Menawarkan Cita-cita ke Anak Perbatasan dari Geladak KRI Imam Bonjol
Natuna (Suara Kalbar) – Pagi di Sabtu pertama Desember, suasana di Markas Komando Lanal Ranai, Natuna, tampak berbeda. Meski langit kelabu dan dibarengi dengan rintik hujan, halaman markas itu justru terasa hidup dan meriah dengan keberadaan pelajar yang datang berkerumun dengan raut penasaran.
Mereka datang dari berbagai jenjang sekolah di Bunguran Timur dan Bunguran Timur Laut. Ada siswa SMP, SMA, hingga beberapa pelajar SMK. Kehadiran masyarakat umum juga menambah semarak pagi itu. Semuanya berkumpul dengan satu tujuan yang sama, mengikuti perjalanan menuju Selat Lampa, Kecamatan Pulau Tiga.
Rombongan itu menunggu perintah untuk memasuki kendaraan yang akan membawa mereka ke Fasilitas Labuh TNI AL di Selat Lampa, tempat Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Imam Bonjol-383 tengah bersandar.
Kunjungan ini menjadi bagian dari kegiatan open ship yang digelar untuk memperingati Hari Armada RI. Pengalaman melihat langsung kapal perang tidak setiap hari datang, hanya saat KRI sandar. Itu juga yang membuat para pelajar semakin antusias.
Lanal Ranai menyediakan dua bus dan dua truk untuk perjalanan darat menuju Pelabuhan Selat Lampa. Bus digunakan untuk para pelajar putri dan perempuan dewasa, sedangkan lori disiapkan untuk para pelajar putra.
Jarak perjalanan menuju Selat Lampa diperkirakan tidak kurang dari satu setengah jam dengan kecepatan rata-rata 50 kilometer per jam. Meski jauh, antusias para pelajar tidak tampak berkurang. Mereka naik ke kendaraan dengan wajah penuh harapan akan pengalaman baru.
Ketika kendaraan mulai bergerak, percakapan kecil terdengar di antara para pelajar. Sebagian membayangkan bentuk kapal perang yang akan mereka lihat. Sebagian lain hanya diam, menatap jalanan yang basah oleh rintik hujan.
Hujan masih turun pelan sepanjang perjalanan. Namun para pelajar pria tetap nyaman karena truk yang mereka tumpangi memiliki penutup kuat. Mereka menikmati pemandangan perbukitan dan garis pantai yang tampak di beberapa titik.
Takjub
Saat tiba di Selat Lampa, para pelajar turun dengan langkah pasti. Mata mereka langsung tertuju pada sosok besar yang sandar di dermaga. KRI Imam Bonjol-383 tampak gagah dengan berbagai bendera dan senjata yang terpasang di beberapa bagian.
Sebagian pelajar mendekat menengadah untuk melihat keseluruhan kapal. Tubuh kapal yang tinggi membuat mereka terkesima. Banyak yang baru kali itu melihat secara langsung dan dekat kapal perang dengan kemampuan tempur modern.
Di pelabuhan itu, para pelajar dari wilayah sekitar juga sudah hadir. Tidak kurang dari lima puluh anak SD dan SMP tampak berbaris menunggu giliran naik ke kapal perang tersebut.
Mereka tampak tidak sabar, bahkan sebagian sudah memegang telepon pintar untuk mengabadikan setiap momen di atas kapal.
Ketika waktu kunjungan dimulai, para prajurit TNI AL menyambut rombongan dengan ramah. Mereka membagi peserta menjadi beberapa kelompok, dan mengarahkan setiap kelompok untuk mengikuti setiap pemandu yang disediakan. Ada yang mulai menaiki tangga besi untuk ke atas, ada juga yang berjalan ke bagian depan kapal.
Di geladak utama, prajurit memperkenalkan bagian-bagian kapal. Mereka menjelaskan fungsi aneka senjata, termasuk meriam utama yang menjadi salah satu daya tarik pelajar. Penjelasan disampaikan dengan bahasa sederhana agar semua mudah memahami.
Prajurit juga menunjukkan beberapa peralatan tempur yang biasa digunakan selama operasi. Para pelajar diperbolehkan melihat lebih dekat bahkan memegang beberapa peralatan ringan, tentunya dengan pengawasan ketat prajurit. Meski kondisi masih gerimis dan dingin, semangat para pelajar dan prajurit KRI menghangatkan suasana.
Di ruang kendali, pelajar diajak memahami bagaimana kapal perang mengawasi pergerakan di laut. Mereka melihat radar, panel komunikasi, dan alat navigasi yang selalu aktif selama kapal bertugas.
Komandan KRI Imam Bonjol-383 Letkol Laut (P) Rayindra Asmara menjelaskan KRI Imam merupakan kapal perang yang memiliki kemampuan khusus untuk memburu kapal selam. Kapal ini dilengkapi sistem senjata yang dirancang untuk mendeteksi dan melumpuhkan ancaman bawah laut.
Kapal tersebut juga memiliki misi penting menjaga kedaulatan Indonesia di perairan Natuna. Para pelajar mendengarkan dengan antusias, termasuk ketika prajurit menceritakan berbagai operasi yang pernah dilakukan di laut perbatasan.
Setiap ruangan yang dikunjungi memberikan pengalaman baru bagi para pelajar. Mereka melihat langsung suasana kerja para prajurit di tengah laut. Banyak yang mencatat, mengambil foto, atau sekadar mengamati dengan penuh rasa ingin tahu.
“Semoga nanti ada kesempatan untuk jadi TNI Angkatan Laut,” kata seorang pelajar sekolah dasar setelah melihat salah satu prajurit memperagakan peralatan.
Prajurit TNI AL menjelaskan pula sejarah kapal dan latar belakang pengabdian mereka. Mereka menceritakan bagaimana hidup di laut, bertugas dalam cuaca ekstrem, hingga menjaga wilayah Indonesia selama berbulan-bulan.
Kegiatan open ship ini memang dirancang untuk mendekatkan TNI AL dengan masyarakat. Dalam rangka peringatan Hari Armada RI, TNI AL ingin memberikan edukasi langsung kepada generasi muda maritim seperti Natuna.
TNI AL berharap melalui kunjungan seperti ini, minat pemuda Natuna untuk menjadi prajurit laut semakin tumbuh. Daerah kepulauan dinilai memiliki potensi besar karena warganya terbiasa hidup berdampingan dengan laut.
Komandan Lanal Ranai Kolonel Laut (P) Ady Dharmawan menjelaskan kegiatan itu memiliki tujuan strategis dalam menanamkan semangat kemaritiman.
Saat ini sudah ada putra Natuna yang mengabdi sebagai prajurit TNI AL. Namun kebutuhan di masa depan tetap memerlukan lebih banyak generasi muda dari wilayah perbatasan. Karena itu kegiatan seperti ini dianggap penting.
Para pelajar diajak untuk melihat bahwa menjadi prajurit bukan sekadar profesi, tetapi bentuk pengabdian menjaga laut Indonesia. Prajurit memberikan motivasi agar mereka terus belajar dan membangun disiplin sejak sekolah.
Sebelum kegiatan berakhir, para pelajar diberi kesempatan berfoto bersama di geladak kapal. Mereka memegang perlengkapan tertentu berdasarkan arahan prajurit. Tawa dan sorak kecil menghiasi suasana.
Banyak pelajar mengaku pengalaman ini merupakan kunjungan paling berkesan. Mereka tidak hanya melihat kapal, tetapi memahami peran penting TNI AL dalam menjaga wilayah negara.
Ketika rombongan kembali bersiap turun, beberapa pelajar masih menoleh ke kapal. Mereka tampak belum ingin beranjak dari pengalaman unik itu. Namun petugas mengarahkan mereka agar turun secara bertahap.
Saat tiba di darat, para pelajar berbincang mengenai bagian favorit mereka. Ada yang terpukau dengan meriam kapal, ada yang terkesan dengan ruang kendali, dan ada yang mulai bermimpi menjadi prajurit TNI AL di masa depan.
Kendaraan yang mengantar mereka kembali sudah berbaris rapi. Para pelajar naik dengan perasaan berbeda dari saat berangkat. Mereka membawa pulang ilmu, kebanggaan, dan inspirasi baru.
Perjalanan kembali menuju Ranai berlangsung tenang. Banyak pelajar memandangi laut, mungkin sambil membayangkan KRI Imam Bonjol yang perlahan menjauh dari pandangan. Hari itu menjadi catatan penting bagi mereka.
Kegiatan open ship ini tidak hanya meninggalkan kesan, tetapi juga mempererat hubungan antara TNI AL dan masyarakat Natuna. Melalui pengalaman nyata, generasi muda diajak mengenal laut, kapal, dan arti menjaga negara.
Bagi TNI AL, kunjungan seperti ini adalah investasi jangka panjang. Mereka menanamkan rasa cinta laut kepada generasi muda Natuna, yang kelak mungkin berdiri sebagai penjaga kedaulatan di perairan terluar Indonesia.
Sumber: ANTARA
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





