SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Pontianak Penyitaan Buku Dinilai Bentuk Penindasan, Aan Mansyur Angkat Suara

Penyitaan Buku Dinilai Bentuk Penindasan, Aan Mansyur Angkat Suara

Aan Mansyur, penulis buku. [SUARAKALBAR.CO.ID/Meriyanti]

Pontianak (Suara Kalbar)- Penyitaan sejumlah buku oleh aparat kepolisian baru-baru ini menuai sorotan. Bagi banyak kalangan, langkah itu dianggap ironi: buku, yang seharusnya menjadi sumber pengetahuan, justru diperlakukan sebagai barang bukti kejahatan.

Aan Mansyur, penulis sekaligus pegiat literasi, menyebut penyitaan buku sebagai praktik sewenang-wenang kekuasaan. Ia menilai, tindakan semacam ini bukan hal baru di Indonesia.

“Kita bisa melihat banyak sekali tindakan kekerasan, termasuk yang baru-baru ini terjadi yaitu penyitaan buku. Bahkan buku dijadikan barang bukti kejahatan,” ujarnya usai mengisi diskusi Pesta Literasi Indonesia 2025 pada Minggu (28/09/2025).

Aan menyampaikan bahwa membaca buku bukanlah suatu tindak kriminal apalagi menjadi sebuah kejahatan untuk orang yang membaca buku.

“Tentu saja kita semua sepakat bahwa membaca itu bukan tindakan kriminal. Membaca buku bukanlah kejahatan. Karena itu saya ingin mengajak semua orang untuk tidak diam menghadapi situasi ini. Bagi saya, diam terhadap penindasan berarti kita turut melakukan penindasan,” jelasnya.

Ia mengajak masyarakat terutama penggiat literasi untuk tidak diam dengan situasi ini. Menurutnya dengan diam, artinya masyarakat sepakat dengan ketidakadilan ini.

“Saya mengajak semua orang untuk melakukan tindakan, untuk menunjukkan bahwa kita tidak sepakat dan tidak takut dengan situasi ini. Kita bisa melawan perlakuan semacam ini dengan cara masing-masing,” tambahnya.

Aan juga berujar tindakan perlawanan tersebut meskipun kecil tapi tetap berharga, misalnya dengan membaca buku hingga mengorganisir klub-klub buku di lingkungan sekitar untuk meningkatkan daya kritis.

“Membaca saja sudah merupakan bentuk perlawanan kecil. Mengorganisir teman-teman untuk membuat klub buku lalu membaca bersama, terutama buku-buku yang bisa membantu kita memahami mengapa penguasa melakukan hal-hal semacam ini, adalah hal penting. Itu membuat kita punya daya kritis untuk melawan,” jelasnya.

Aan juga menambahkan bahwa ia turut senang dengan antusias masyarakat Pontianak dalam kegiatan literasi. Meskipun kegiatan Pesta Literasi Indonesia 2025 dilaksanakan pada hari weekend masyarakat tetap antusias untuk hadir.

“Saya senang sekali. Ada banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan di akhir pekan, tapi teman-teman memilih datang ke acara ini. Itu menunjukkan sesuatu yang besar. Bukan hanya antusiasme, tapi juga kesadaran bahwa urusan baca-tulis, urusan literasi, adalah hal vital untuk kita semua,” jelasnya.

Penulis: Meriyanti

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan