Rangkaian Ritual Robo-robo di Belitang ‘Tanah Keramat’
Laporan: Angga Wak, Jurnalis Warga
Sekadau (Suara Kalbar) – Menjadi hal rutin setiap tahun masyarakat di Belitang Satu Kabupaten Sekadau, Kalbar tanah leluhur yang dikenal keramat dan bertuah tidak pernah absen melaksanakan ritual dalam budaya Robo’ robo’.
Ritual dimulai sejak masuknya bulan shofar, bulan kedua dalam kalender hijriyah, dimana masyarakat melaksanakan pembacaan Farijah atau sholawat munfarijah di masjid selepas sholat jum’at dan juga dilaksanakan secara keliling dari rumah ke rumah.
Selanjutnya sebagai puncak ritual dilaksanakan makan bersama diluar rumah dimana sejak pagi masyarakat telah keluar dari rumah,memasang tenda, menyiapkan kayu bakar, peralatan masak dan bahan makanan berupa sayur mayur, beras, lauk pauk, sambal dan lain-lain.
Pagi hari sekitar jam 9 digelar sholat sunnah tolak bala’ 4 rokaat dipimpin oleh sesepuh kampung, lalu menjelang tengah hari dibacakan pembacaan do’a selamat dan do’a tolak bala’.
Setelah pembacaan do’a semua dipersilahkan makan bersama, baik yang ikut memasak maupun warga yang kebetulan lewat, dalam pembacaan do’a seorang sesepuh bisa diminta berkeliling dari satu tenda ke tenda lain.
Yang sangat menarik dari puncak ritual robo’ di tanah Belitang yang keramat dan bertuah ini adalah dilaksanakan nya pembacaan Farijah atau yang juga dikenal dengan nama sholawat munfarijah dan sholawat tafrijiyah, dimana ada tata cara khusus pembacaan sholawat sakti ini dimulai dari hulu kampung atau kepala benua sampai bagiam paling hilir dari kampung dan tidak boleh berjalan berlawanan dengan arah aliran air sungai Kapuas.
Di hulu kampung akan dibuka dengan kumandang adzan, selama berjalan imam akan memimpin pembacaan farijah dan dijawab oleh warga yang mengikuti berjalan, sepanjang jalan itu warga setempat menyediakan makanan dan minuman dan pada hari terakhir ada makanan khas berupa ketupat lopas.
Abang Efendi seorang tokoh sepuh kharismatik ketika dihubungi menjelaskan bahwa seperti tahun – tahun sebelumnya setiap tahun pada bulan shofar kali ini masyarakat di Belitang melaksanakan semua rangkaian ritual bulan shofar dan berpuncak pada hari rabu tanggal 21 September 2021, dan akan ditutup dengan sholawat Farijah keliling kampung di 3 hari terakhir bulan shofar.
“Sejak pagi masyarakat sudah keluar rumah, pantang untuk masuk rumah sebelum lewat tengah hari dan sebisa mungkin menghindari bepergian jauh dari kampung, kami berapi menanak nasi lauk pauk sayur mayur, sambal jengkol dan lain – lain, kami juga sholat tolak bala’, menulus rajah tolak bala’, mandi air rajah tolak bala’ dan membaca doa selamat tolak balak dan makan bersama,” ungkap tokoh yang akrab disapa Pak Alek atau Long Alel ini bercerita.
Long Alel juga menambahkan bahwa perihal ritual bulan shofar ini dia pernah menanyakan kepada Abah Tohidin (Ketua PC NU Sekadau) soal dasarnya dalam agama dan dijelaskan bahwa semua yang dilakukan oleh masyarakat itu ada dasar kitabnya.
“Itu menurut yang saya dengar dari Abah Tohidin, bulan shofar ini bulan yang berat dimana di hari rabu akhir bulan ini Allah menurunkan 320.000 bala bencana untuk setahun kedepan, yang kalo itu turun ke rumah maka rumah itu akan hancur seketika, makanya kita dari pagi sudah berada diluar rumah, masak makan minum, sholat tolak bala’ mandi dan berdoa diluar rumah, itu katanya ada dijelaskan dalam kitab jawahirul khomsi dan kitab lainya,” begitu Long Alel menambahkan.
Mengenai Farijah di masjid keliling rumah ke rumah dan Farijah keliling kampung dengan tata cara tertentu Firmanto Ketua RT 10 A Belitang Satu menjelaskan bahwa ia juga pernah mendengar penjelasan dari Abah Tohidin bahwa sholawat itu bukan sholawat sembarangan itu sholawat sakti yang diijazahkan langsung oleh Rosululloh kepada Imam Ghozaliy setelah ia bermunajat khusus.
“Kata Abah Tohidin suatu ketika terjadi bencana besar di bagdad Irak, dimana akibat perang dan kekeringan terjadi kelaparan dan wabah penyakit mengerikan lalu bermunajat lah Imam Ghozaliy dan setelah munajat itu Rosululloh hadir mengijazahkan Farijah itu, untuk diamalkan lalu hilang lah segala bencana dari Baghdad, kejadian itu juga terhadi di bulan shofar, kebencian yang mengakibatkan perang, virus yang menyebabkan wabah, hama yang menyebabkan gagal panen itu semua adalah peliharaan iblis dan setan untuk mengganggu manusia, dan ketika sholawat farijah ini dibacakan jin setan iblis akan lari tunggang langgang melewati tujuh gunung, tujuh sungai dan tujuh pulau membawa segala peliharaan itu, makanya ritual di bulan shofar dan robo’ bukan hal main-main, tidak boleh sambil lucu – lucuan, tidak boleh ada musik dan tabuh-tabuhan, sedangkan ketupat lopas adalah simbol melepaskan diri dan kampung halaman dari belenggu penyakit dan bala’ bencana, ini kalo jaman wali sembilan disebut kupat slamet/ketupat selamat,”cerita Firmanto yang akrab disapa dengan nama Wak Lepay .
Dari liputan langsung di lapangan diketahui hampir diseluruh sudut tanah Belitang yang keramat bertuah di Desa Belitang Satu hari ini rabu 21 september 2021 hampir di semua sudutnya berdiri tenda-tenda, orang – orang berkumpul akrab, makan minum bersama, dan melaksanakan ritual tolak bala’ lainya, didapat juga informasi besok selama 3 hari akan digelar ritual pembacaan Sholawat Farijah dengan berjalan kaki dari kepala benua di hulu kampung sampai ujung akhir benua di hilir kampung, kegiatan ini sebagaimana tradisi yang terus terjaga selalu diikuti dengan sangat antusias oleh masyarakat dan didukung sepenuhnya oleh apatur pemerintahan baik sipil maupun militer, segenap ormas dan OKP juga selalu aktif terlibat dalam tradisi ini. [*]
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





