News  

Ditiadakan 20 Tahun, Masyarakat Adat Desa Sekabuk Gelar Ritual Buang Perahu

Salah satu rangkaian prosesi ritual adat buang perahu yang digelar masyarakat adat Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, Senin (21/9/2020).

Mempawah (Suara Kalbar)- Setelah lebih dari 20 tahun, masyarakat adat Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, akhirnya kembali menggelar ritual adat Buang Perahu, Senin (21/9/2020). 

Kepala Desa Sekabuk, Andas Saputra, menjelaskan, kegiatan adat ini dilaksanakan untuk menolak bala, karena belakangan ini masyarakat, khususnya di Desa Sekabuk, sering mendapat musibah. 

“Apalagi kita masih dalam situasi pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir. Jadi ritual adat Buang Perahu diharapkan menjadi penangkal segala musibah di desa kami,” ujar Andas Saputra yang didampingi Kasi Pemerintahan, Alex Candra, Timanggong Desa Sekabuk, Ajung L dan Pasirah se-Desa Sekabuk. 

Ritual adat Buang Perahu pernah dilaksanakan 20 tahun lalu. Seiring kondisi berangsur aman tanpa musibah, ritual ini tak pernah digelar lagi. Namun karena tahun ini musibah banyak terjadi, masyarakat adat Desa Sekabuk merasa perlu melaksanakan lagi ritual Buang Perahu.  

“Karenanya, saya selaku kepala desa menginisiasi musyawarah bersama yang dihadiri Ketua BPD, Bahtiar Gior bersama Timanggong dan Pasirah. Akhirnya, kami sepakati untuk menggelar ritual tersebut,” katanya. 

Dalam ritual ini, perahu dari hulu akan dibawa ke hilir air. Kemudian berkeliling empat dusun dan perahu akan diturunkan di Sungai Pasaan, yang merupakan ujung dari perkampungan Desa Sekabuk. Sorenya, jalur masuk langsung ditutup. 

Usai menggelar ritual adat Buang Perahu, akan dilanjutkan dengan ritual adat Balalak pada besok hari, Selasa (22/9/2020). 

Dalam pelaksanaan Balalak, Ketua BPD, Bahtiar Gior, menambahkan, seluruh jalur keluar dan masuk Desa Sekabuk akan ditutup selama satu hari, mulai Senin malam hingga Selasa sore. Ia berharap, berharap seluruh masyarakat Desa Sekabuk tidak melakukan aktivitas apapun. 

“Semoga dengan ritual ini, segala musibah di daerah ini dan juga negeri ini, akan segera berakhir. Kita juga berdoa agar diberikan ketenangan oleh Tuhan yang Maha Kuasa,” imbuh Bahtiar Gior. 

Penulis : Dian Sastra