SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda News Industri Sawit dan Upaya Nyata Sawit yang Berkelanjutan

Industri Sawit dan Upaya Nyata Sawit yang Berkelanjutan

Duta Besar dan delegasi negara Uni Eropa mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Asian Agri pada April 2018.

Suara Kalbar– Memang bukan suatu hal baru bahwasanya penggunaan kelapa sawit dalam
kehidupan banyak mendapat kritikan karena dianggap tidak ramah
lingkungan. Namun di sisi lain, produk olahan dari kelapa sawit yang
biasanya terdapat pada makanan dan kosmetik telah banyak dimanfaatkan
oleh lebih dari separuh populasi umat manusia yang berasal dari berbagai
belahan dunia. Besarnya kritik dari para penggiat lingkungan baik dari
tingkat nasional maupun internasional terhadap kelapa sawit kerap
memengaruhi dan  membentuk pandangan masyarakat tentang manfaat dan
nilai unggulan komoditas minyak nabati ini.

Tak jarang
polemik di sektor penyumbang devisa terbesar di Indonesia ini berkutat
di seputar tuduhan deforestasi akibat pembukaan lahan untuk perkebunan
sawit, ancaman terhadap satwa langka yang dilindungi, tekanan terhadap
pembeli produk kelapa sawit dan turunannya, hingga ajakan untuk
memboikot pembelian produk sawit. Pembahasan mengenai sawit juga dibawa
hingga ke forum  perdagangan internasional.

Dukungan Pemerintah

Di awal semester 1 tahun ini Pemerintah Indonesia mengusulkan skema
penerapan carbon credit dan pemanfaatan kelapa sawit bagi pembangunan
dalam rangkaian pertemuan Tahunan World Economic Forum (WEF) 2020 di
Davos-Swiss

Dalam pertemuan tersebut Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Airlangga Hartarto  meminta para pemangku kepentingan
untuk  melihat industri sawit secara holistik, termasuk dari aspek
lingkungan, ekonomi, kontribusi terhadap pembangunan global, perspektif
bisnis, serta kebijakan yang telah diambil Pemerintah Indonesia. Dalam
laporan Oil World 2018 tercantum total luas keseluruhan produsen minyak
nabati global, termasuk  bunga matahari, kedelai, biji kapas, kelapa
sawit, biji rapa dan tanaman lainnya adalah 290.000 hektare (ha) dengan
angka produksi minyak nabati sebesar 221 juta ton. Dari luas tersebut,
kelapa sawit hanya menggunakan lahan sebesar 7 persen, kedelai 43
persen, biji kapas 12 persen, biji rapa 11 persen, bunga matahari 9
persen dan tumbuhan minyak nabati lainnya 20 persen.

Laporan Oil
World 2019 menyebutkan angka produksi minyak kelapa sawit mencapai 84,14
juta ton secara global dengan rata-rata produksi 3,7 ton / hektar.

Sumber: Oil World 2018

Dengan
memanfaatkan sekitar 7% lahan global untuk seluruh minyak nabati,
kelapa sawit Indonesia mampu menyuplai sekitar 40% kebutuhan minyak
nabati dunia Direktur Sustainability & Stakeholder Relations Asian
Agri, Bernard Riedo mengatakan bahwa kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yang paling produktif dan efisien dalam hal
penggunaan lahan. “Bagi Asian Agri yang membangun sektor sawit bersama
petani plasma binaannya sejak tahun 1987,  komoditas sawit terbukti
membantu mengentaskan kemiskinan masyarakat di Riau dan Jambi.  Kami
juga mengembangkan kemitraan untuk meningkatkan kesejahteraan petani
swadaya  di Riau, Jambi dan Sumatera Utara,” terangnya.

Bernard A. Riedo, Direktur  Sustainability & Stakeholder Relations  Asian Agri 

Bernard A. Riedo, Direktur  Sustainability & Stakeholder Relations  Asian Agri

Kemitraan
yang digagas Asian Agri pada awalnya merupakan respon terhadap ajakan
pemerintah untuk membangun kapasitas masyarakat transmigran dari Pulau
Jawa yang pada umumnya tidak memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman
berkebun sawit. Beragam latar belakang para transmigran yang tiba di
Riau dan Jambi menjadi tantangan bagi perusahaan sawit seperti Asian
Agri untuk mendedikasikan tim khusus untuk membina para calon petani
sawit agar mampu mengelola lahan seluas 2 hektar yang diberikan
pemerintah sebagai modal awal untuk digarap.

Komitmen pada Sawit yang Berkelanjutan

Selain
dukungan pemerintah terhadap industri kelapa sawit, upaya nyata
komoditas sawit untuk melangkah dengan komitmen berkelanjutan juga
menjadi hal yang sangat dinomorsatukan. Hal ini seperti yang dilakukan
oleh Asian Agri sebagai salah satu perusahaan swasta nasional di
Indonesia yang telah mengelola kebun kelapa sawit sejak tahun 1979.
Sebagai perintis program Pemerintah Indonesia Perkebunan Inti Rakyat
Transmigrasi (PIR-Trans), Asian Agri telah bermitra dengan 30.000 petani
plasma di Riau dan Jambi yang mengelola 60.000 hektar kebun kelapa
sawit, serta membina kemitraan dengan petani swadaya untuk membawa
dampak positif terhadap kesejahteraan dan peningkatan ekonomi petani.

Dengan
menerapkan kebijakan tanpa bakar dan praktik pengelolaan kebun secara
berkelanjutan, Asian Agri membantu petani mitra untuk meningkatkan
produktivitas, memberi kepastian pasar bagi hasil panen, menjaga
kemamputelusuran rantai pasok, sekaligus mendukung mereka memperoleh
sertifikasi. Pabrik Asian Agri menerapkan teknologi terbaik memanfaatkan
energi hijau yang dihasilkan secara mandiri, dalam rangka
meminimalisasi emisi gas rumah kaca.

Perkebunan inti Asian Agri di
Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Jambi serta perkebunan petani plasma
di Provinsi Riau dan Jambi telah bersertifikat RSPO (Roundtable on
Sustainable Palm Oil). Pada saat yang sama, ISCC (International
Sustainability & Carbon Certification) telah dicapai oleh seluruh
kebun baik yang dimiliki oleh Asian Agri maupun petani binaannya.
Seluruh unit bisnis dalam naungan Asian Agri telah memperoleh sertifikat
ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Keberhasilan Asian Agri menjadi
salah satu perusahaan produsen CPO terkemuka telah diakui secara
internasional dengan sertifikasi ISO 14001 untuk semua operasinya.

Sumber : Viva.co.id

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan