SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Nasional Kemenkes dan BPJS Kesehatan Siaga Hadapi Lonjakan DBD di Musim Hujan

Kemenkes dan BPJS Kesehatan Siaga Hadapi Lonjakan DBD di Musim Hujan

Melakukan penyemprotan fogging sebagai salah satu langkah mencegah penyebaran nyamuk yang menyebabkan DBD. (Istimewa/Istimewa)

Jakarta (Suara Kalbar)- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BPJS Kesehatan melakukan peningkatkan kewaspadaan terhadap potensi lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) seiring telah dimulainya musim hujan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim hujan akan datang lebih awal di sejumlah wilayah pada Agustus 2025, dengan puncak hujan terjadi antara November 2025 hingga Februari 2026.

Kondisi ini meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, yang dapat mempercepat perkembangbiakan nyamuk penyebab dengue.

Pelaksana Harian Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr Prima Yosephine mengatakan, saat ini pemerintah telah mengintensifkan upaya penanggulangan dengue melalui pendekatan multi-sektoral sesuai strategi nasional penanggulangan dengue 2021–2025.

“Upaya yang dilakukan mencakup penguatan surveilans, pengendalian vektor, peningkatan kesadaran masyarakat, dan perluasan akses terhadap langkah-langkah pencegahan,” ujar dr Prima dalam keterangan resminya, Senin (3/11/2025).

Berdasarkan data Kemenkes, kasus DBD di Indonesia meningkat dari 95.279 kasus pada 2005 menjadi 257.271 kasus pada 2024. Hingga 28 Oktober 2025, tercatat ada 131.393 kasus dan 544 kasus kematian.

“Meski tren masih fluktuatif, komitmen pemerintaah Indonesia tetap kuat. Kami menargetkan zero dengue deaths atau nol kematian akibat dengue pada 2030,” tegas dr Prima.

Senada dengan data Kemenkes, Presiden Global Vaccine Business Unit Takeda Pharmaceuticals Derek Wallace menginformasikan, dunia mencatat adanya peningkatan yang signifikan terkait kasus DBD dalam lima tahun terakhir, terutama di kawasan Amerika.

“Hingga akhir April 2024 ada lebih dari 7,6 juta kasus dilaporkan ke World Health Organization (WHO), termasuk 16.000 kasus berat dan lebih dari 3.000 kematian,” ujar Derek.

Indonesia sendiri masih menyumbang sekitar 66%  kematian akibat dengue di Asia pada 2024. Untungnya, pada 2025 Indonesia menekan laju kasus secara signifikan.

“Ini menunjukkan ada komitmen kuat antara pemerintah dan para pemangku kepentingan dalam pengendalian dengue. Untuk mempertahankan momentum ini, diperlukan kolaborasi lintas sektor yang berkelanjutan,” lanjutnya.

Sumber: Beritasatu.com

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan