Enam Desa di Mempawah ikut Pelatihan Pengorganisasian Perempuan Adat
Mempawah (Suara Kalbar) – Gemawan bekerja sama dengan Institut Dayakologi menggelar pelatihan Pengorganisasian Perempuan Adat di Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah. Kegiatan yang diikuti oleh enam desa, yaitu Desa Sekabuk, Pentek, Ansiap, Amawang, Bumbun, dan Suak Barangan ini berlangsung selama dua hari, mulai dari 19 hingga 20 November 2024 di Gedung Pertemuan Kantor Camat Sadaniang.
Ageng, pegiat Gemawan, menjelaskan bahwa tujuan utama dari pelatihan ini adalah memberikan ruang kepada perempuan adat untuk belajar dan berbagi pengalaman dalam mengorganisasi kelompok mereka, serta mengelola sumber daya alam yang berhubungan erat dengan tradisi warisan leluhur.
“Tentu harapannya adalah secara kelompok mereka masing-masing di setiap desa itu mereka mempunyai kemandirian dalam mengorganisasi kelompoknya. “Hingga secara praktek-praktek dalam pengelolaan sumber daya alam yang tentunya pasti ini berkaitan dengan tradisi-tradisi warisan yang diwariskan oleh leluhurnya mereka,” kata dia, Kamis (21/11/2024).
Ageng menambahkan, masyarakat di Kecamatan Sadaniang secara keseluruhan merupakan masyarakat adat Dayak yang sangat dekat dengan alam. Mereka bahkan memandang hutan sebagai sumber kehidupan, tempat yang menyediakan segala kebutuhan hidup seperti air dan tanah. Dengan memahami kedekatan ini, pelatihan bertujuan untuk mengembalikan nilai-nilai tradisi yang telah mulai terlupakan.
“Adapun peserta yang ikut terlibat dalam pelatihan ini dari enam desa yang ada di Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, mulai dari desa sekabuk, bumbun, suak barangan, ansiap, pentek, dan amawang,” sambungnya.
Kami menyadari karena di sadaniang ini memang masyarakat secara identitas itu adalah dayak. Nah kenapa masyarakat adat, karena kita menyadari bahwa penjaga alam sesungguhnya, sejatinya itu adalah masyatakat adat.
“Karena mereka sejak dari lahir bahkan hingga mati sangat dekat dengan alam, mereka bahkan menganggap hutan itu menjadi salahsatu tempat belanja mereka, karena disitulah segala sumber kehidupan itu ada, mulai dari air, tanah yang pada akhirnya mereka sangat dekat dengan alam disekitarnya,” ujar Pegiat Gemawan ini.
Lebih lanjut, Ageng menjelaskan bahwa meski awalnya pelatihan ini hanya difokuskan pada tiga desa, mereka memutuskan untuk melibatkan enam desa di Kecamatan Sadaniang. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat keterkaitan antar desa dan mendorong keberlanjutan tradisi adat yang telah ada. Contohnya adalah tradisi di Desa Suak Barangan yang memiliki tujuh tahapan dalam memulai pertanian, termasuk ritual pembukaan ladang dan pengelolaan tanah yang memerlukan istirahat, seperti halnya manusia.
Pelatihan ini juga menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam masyarakat adat.
“Maka sebetulnya proses ini juga upaya untuk mengembalikan hakekat masyarakat adat yang ada di Kecamatan Sadaniang itu kembali dijalankan,” ujarnya.
Dirinya mengambil contoh seperti di Desa Suak Barangan itu ada tujuh tahapan sebelum mereka memulai proses pertanian.
“Mulai dari mereka membuka ladang ada ritual, terus juga mereka menganggap bahwa tanah itu juga perlu istirahat sama dengan manusia. Nah nilai-nilai seperti itu yang perlu untuk dipertahankan,” pesan Ageng.
“Pesan berikutnya adalah bahwa apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan tadi, saat mereka kembali ke komunitasnya masing-masing, mereka bisa saling berbagi dan saling menguatkan guna menjaga tradisi, memperjuangkan hak-hak dan keberlanjutan komunitas,” timpalnya mengakhiri.
Aktivis Institut Dayakologi,Erniliana juga menyampaikan bahwa pelatihan kali ini merupakan kombinasi antara pelatihan kepemimpinan dan pengorganisasian, yang dikhususkan untuk perempuan muda di Kecamatan Sadaniang.
“Pelatihan kepemimpinan sama pelatihan pengorganisasian khusus untuk kelompok perempuan muda, khususnya perempuan adat di Kecamatan Sadaniang,” katanya.
Lebih lanjut, Erniliana menekankan pentingnya regenerasi, terutama di kalangan perempuan muda, yang akan menjadi penerus kepemimpinan dalam keluarga dan masyarakat.
“Selain gender, kata Emi sapaannya, kita juga ada pembentukan organisasi baru untuk tingkat kecamatan, dimana itu bisa menjadi wadah komunikasi mereka saling berbagi, kemudian juga wadah untuk peningkatan kapasitas perempuan-perempuan yang ada disini,” terangnya lagi.
Lebih lanjut, Emi menjabarkan kenapa harus memilih perempuan muda. Karena muda saja kita sudah bicara tentang regenerasi, jadi yang akan melanjutkan kehidupan selanjutnya biasanya tetap pada orang muda.
“Mengapa perempuan, karena perempuan yang akan menjadi ujung tombak dalam sebuah keluarga, dan anak itu pasti akan lebih banyak berinteraksi dengan ibunya, maka diperlukan sekali seorang ibu yang cerdas sehingga dia nanti kedepannya bisa menghasilkan regenerasi yang cerdas juga,” ujar dia.
Dirinya berharap dari kegiatan ini akan semakin banyak muncul kader-kader muda, khususnya perempuan-perempuan muda di Kecamatan Sadaniang yang bisa berpartisipasi dalam hal-hal publik seperti di Pemerintahan Desa, kemudian dia juga berperan aktif dalam organisasi-organisasi yang ada di desa.
“Dan pastinya dia juga bisa berperan penting di dalam keluarga, sehingga itu juga nanti berhubungan dengan kesejahteran ekonomi dan kemapanan dalam keluarga kecil mereka,” pungkas Emi.
Penulis: Ria
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now