Sanggau Tempat Pengembangan Padi Organik

![]() |
Ageng Herianto |
Sanggau (Suara
Kalbar) – Kabupaten Sanggau sebagai wilayah perbatasan dipilih untuk
pengembangan padi organik oleh Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO)
bekerjasama dengan Kementerian Pertanian RI.
Wakil Direktur FAO di Indonesia, Ageng Herianto menyampaikan
mengapa Kabupaten Sanggau dipilih sebagai
pengembangannya dikarenakan informasi dari Kementerian Pertanian, akses
pasarnya bisa lebih luas lagi.
“Sehingga kami sudah melakukan identifikasi ditingkat
kecamatan yang menjadi sasaran yaitu Kembayan, Sekayam dan Entikong,”
tutur Herianto.
Setelah melakukan identifikasi, melihat, dan bertemu dengan
para kelompok tani di tiga kecamatan tersebut, dikatakannya, ada sekitar 103
hektar lahan yang sudah siap untuk program ini.
“Di tiga kecamatan tersebut para petaninya setuju,
wilayah dan fasilitasnya termasuk sawah organik juga relatif siap,” ujar
Ageng Herianto.
Langkah pertama yang akan dilakukan FAO dalam mewujudkan program
padi organik tersebut adalah dengan memperkuat proses produksi petani.
“Yang pertama, harus diperkuat dulu adalah proses
produksinya, karena pertanian organik itu memerlukan sertifikasi dan lain
sebagainya. Nanti kalau sudah sesuai sertifikasi yang kami rencanakan dalam
tiga musim tanam, selanjutnya akan disertifikasi,” Katanya.
Lanjut dikatakan bahwa pengalaman-pengalaman sebelumnya
diberbagai tempat, yakni keterlibatan Pemerintah Daerah sangat penting dan
harus juga kuat.
“Keterlibatan Pemerintah Daerah juga sangat penting,
supaya bersama-sama untuk mengupayakan. Pada pengalaman sebelumnya, kelompok
organik didukung oleh Pemerintah Kabupaten, kemudian perlahan-lahan mereka bisa
mencari pasar yang lebih luas lagi. Jadi ada tahapan-tahapan yang kita perkuat
dulu diproses produksinya,” kata Ageng.
Lebih lanjut, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perikanan (Dishangpang Hortikan) Kabupaten Sanggau, John
Hendri, saat diwawancara usai
mendampingi Wakil direktur FAO Indonesia beraudiensi dengan Bupati Sanggau
Paolus Hadi, mengatakan agar petani mendapatkan sertifikasi padi organik, harus
ada langkah-langkah yang harus ditempuh.
“Misalnya, tidak boleh menggunakan pupuk kimia dan
perbanyak menggunakan pupuk organik. Untuk memastikan padi itu bebas dari pupuk
kimia, ada yang namanya sertifikasi, makanya ada istilah ISO 9000 dan
sejenisnya dan FAO ini sampai kesana, mereka mendampingi kita hingga
mendapatkan sertifikasi,” ujar John Hendri.
Lanjutnya, untuk pemasanan, pasti terkait dengan
sertifikasi. Jika pihak luar negeri yang membeli beras petani. Kita harus bisa memastikan bahwa produksi
kita bebas residu atau bebas zat kimia yang dibuktikan dengan sertifikasi
organik, tentu akan menambah nilai jual.
“Program ini akan dimulai tahun 2019 sampai 2021. Jadi
konsep FAO ini yang akan kita serap, untuk kita sebarkan lagi kepada kecamatan
yang belum dapat peluang,” imbuhnya.
Bupati Sanggau, Paolus Hadi, S.IP, M.Si menyampaikan ucapan
terimakasih kepada FAO dan Kementerian Pertanian yang telah memilih tiga
Kecamatan di wilayah perbatasan Kabupaten Sanggau sebagai lokasi pembinaan
program pertanian organik.
“Kita punya peluang untuk semakin berkembang dan saya
dukung betul, supaya petani kita yang mendapatkan program ini bisa mendapatkan
hasil yang maksimal,” kata PH sapaan akrab Bupati Sanggau.
Bupati Sanggau memastikan bahwa pasar beras organik saat ini
sangat disukai luar negeri. Hal itu mengingat beras organik lebih higienis.
“Saya cuma berpesan kepada FAO, jangan kerja sendiri,
selalu libatkan Dinas Pertanian supaya nanti transfer knowlead dan sistem kerja
mereka berikutnya bisa kita ikuti. Kalau petani kita respon dengan sistem
pertanian organik, kita bisa kembangkan sendiri,” ujar Bupati Sanggau
Paolus Hadi.(DD/a)