pontianak (Suara Kalbar) – Rakor dan FGD AMSINDO Se-Kalbar 2021 di Hotel Ibis Kota Pontianak, Senin 21 Juni 2021.
Amsindo merupakan Asosiasi Media Sosial dan Online Indonesia Provinsi Kalbar dan diikuti oleh berbagai admin Media Sosial di Kalbar yang mengangkat tema “Bijak Bersosial Media di Masa Kini”.
Satu diantara pemateri yang hadir Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi Kalimantan Barat , Salman Busrah
mengatakan dengan adanya AMSINDO sudah sangat bagus untuk mengumpulkan sejumlah admin di medsos menjadi satu.
“Dengan adanya grup ini menjadi kontrol, untuk mengingatkan sesama admin. Di tengah masyarakat, medsos sudah menjadi hal yang bersentuhn lagsung. Bangun tidur buka handpone buka medsos. Jadi ketika admin mau posting di konfirmasi dulu itu yang diharapkan,”ujarnya
Dengan adanya asosiasi ini bisa wadah yang saling mengingatkn. Saya yakin adminnya tidak hanya satu orang. Kalau satu orang saya rasa agak repot. Kan tidak mungkin dia harus melihat postingan setiap hari muncul.
“Dengan adanya admin beberapa dari mereka bisa kontrol. Ini sangat bagus dsn boleh ditingkatkan,”ujarnya.
Subdit Siber Polda Kalbar, IPDA M Hendra Putra, mengatakan agar tak terjerat hukum
pegiat Medsos harus berfikir sebelum mengirim postingan.
“Jadi saring dulu sebelum sharing. Kita harus tau argumentasi atau narasi apa yang dapat kita posting atau yang tidak boleh. Contoh narasi yang bersifat positif menjelekkan dan menghina seseorang tidak boleh diposting,tegasnya.
Ia mengatakan untuk antisipasi yang dapat dilakukan yakni dengan membaca dan mengupayakan untuk mengetahui postingan tersebut dan mencari sumber berita yang jelas, setelah itu barulah dapat diposting.
“Kalau kejahatan di Pontianak yang marak terjadi saat sekarang di periode 2021 sampai bulan sering terjadi penipuan online,”ujarnya.
Lanjutnya, dalam beberapa waktu ditemukan akun telegram yang di hack marak terjadi untuk menawarkan investasi bodong.
“Kasus seperti ini agak susah karena menggunakan aplikasi tidak seperti biasanya. Maka harus dilakukan penyeledikian lebih dalam,”ujarnya.
Ia mengatakan tindak kejahatan online yang terjadi di Pontianak mayoritas kejahatan yang terjadi seperti penghinaan dan pencemaran nama baik, asusila dan hoax tang beredar.
“Tapi pelakunya tidak banyak dari wilayah Pontianak, banyak dari daerah luar,”ucapnya.
Selain itu ada juga kasus akun pribadi yang di hack digunakan oleh orang lain mengatasnamakan milik pengguna aslinya.
“Kalau ada kasus seperti ini masyarakat bisa melaporkan ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kalbar atau melapor online di portal yang sudah kami siapkan,”jelasnya.
Ia berpesan kepada admin medsos harus selektif dalam menyadur dan memfilter berita, cari sumbernya yabg jelas.
“Mereka sedapat mungkin harus membuat narasi sehingga tidak membuat gaduh dimasyarakat,” ujarnya
Dosen Program Studi Sistem Komputer Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura , Ikhwan Ruslianto mengatakan masyarakat bisa digiring tergantung medsosnya.
“Salah satu yang saya tinjau dari sisi akademisnya kurangnya Security awareness dari para pegiat medsos. Kita bisa lihat dari paswordnt yang lemah, dan satu pasword digunakan untuk beberapa akun,” tuturnya.
Dari itulah potensi untuk diretas sebuah akun medsos atau sebuah aplikasi sangat besar karena satu akun untuk semua. Hal ini lah dikatakannya yang perlu diedukasi.
“Kami dari pihak kampus dari sisi akademisi akan selalu mengedukasi dalam bentuk kegiatan seminar dan webinar,” cetusnya.
Dikatakannya adapun cara yang paling aman yakni bisa mengaktifkan beberapa settingan seperti contoh di Whatsapp ada autentikasi dua kali dengan dilengkapi pin.
“Banyak kasus Whatsapp yang diretas karena tidak ada pin. Sehingga bisa di retas, lucunya kadang orang mudah sekali memberikan kode OTP,” tegasnya.
Ditambahkannya terkadang oknum pelaku kejahatan memanfaatkan waktu pada saat makan siang dan bangun tidur. Jadi ketika dalam kondisi seperti orang yang bersangktan mudah memberi respon cepat.
“Jadi ketika yang bersangkutan menerima OTP mendapat telpon dari pelaku langsung diberikan. Kebanyak yang dialami banyak korban diumur diatas 30 tahun yang kurang mengerti tentang security awarness,” pungkasnya.