Waspada Varian Baru Cacar Monyet Clade 1b, WHO Pantau Penyebaran di 42 Negara
Suara Kalbar – Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) saat ini tengah memantau penyebaran varian baru cacar monyet bernama Clade 1b. Varian Clade 1b dilaporkan telah muncul di 42 negara. Meski di Indonesia tercatat belum ada kasusnya hingga saat ini, dokter mengingatkan agar masyarakat tidak menganggap remeh gejalanya karena kerap menyerupai gejala flu biasa pada tahap awal infeksi.
Dikutip dari Klikdokter yang telah ditinjau secara medis oleh dr Dyah Novita, gejala cacar monyet varian Clade 1b mulai dari sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, demam tinggi mencapai 40 derajat celcius, ruam yang menyebar cepat hingga pembengkakan kelenjar getah bening.
Dokter spesialis penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Gamping, dr Agus Widyatmoko, menjelaskan cacar monyet varian Clade 1b memiliki karakteristik berbeda dari varian cacar monyet atau Monkey Pox (Mpox) sebelumnya.
Menurutnya, meskipun Mpox Clade 1b bukan termasuk dalam penyakit ringan, infeksi ini tetap bisa ditangani apabila pasien segera mendapatkan penanganan medis yang tepat. Dokter Agus menekankan, penggunaan antibiotik untuk kasus penyakit ini harus disesuaikan karena penyebab infeksi tidak memiliki dinding sel, sehingga tidak semua antibiotik dapat bekerja dengan baik.
“Ketepatan diagnosis dan terapi sejak awal sangat penting untuk mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi,” ujar dr Agus dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (6/11/2025).
Ia mengingatkan pentingnya penerapan langkah pencegahan dasar seperti menutup mulut saat batuk, memakai masker ketika sakit, serta rutin mencuci tangan. Mengingat, semua orang bisa tertular penyakit cacar monyet Clade 1b.
Kebiasaan sederhana ini sering diabaikan, padahal sangat efektif dalam menekan risiko penularan penyakit menular, termasuk Mpox. Secara prinsip, semua orang bisa tertular. Namun, kelompok rentan seperti orang lanjut usia punya risiko gejala lebih berat atau pemulihan yang lebih lambat. Karena itu, perlindungan ekstra terhadap kelompok ini sangat diperlukan, terutama di lingkungan keluarga,” jelasnya.
Selain kesadaran individu, ia menekankan perlunya kesiapan sistem kesehatan nasional dalam menghadapi potensi masuknya varian Clade 1b dari luar negeri. Pemerintah perlu bergerak untuk memperkuat kapasitas laboratorium, sistem deteksi dini, serta mekanisme mitigasi lintas sektor.
“Kesiapan diagnostik sangat penting. Jika kasus pertama muncul, maka respons kesehatan masyarakat harus cepat dan terukur. Bahkan, jika memungkinkan, pemerintah sebaiknya memfasilitasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) khusus,” tutup dr Agus.
Sumber: Beritasatu.com
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now




