SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Lifestyle Trauma Pascabencana Mengintai Penyintas, Begini Cara Mengatasinya

Trauma Pascabencana Mengintai Penyintas, Begini Cara Mengatasinya

Ilustrasi seseorang trauma. (Freepik/Istimewa)

Suara Kalbar – Saat bencana alam terjadi, dampak yang ditinggalkan tidak hanya berupa kerugian materi, tetapi juga gangguan emosional yang berat atau trauma.

Para penyintas sering merasakan kecemasan, kilas balik, atau rasa tidak aman meski situasi sudah kembali kondusif. Reaksi ini merupakan tanda trauma pascabencana yang membutuhkan dukungan dan penanganan yang tepat.

Trauma sering muncul dalam bentuk kecemasan, rasa tidak aman, mimpi buruk, atau kilas balik kejadian yang menakutkan. Pada sebagian orang, trauma dapat pulih relatif cepat jika didampingi lingkungan yang suportif.

Namun pada kasus lain, trauma dapat berlangsung lama dan menghambat kualitas hidup. Oleh karena itu, memahami cara mengatasi trauma sangat penting bagi korban, keluarga, relawan, hingga tenaga pendamping di lapangan.

Memahami Gejala Trauma setelah Bencana

Sebelum mengetahui langkah pemulihan, penting untuk mengenali gejala trauma yang umum muncul setelah seseorang mengalami bencana. Beberapa tanda yang sering terjadi meliputi:

  • Rasa takut, gelisah, atau panik tanpa alasan jelas.
  • Gangguan tidur, mimpi buruk, atau rasa tidak nyaman ketika kondisi sekitar memicu ingatan traumatis.
  • Konsentrasi mudah terganggu, mudah kaget, dan munculnya pikiran negatif berulang.
  • Menarik diri dari lingkungan sosial atau merasa tidak memiliki harapan.
  • Gejala fisik, seperti jantung berdebar, pusing, tremor, hingga ketegangan otot akibat stres berkepanjangan.

Mengenali gejala ini menjadi langkah penting agar korban dapat segera mendapatkan dukungan dan penanganan yang tepat.

Cara Mengatasi Trauma Pascabencana Alam

1. Mengakui dan menerima kondisi emosional

Langkah awal dalam mengatasi trauma adalah menerima perasaan yang muncul. Menghindari atau menekan emosi justru membuat proses pemulihan berjalan lebih lama. Mengakui rasa takut, sedih, atau marah itu wajar dapat membantu korban mulai berdialog dengan dirinya sendiri.

2. Mendapatkan bantuan profesional jika diperlukan

Jika trauma mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, segera mencari bantuan dari psikolog, psikiater, atau konselor menjadi langkah yang tepat. Tenaga profesional dapat memberikan terapi, seperti cognitive behavioral therapy (CBT), konseling trauma, atau terapi eksposur yang aman untuk mempercepat proses pemulihan.

3. Melatih relaksasi untuk mengurangi stres

Teknik relaksasi membantu tubuh keluar dari mode siaga yang sering muncul setelah bencana. Latihan, seperti pernapasan dalam, meditasi, menulis jurnal, berdoa, atau mindfulness dapat menurunkan ketegangan dan menenangkan pikiran.

4. Menjaga kesehatan fisik secara konsisten

Kesehatan fisik berhubungan erat dengan kestabilan emosi. Menjaga pola makan sehat, tidur cukup, minum air yang cukup, serta olahraga ringan seperti peregangan atau jalan kaki dapat membantu tubuh lebih cepat pulih dari tekanan emosional.

5. Kembali ke rutinitas secara perlahan

Membangun kembali rutinitas memberikan rasa aman dan stabil. Memulai dari aktivitas sederhana, seperti mengatur jam tidur, kembali bekerja atau bersekolah, hingga melakukan hobi dapat membantu pikiran menyadari situasi sudah lebih terkendali.

6. Memperkuat dukungan sosial di sekitar korban

Berbicara dengan keluarga, teman dekat, atau sesama penyintas sangat membantu mengurangi beban emosional. Dengan saling berbagi cerita dan pengalaman, korban merasa tidak sendirian dan lebih mudah melewati masa sulit.

7. Mengikuti kegiatan trauma healing

Trauma healing menjadi bagian penting dalam proses pemulihan. Kegiatan ini dapat berupa aktivitas kelompok, sharing session, seni kreatif, permainan edukasi, hingga bimbingan psikologis. Pada anak-anak, pendekatan bermain sering menjadi metode paling efektif untuk mengurai emosi yang sulit diungkapkan secara verbal.

8. Membangun harapan dan persepsi positif

Pemulihan trauma juga membutuhkan proses menata kembali cara berpikir. Memperkuat harapan, menetapkan tujuan kecil, serta menyadari hal-hal positif yang masih dimiliki dapat membantu korban perlahan mengembalikan kepercayaan diri dan memandang masa depan secara lebih optimistis.

Trauma pascabencana memang tidak mudah dihadapi, tetapi bukan berarti tidak bisa pulih. Dengan dukungan profesional, lingkungan sosial yang hangat, dan penerapan strategi pemulihan yang tepat, para penyintas dapat kembali bangkit dan menjalani kehidupan dengan lebih baik.

Sumber: Beritasatu.com

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan