SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Sambas Sudah Belasan Tahun Tinggal, Warga Transmigrasi di Desa Sebunga Sambas Masih Berjuang Hak Tanah yang Ditempati Tak Kunjung Jelas

Sudah Belasan Tahun Tinggal, Warga Transmigrasi di Desa Sebunga Sambas Masih Berjuang Hak Tanah yang Ditempati Tak Kunjung Jelas

Tim KKN Gabungan UI dan Untan temukan warga Transmigrasi di Desa Sebunga masih belum memiliki lahan (Suarakalbar.co.id/ist)

Sambas (Suara Kalbar) – Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) gabungan Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Tanjungpura (Untan) menemukan fakta mengejutkan saat melakukan penelitian di Desa Sebunga, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Hingga kini, masih ada warga transmigran yang belum mendapatkan lahan untuk digarap, Senin (29/9/2025).

Koordinator Lapangan, Salsa Muafiroh, menjelaskan bahwa timnya sedang melakukan penelitian bertema Desain Pengembangan Komoditas Unggulan Spesifik di kawasan transmigrasi. Selain memetakan potensi komoditas, penelitian ini juga menyoroti rantai pasok dan persoalan agraria yang hingga sekarang belum terselesaikan di kawasan Gerbang Masperkasa.

“Kami hadir untuk mendengarkan dan mencatat aspirasi masyarakat. Apa yang kami temukan nantinya akan dijadikan rekomendasi kepada pemerintah,” ungkap Salsa.

Ia menilai persoalan agraria merupakan kunci utama yang harus ditangani agar program transmigrasi benar-benar memberi manfaat.

Berdasarkan temuan di lapangan, meskipun sudah tinggal lebih dari satu dekade, warga transmigran di SP 1 Sebunga ternyata masih belum memperoleh lahan resmi. Kondisi ini membuat mereka terpaksa bertahan hidup dengan mengolah sebatas pekarangan rumah yang ada.

Dengan lahan seadanya, masyarakat mencoba berbagai cara untuk menyuburkan tanah yang tandus. Mereka memanfaatkan pupuk kandang, janjang kosong kelapa sawit, serta pupuk kimia seperti urea dan dolomit. Dari situ tumbuh beragam tanaman pangan dan hortikultura.

Upaya sederhana tersebut membuahkan hasil berupa pisang, ketela, cabai, semangka, serta ditambah usaha beternak ayam, kambing, dan ikan air tawar. Namun, potensi ini belum berkembang maksimal karena terbatasnya lahan dan akses pemasaran.

Hasil panen warga sebagian besar hanya dipasarkan di tingkat lokal. Produk pertanian dijual di warung pinggir jalan lintas, ditawarkan dari rumah ke rumah, atau berkeliling ke perumahan divisi perkebunan sawit di sekitar wilayah itu.

Ia menambahkan, penyelesaian masalah lahan akan menjadi pintu bagi pengembangan ekonomi masyarakat transmigran ke arah yang lebih baik.

“Masyarakat hanya ingin kejelasan atas hak tanah yang dijanjikan sejak awal. Jangan sampai tujuan program transmigrasi tergerus karena janji tersebut tidak pernah terealisasi,” tegas Salsa.

Penulis: Serawati

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan