SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Lifestyle Rantau Vibes: Cara Biar Mental Tetap Strong di Negeri Orang

Rantau Vibes: Cara Biar Mental Tetap Strong di Negeri Orang

Ilustrasi kerja di luar negeri. (Freepik/Jcomp)

Suara Kalbar – Tinggal dan bekerja di luar negeri kerap menjadi pengalaman besar yang membuka banyak peluang baru. Di tengah proses adaptasi yang tidak selalu mudah, seseorang dihadapkan pada berbagai situasi yang memperluas cara pandang sekaligus membentuk ketahanan diri.

Dalam perjalanan tersebut, kondisi mental memegang peran penting. Kesehatan psikologis menentukan bagaimana seseorang menyesuaikan diri, menjaga stabilitas emosi, hingga menikmati kehidupan di lingkungan yang sepenuhnya berbeda.

Memahami cara merawat kesehatan mental menjadi langkah dasar agar masa tinggal di negara lain berlangsung lebih harmonis dan penuh makna. Seiring waktu, keseimbangan emosional juga akan memengaruhi aktivitas harian, relasi sosial, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Faktor Memengaruhi Kesehatan Mental Saat Bekerja di Luar Negeri

Berikut ini faktor-faktor umum yang dapat menyebabkan tantangan kesehatan mental ketika seseorang menetap di luar negeri.

1. Homesick

Rasa rindu kampung halaman sering kali menjadi tantangan emosional terbesar. Perasaan ini dapat berkembang menjadi masalah lebih serius, bukan hanya sekadar rindu suasana tempat asal, tetapi juga rasa kehilangan koneksi terhadap budaya, kebiasaan, dan dukungan sosial yang biasanya membuat seseorang merasa aman.

Ketika homesick tidak ditangani dengan baik, kondisi tersebut dapat memengaruhi kestabilan emosi dalam jangka panjang.

2. Kesepian dan isolasi sosial

Tinggal di negara asing kerap membuat seseorang merasa sendiri, terutama ketika belum memiliki jejaring pertemanan yang kuat. Lingkungan baru yang berbeda dapat menciptakan isolasi sosial yang memengaruhi keseimbangan emosional.

Hubungan sosial yang sehat sangat penting, sehingga kesepian menjadi tantangan besar dalam menjaga kesehatan mental.

3. Pergeseran identitas dan rasa memiliki

Saat menetap di luar negeri, individu sering menghadapi perubahan cara memandang diri sendiri. Mereka mencoba menyesuaikan diri antara budaya asal dan budaya baru yang sering kali sangat berbeda.

Proses ini dapat memunculkan kebingungan mengenai tempat di mana mereka merasa cocok atau diterima. Pergeseran identitas ini dapat menjadi tekanan tersendiri.

4. Tantangan bahasa, budaya, dan adat setempat

Perbedaan bahasa, budaya, serta adat istiadat setempat dapat menjadi hambatan komunikasi dan adaptasi.

Ketidakpahaman terhadap norma sosial atau kebiasaan lokal dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman, canggung, atau bahkan terisolasi. Ini menjadi salah satu faktor yang sering memicu stres.

5. Tekanan kerja dan tuntutan performa

Lingkungan kerja asing biasanya membawa ekspektasi, gaya komunikasi, dan standar profesional yang berbeda dengan yang biasa ditemui.

Tekanan pekerjaan yang tinggi, ditambah tuntutan untuk cepat menyesuaikan diri, dapat meningkatkan stres dan beban mental bagi banyak perantau.

Tanda-tanda Kesehatan Mental Mulai Terganggu

Beberapa tanda berikut dapat menjadi indikasi bahwa kondisi kesehatan mental mulai membutuhkan perhatian lebih:

  • Perasaan sedih, cemas, atau frustrasi berkepanjangan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Kondisi ini sering menjadi sinyal awal adanya tekanan emosional serius.
  • Menarik diri dari orang lain, meski awalnya homesick atau pemalu merupakan hal wajar. Jika isolasi berlangsung lama, hal tersebut dapat menunjukkan adanya masalah yang lebih dalam.
  • Keluhan fisik yang berulang, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, perubahan nafsu makan, atau kesulitan tidur. Gejala fisik sering kali berhubungan dengan kondisi emosional yang tidak terselesaikan.
  • Mengandalkan alkohol atau obat-obatan untuk meredakan stres atau rasa sakit emosional. Ini merupakan tanda kuat seseorang membutuhkan dukungan tambahan.

Tanda-tanda tersebut sebaiknya tidak diabaikan demi menjaga kesehatan mental jangka panjang.

Cara Menjaga Kesehatan Mental di Luar Negeri

Berikut ini langkah lengkap cara menjaga kesehatan mental bagi individu yang tinggal dan bekerja di negara asing, dikutip dari Youth Europe.

1. Menjalin hubungan erat dengan keluarga di rumah

Jarak fisik dari keluarga sering kali menambah tekanan emosional. Keluarga biasanya menjadi sumber dukungan utama ketika menghadapi kesulitan.

Dengan menjaga komunikasi secara rutin melalui video call, pesan teks, atau panggilan suara, rasa nyaman dan ikatan emosional dapat tetap terjaga meski hanya melalui layar ponsel atau komputer.

2. Memberikan waktu yang cukup untuk beradaptasi

Proses adaptasi membutuhkan waktu. Tidak perlu memaksakan diri memahami lingkungan baru dengan cepat. Mengenal budaya, kebiasaan, dan pola hidup yang berbeda tentu memerlukan proses bertahap.

Tinggal sebagai perantau bukanlah liburan panjang, melainkan perjalanan penuh tantangan yang kadang dapat menguras mental.

3. Bersosialisasi dan membangun jaringan yang kuat

Membuka diri terhadap budaya serta kebiasaan setempat adalah cara efektif untuk menyesuaikan diri. Mulailah dengan menjalin pertemanan di lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, atau komunitas hobi.

Bersosialisasi dengan sesama perantau juga dapat memberikan dukungan emosional, terutama saat menghadapi masa-masa sulit. Mereka dapat menjadi tempat berbagi cerita dan memberikan perspektif baru.

Bergabung dengan komunitas atau kelompok sosial lokal dapat membantu membangun jaringan yang kuat. Kehadiran orang-orang yang memahami situasi kamu dapat memberikan rasa aman dan membuat lingkungan baru terasa lebih nyaman.

4. Olahraga secara rutin

Olahraga memiliki manfaat besar bagi kesehatan mental. Berbagai penelitian menunjukkan aktivitas fisik dapat membantu mengurangi gejala depresi, kecemasan, ADHD, dan stres.

Meski sulit meluangkan waktu, olahraga ringan seperti berjalan, yoga, atau bersepeda dapat memberikan pengaruh positif terhadap suasana hati.

5. Tidur yang cukup

Tidur memegang peranan penting dalam menjaga kondisi fisik dan mental. Istirahat cukup membantu menyeimbangkan zat kimia otak yang berfungsi dalam mengatur suasana hati dan emosi.

Jika tidur terganggu atau tidak terpenuhi, seseorang lebih mudah merasa cemas, sedih, atau stres, terutama ketika keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi tidak terjaga.

6. Makan dengan baik

Pola makan berpengaruh langsung terhadap kondisi mental. Kekurangan nutrisi seperti vitamin B12 atau zat besi dapat memicu perubahan mood.

Mengonsumsi makanan bergizi seimbang membantu menjaga tubuh dan pikiran tetap stabil. Jika sedang merasa tertekan atau cemas, kurangi konsumsi kafein karena dapat meningkatkan rasa gelisah.

7. Melakukan hal-hal yang disukai

Memberikan waktu bagi diri sendiri untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan sangat penting. Kegiatan sederhana seperti berjalan santai, menonton film, melukis, atau membaca dapat membantu meredakan stres dan menjaga keseimbangan emosional.

Tanpa aktivitas yang menyenangkan, seseorang lebih mudah merasa jenuh dan kehilangan motivasi.

8. Menghindari narkoba dan membatasi alkohol

Narkoba dan alkohol dapat memberikan efek relaksasi sementara, tetapi justru memperburuk kondisi mental dalam jangka panjang. Keduanya dapat mengganggu keseimbangan kimia otak, meningkatkan kecemasan, serta memperparah gejala depresi.

Jika sedang menjalani pengobatan, konsumsi obat sesuai anjuran tenaga profesional untuk menjaga stabilitas kondisi mental.

Menjaga kesehatan mental saat tinggal dan bekerja di luar negeri adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesadaran diri, kesiapan beradaptasi, serta komitmen untuk merawat diri secara menyeluruh.

Dengan memahami berbagai tantangan dan dinamika yang mungkin muncul, setiap individu dapat membangun rutinitas serta pola hidup yang mendukung ketenangan pikiran dan keseimbangan emosional.

Sumber: Beritasatu.com

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan