Biaya Asuransi Mobil Listrik Melonjak, Baterai Jadi Faktor Penentu
Suara Kalbar – Mobil listrik kini semakin populer, tetapi biaya kepemilikannya ternyata tidak selalu lebih murah. Sebuah studi terbaru dari Insurify mengungkapkan bahwa rata-rata pemilik mobil listrik membayar premi asuransi 49 persen lebih mahal dibandingkan pemilik mobil bermesin bensin.
Alasan utama perbedaan ini adalah harga beli EV yang lebih tinggi dan biaya perbaikan yang cenderung lebih mahal. Komponen mobil listrik, khususnya baterai, dinilai sangat krusial. Jika rusak, kendaraan bisa langsung dikategorikan sebagai “total loss” jauh lebih cepat dibanding kerusakan mesin pada mobil bensin.
“Selain itu, karena sebagian besar EV masih model baru, ketersediaan suku cadang bekas juga terbatas,” tulis studi tersebut dikutip Carscoops, Minggu (7/9/2025).
Namun, studi ini tidak lepas dari kritik. Beberapa pihak menilai perbandingan model yang digunakan tidak seimbang, misalnya Tesla Model X dibandingkan dengan Audi Q3, atau Tesla Model 3 dengan Mercedes A-Class.
“Perbandingan itu tidak masuk akal karena segmennya berbeda,” tulis salah satu pengguna forum daring.
Selain itu, faktor penting seperti garansi baterai delapan tahun/160.000 km yang diwajibkan pemerintah AS, serta variasi biaya perbaikan tiap kasus, belum sepenuhnya dipertimbangkan. Hal ini membuat biaya asuransi mobil listrik mungkin tidak setinggi gambaran angka rata-rata yang dirilis.
Untuk saat ini, asuransi mobil listrik memang relatif lebih mahal dibanding mobil bensin. Namun, para analis memperkirakan biaya tersebut bisa turun seiring bertambahnya usia model, semakin banyaknya bengkel berpengalaman, dan ketersediaan data risiko yang lebih lengkap bagi perusahaan asuransi.
Di Indonesia, industri asuransi mendorong adanya regulasi khusus dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) terkait perlindungan mobil listrik atau kendaraan listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV), mengingat karakter risikonya berbeda dari mobil berbahan bakar fosil atau internal combustion engine (ICE). Hal ini menggambarkan adanya perbedaan yang sangat signifikan antara asuransi mobil konvensional dengan kendaraan listrik.
“Risiko antara mobil listrik dan konvensional jelas berbeda, terutama karena adanya komponen baterai. Harganya bisa mencapai separuh dari nilai kendaraan itu sendiri, dan jenis risikonya pun lebih kompleks,” ujar Manager Retail Product Management Asuransi Astra Vivi Evertina, pada Kamis (31/7/2025).
Ia mengungkapkan, pihaknya melalui produk asuransi mobil sudah melayani kendaraan listrik, struktur polis dan premi saat ini belum dibedakan dengan mobil berbahan bakar minyak. Hal ini dinilai kurang relevan, mengingat komponen baterai memiliki potensi risiko tinggi, termasuk risiko kebakaran atau kerusakan akibat insiden tertentu.
“Meski kami belum menangani kasus kerusakan baterai, aturan yang jelas akan memberikan kepastian dalam layanan dan perlindungan,” tambah Vivi.
Sumber: Beritasatu.com
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





