Berusia 500 Tahun, Seni Cadas Misterius Ini Dibuat dari Lilin Lebah
![]() |
| Beeswax atau lilin lebah yang di masa purba dijadikan stensil pembentuk gambar pada seni cadas atau rock art. Sebagai ilustrasi [Shutterstock]. |
Jakarta (Suara Kalbar)- Seni cadas atau rock art berusia 500 tahun yang ditemukan di situs Yilbilinji dekat Teluk Carpentaria di Australia utara menjadi karya seni paling langka di dunia.
Menggambarkan sosok mirip manusia tengah memegang bumerang dan dikelilingi banyak bumerang. Karya ini adalah jenis stensil yang melibatkan pembuatan garis miniatur manusia, peralatan, dan bentuk lainnya.
Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan berpendapat tentang bagaimana manusia purba
membuat seni itu. Populasi Aborigin Australia telah menciptakan seni
cadas selama setidaknya 44.000 tahun.
Biasanya ketika melakukan stensil,
seniman memegang tangan mereka atau benda lain ke batu dan
menyemprotkan cairan berpigmen ke atasnya.
![Seni cadas atau rock art di situs Yilbilinji, Carpentaria, Australia [Science/L.M Brady].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/05/29/86895-rock-art.jpg)
Menariknya,
batu merah yang menjorok di Yilbilinji menampilkan figur yang jauh
lebih kecil, menampilkan 17 manusia mini, bumerang, dan pola geometris.
Salah satu penulis penelitian ingat, pernah melihat orang Aborigin
menggunakan lilin lebah atau beeswax
sebagai semacam tanah liat untuk membuat mainan anak-anak yang
menyerupai sapi dan kuda. Dari sini para ahli berpikir mungkin seniman
batu kuno menggunakan lilin lebah untuk membentuk stensil.
Dilansir dari Science Mag, para
ilmuwan bekerja sama dengan perwakilan dari masyarakat adat Marra dan
berusaha untuk meniru seni kuno hanya menggunakan bahan-bahan asli
daerah itu.
Dengan memanaskan dan membentuk lilin
lebah, menempelkannya pada batu, dan menyemprotkannya dengan cat pigmen
putih, mereka berhasil memproduksi seni cadas yang sangat mirip dengan
aslinya, seperti ditemukan di Yulbilinji.
Para ilmuwan mencatat bahwa seni miniatur
mungkin telah melayani tujuan spiritual atau ritual. Atau di sisi lain,
karena banyak stensil yang berada relatif rendah pada batu yang
menggantung, mungkin hanya permainan anak-anak, sama seperti kanak-kanak
sekarang belajar corat-coret atau menulis di dinding.
Sumber : Suara.com
Editor : Diko Eno
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





