Cucuk Atap di Desa Sekabuk, Tradisi Gotong Royong yang Lestari di Era Millenial
Mempawah (Suara Kalbar) – Pria berusia senja ini bernama Leman. Ia bisa disapa warga dengan panggilan Pak Ude Leman.
Namun meski telah berusia 71 tahun, tangannya masih terlihat terampil men-cucuk atap daun, Jumat (15/10/2021).
Cucuk atap ini adalah tradisi gotong royong warga di Dusun Pak Nungkat, Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, untuk membantu tetangga atau warga setempat yang akan menggelar hajatan besar.
Bisa resepsi pernikahan, khitanan hingga kegiatan kemasyaratan lainnya.
Atap daun yang bahannya diambil dari kawasan hutan Desa Sekabuk ini, nantinya akan dipergunakan sebagai sarana peneduh atau menjadi atap berdirinya “dapur dadakan” di rumah yang punya hajatan.
“Kadang pula atap daun yang kami bikin beramai-ramai ini untuk menambah “teras” warga yang menggelar hajatan, sehingga bisa menampung banyak tamu undangan,” jelas Leman yang masih terlihat bugar.
Ia menjelaskan, tradisi cucuk atap telah berlangsung lama, atau turun temurun. Ini merupakan manifestasi bakti sosial warga Desa Sekabuk, khususnya di Dusun Pak Nungkat.
Dan hebatnya, gotong royong terjadi bukan karena ada undangan dari yang punya hajatan, tapi muncul spontan dari warga di sana.
“Jadi kami bergotong royong tak perlu menunggu undangan dari tetangga. Langsung bantu saja tanpa diminta,” ungkap dia.
Tidak hanya cucuk daun untuk membuat atap, gotong royong juga hadir hingga acara hajatan selesai. Mulai dari mengatur meja-kursi, menyambut tamu, hingga proses memasak dan menyajikan hidangan.
“Saya bersyukur anak-anak muda di kampung kami masih bisa mempertahankan tradisi ini. Semoga terus lestari hingga akhir zaman,” pungkas Pak Ude Leman.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





